❝Aku tidak suka mengumbar kesedihan, bercerita tentang kisah ku yang menyedihkan kepada orang lain. Aku rasa tidak ada yang perduli sekalipun orang itu beranggapan 'kita ini sahabat' percaya lah mereka tidak perduli dengan kesedihan yang kita alami...
Mingyu dengan setelan casual, kaos oblong putih polos dan celana jeans navy blue andalan nya sedang duduk santai di pekarangan rumah Yoobin sambil menenteng dua plastik yang entah apa isi nya.
10 menit berlalu
Pesan yang dikirim Mingyu melalui line tak kunjung mendapat balasan dari Yoobin. Ia pun tetap terus menunggu di depan rumah Yoobin.
Mingyugans 20:18 |Bin, keluar dong. |liat gue bawa apa😄
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
|paket lengkap buat yoobin wkwk. |bin😑 |bls! |gue ngambek nih😢
delieve
Hampir satu jam lama-nya Mingyu masih setia menunggu Yoobin keluar dari rumah, hingga saat itu juga pintu rumah Yoobin pun terbuka menampilkan sosok pria paruh baya yang keluar dari sana. Mingyu yang awal nya duduk langsung berdiri untuk menghampiri pria paruh baya yang ia yakini adalah ayah Yoobin.
"Paman, Yoobin nya ada?" tanya Mingyu sopan
Sosok yang ditanya malah menatap dua kantung plastik yang dibawa Mingyu. Menyadari hal itu Mingyu terlihat sedikit canggung.
"Dia belum pulang" ketus pria paruh baya itu
○ ○ ○
"Kau, mau makan apa?"
"Apa saja"
"Bagaimana kalau batu?"
Yoobin menatap kesal kearah pria bermata minimalis itu.
"Ah sebenarnya aku juga tidak punya uang sih. Kita makan dipinggir jalan saja" ucap pria itu sambil berdiri menepuk belakang celana nya yang dirasa kotor telah duduk di pinggiran danau
Yoobin masih terdiam memperhatikan gelagat pria asing yang baru dikenal nya itu. Bermacam-macam spekulasi tentang pria itu menghantui pikiran nya.
"Apa aku harus ikut?"
"Apa aku harus benar-benar ikut?"
"Bagaimana kalau dia orang jahat?"
"Apa dia akan membunuh ku?"
"Apapun itu, kalau dia penjahat aku bersyukur setidak nya aku tidak mati dengan cara bunuh diri"
