×××
BRAKKKKKK
Baru sampai rumah aku sudah dikejutkan dengan suara pecah nya suatu barang. Bosan dan sudah sangat bosan. Suara piring pecah atau bahkan pintu yang dibanting dengan kuat.
Aku lelah, sungguh sangat lelah.
Terkadang ada saat dimana aku ingin mati lebih cepat, tapi apakah kehidupan ku akan lebih bahagia jika aku mati? Itulah yang aku pikir kan.
Aku benci melihat kedua orang tua-ku yang sering bertengkar! Daripada menguping pertengkaran mereka aku memilih pergi meninggalkan rumah, membalik-kan tubuh ku yang baru sampai diambang pintu masuk untuk keluar lagi.
Aku berlari, lari dengan sekuat tenaga yang aku punya. Tak tau arah, tak tau mau pergi kemana dan tanpa sadar aku sudah meneteskan air mata. Kapan terakhir kali aku menangis? Setiap hari, setiap hari aku selalu menangis! Tidak ada kata terakhir menangis. Hingga pada akhir nya aku berhenti disebuah jembatan jalan raya yang saat ini sedang sunyi. Maklum sudah hampir petang, matahari mulai terbenam. Hanya ada suara udara yang sedang menggema karena angin yang bertiup.
"Hey anak gadis jangan loncat!" teriak seseorang yang aku sendiri tidak tahu siapa dirinya. Aku menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang itu, samar-samar aku melihat perawakan wajah nya tapi tidak jelas karena mata ku yang sedang menangis hingga banyak air mata di pelupuk mata ku ini. Aku hanya melihat sekilas lalu pergi dari tempat itu.
Lagian siapa juga yang mau bunuh diri dengan loncat dari jembatan raya itu sih? Aku juga masih bisa berfikir panjang. Sebegitu terlihat putus asa nya kah aku? Sampai dianggap mau bunuh diri.
Pukul 19.28 WIB
Aku belum juga pulang kerumah dan masih berkeliaran dijalan. Lapar, aku lapar dan kini aku menyesal karena sudah menolak ajakan Mingyu untuk makan siang tadi. Aku belum makan dari tadi pagi bisa bayangkan betapa menyedihkan nya diriku ini? Bae Yoobin kau sangat menyedihkan sekali!
Tanpa sadar aku menekan tombol dial untuk menelpon Mingyu, sadar akan perbuatan ku barusan aku langsung memutuskan panggilan nya. Entah sudah tersambung atau belum aku berharap belum tersambung.
"Kau?"
Suara ini, suara yang sama saat meneriaki ku di jembatan raya tadi. Sontak aku pun menoleh kesamping dimana sumber suara itu berasal.
Pria dengan mata minimalis dan hidung mancung ini, entah siapa dia. Apa dia penjahat? Dia orang yang sama yang meneriaki ku di jembatan tadi. Apa ini kebetulan? Dia mengikuti ku atau bagaimana? Kenapa bisa bertemu ditempat ini.
"Percobaan bunuh diri apalagi yang mau kau perbuat huh?"
"Mau meloncat dari jembatan dan sekarang kau ingin menenggelamkan diri didanau begitu?" cecar nya lagi.
Aku hanya diam tak merespon. Memang begini lah aku, sangat pendiam. Untuk orang yang sudah mengenalku mungkin mereka sudah terbiasa dengan sifat pendiam ku ini.
"Kau bisu yah?"
Aku menekuk lutut ku lalu menenggelamkan kepalaku disana. Yah sedaritadi aku sedang duduk di tepi danau.
Aku lelah dan juga lapar, saat mulut tak lagi ingin berbicara aku lebih memilih untuk menangis. Tanpa sadar aku menangis didepan orang yang tak kukenal itu dengan sedikit senggugukan tanpa rasa malu.
×××

KAMU SEDANG MEMBACA
OUT OF RANGE
Aléatoire❝Aku tidak suka mengumbar kesedihan, bercerita tentang kisah ku yang menyedihkan kepada orang lain. Aku rasa tidak ada yang perduli sekalipun orang itu beranggapan 'kita ini sahabat' percaya lah mereka tidak perduli dengan kesedihan yang kita alami...