06

9 1 0
                                    

"Kalo gitu gue mau ikutan OSIS juga ah sama kek Veya." Celetuk Aga yang kembali membuat teman temannya menoleh sarkastik.

###

HAPPY READING

###

"Aga, lo kesambet apaan?" Kata Rafa yang kini secara tidak sadar meletakkan ponselnya begitu saja di lantai gazebo. Membiarkan earphone yang sejak tadi di pakai secara sempurna tapi sekarang hanya menyisakan satu kabel saja yang tetap menggantung di telinga sebelah kirinya.

"Plis ya Ga, masih banyak ekskul yang cocok buat lo. Asal nggak organisasi. Aga, gue gak kebayang ya lo bakal macem apa di OSIS nantinya, tapi yang jelas organisasi itu lebih parah dari ekskul Paskibra tadi." Yasha yang kini sudah mulai ter-connect dengan kejiwaan manusia warasnya, dengan jelas dia menyampaikan sedikit nasihat pada salah satu sahabat uniknya ini.

"Kalian kok kesannya kayak gue mau masuk kandang harimau aja si, kayak itu tuh danger banget buat gue. Padahalkan gue laki." Aga tetap membela dirinya.

"Jelas bahaya buat lo Aga Ganteng tercintaaaaaaaa." Yasha sedikit gemas dengan jawaban dari Aga tadi, sedangkan Rafa hanya menatap saja lalu kembali memasangkan earphone di telinganya, dan melanjutkan game onlinenya yang tadi sempat tertunda.

"Ya kalo bahaya buat gue, berarti bahaya buat Veya juga donggg. Masa lo tega ngebiarin Veya masuk kandang harimau sendirian." Kata Aga masih tetap dengan pendiriannya.

"Aga sheyengggg, gini ya gue perjelas lagi. Gue kan pas SMP nya udah muak tuh tiga taun masuk dunia organisasi, jadi seenggaknya mental dan pikiran gue udah teruji gitu lho. Udah terlatih, dan gue sedikitnya tau seluk beluk dunia organisasi kayak gimana. Gue aja masuk organisasi gak asal nyebut kayak lo, kudu di pikir mateng mateng dulu, minta izin orang tua dulu. Karena entar pas lo udah melangkah lebih jauh, bakal lebih banyak juga pengorbanan yang lo relakan buat masuk organisasi. Termasuk quality time bareng keluarga atau sahabat lo." Veya yang sudah muak mendengar ini semua akhirnya angkat bicara. Ia tidak bisa, membiarkan sahabatnya masuk pada dunia seperti ini yang jelas bukan passionnya.

"Ga, gini aja, mening Lo masuk OSIS sana. Mayan buat pengalaman pribadi. Tapi bareng gue biar ada temennya." Kata Ken sambil mengangkat-angkat kadua halisnya.

Refleks Veya menepuk jidatnya frustasi, dan lagi lagi Yasha dan Rafa menghentikan aktivitasnya sejenak. Layaknya sebuah video, hal itu seperti pause pada tombol space di keyboard laptop.

Veya sudah pasrah menanti nasib apa yang selanjutnya akan terjadi. Rafa dan Yasha kompak menatap iba pada Veya seakan berkata "Semangat ya Vey, troublemaker kini senantiasa akan terus mengikutimu." Lalu Ken masih tetap dengan gaya menaik turunkan alisnya seakan itu adalah ide brilian yang baru saja ia keluarkan. Terakhir, Aga yang kini senyum sumringahnya mengembang sempurna layaknya dia baru saja memenangkan sebuah lotre atau pengumuman pemenang kuis togel minggu ini.

***

"Perhatian!"

Suara Wardah menggema seantero ruangan kelas D. Membuat peserta didik baru yang tadinya tengah asik mengobrol dan membuat kelas sedikit gaduh, seketika saat itu juga suasana menjadi hening. Tidak ada sedikit pun suara yang terdengar. Kompak, semua peserta didik itu menghadap ke depan dengan sikap sempurna.

"Siap!"

Jawab serentak peserta didik baru tersebut, dan kini suasana kelas sudah mulai kondusif.

"Berhubung besok adalah hari terakhir kita mengikuti MPLS, jadi dari pihak panitia akan mengadakan pentas seni. Bagi kalian yang ingin menampilkan bakatnya. Bisa langsung maju kedepan agar Kakak bisa langsung mendatanya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang