End For now

202 20 1
                                    


Beberapa minggu terakhir ini, Yeseul belum kunjung mendapatkan kabar dari Oh Sehun. Hubungannya dengan Kai pun masih dalam taraf yang datar. Kai selalu saja memerlakukan Yeseul istimewa. Hal ini otomatis membuat Yeseul berharap lebih. Namun, di sisi lain Yeseul merasakan kehilangan akan sosok Oh Sehun. Hal ini membuat dirinya semakin galau.

Yeseul memilih berdiam di rumah sembari menonton televisi untuk menghabiskan waktu selepas bekerja. Ia tidak berniar pergi. Ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu. Remot yang sedari ia genggam, dipencetnya kembali untuk mengganti saluran. Tidak ada program yang menarik perhatiannya. Namun, saat ia mendapati sebuah acara berita, wajahnya tercengang,.

Dikabarkan bahwa salah satu member EXO, yaitu Kim Jongin menjalin sebuah hubungan dengan rekan seagensisnya, Jung Soojung."

Yeseul tercengang. Lidahnya kelu. Berkali-kali ia menelan ludah sebelum tubuhnya merasa lemas. Hatinya terasa sakit saat mendengar kabar tersebut. Mungkin sekarang adalah tanggal dan bulan baru yang disambut bahagia oleh semua orang. Namun, berbeda untuk Yeseul. Ia merasa tanggal 1 April ini menjadi hari yang buruk untuk dirinya.

Yeseul kemudian memilih untuk mematikan televisi dan masuk ke kamarnya. Ia berbaring di ranjang dengan perasaan gelisah. Apa benar yang dilihatnya di televisi barusan, Kai dan Krystal berpacaran? Yeseul segera meraih handphone-nya dan mengetikkan beberapa keyword di laman browsernya.

Kai EXO dan Krystal F(x) dating, apa kata netizen?

Wah ... member dari agensi yang sama benar-benar berkencan sekarang.

Hot news: foto Kai dan Krystal di parkiran sebuah café.

Berbagai macam judul berita yang berhubungan dengan Kai. Yeseul tahu, meskipun judulnya berbeda, tapi isinya sama saja, sama-sama menyimpulkan bahwa Kai dan Krystal resmi menjalin hubungan. Terlebih, selang beberapa lama, ada sebuah konfirmasi SM Entertainment mengenai hubungan keduanya. Yeseul memejamkan matanya perlahan, kilasan ingatannya saat bersama Kai mulai muncul di kepalanya. Menghadirkan memori-memori lama yang berhasil membuat gadis itu menitikkan air matanya.

Kai. Sahabat sekaligus cinta pertamanya, yang membuat gadis itu rela mengantri membeli tiket hanya demi bertemu dengannya. Ia bahkan berhasil berdusta dengan beralasan ingin membantu adiknya mendapatkan tanda tangan Kai. Padahal, bukan itu tujuan Yeseul sebenarnya.

Yeseul hanya ingin memastikan apakah Kai masih ingat dengannya walau mereka berpisah selama enam tahun. Mengetahui Kai masih mengingat wajahnya, tentu saja gadis itu senang. Apalagi setelah itu, Kai dan Yeseul sering bersama kembali di sela-sela jadwal padat seorang Kai. Namun Yeseul sadar, bahwa dunia-nya dan Kai berbeda. Kai hidup dengan dukungan dari para penggemarnya, sementara Yeseul hanya bagian dari orang-orang setia yang senantiasa mendukung Kai.

Tangannya tanpa sadar memencet nama Sehun di panggilan teleponnya. Ia merasa, ia butuh seseorang untuk di sampingnya. Mendengar suara Sehun pun, sudah cukup baginya. Ia menunggu cukup lama sebelum nada dering itu tesambung. Sayangnya, telepon tersebut tak kunjung diangkat. Rasa sesak makin menyeruak, menerobos barisan hatinya. Hingga sepuluh kali percobaan, barulah telepon tersebut diangkat.

"Yeseul-ah ...." Suara dari seberang sana terdengar khawatir. Yeseul terdiam. Sebisa mungkin gadis itu menahan tangisnya. Suaranya tertahan dan bergetar. Ingin sekali ia menjawab panggilan Sehun. Namun, bibirnya benar-benar kelu untuk berucap.

Rasanya ia amat tidak adil pada pria itu. Dulu ia mencampakkan si pria. Ia juga sering mengomeli Sehun. Bahkan, ketika Sehun menyempatkan waktu menemuinya, gadis itu lebih sering menolak kehadirannya. Mungkinkah ini sebuah karma untuknya?

"Yeseul, turunlah, aku di depan rumahmu!" Ucapan dari seberang sana kembali mengagetkan Yeseul, ia menghampiri jendela, menyibak kordennya. Rasanya ingin meloncat saat melihat keberadaan Sehun di depan gerbang rumahnya. Buru-buru ia keluar dari kamarnya.

Sesampainya ia di gerbang rumah, Sehun telah berdiri tegap tanpa masker dan topi. Tanpa babibu, Yeseul memeluk tubuh berotot Oh Sehun. Tidak pernah ia merasakan rasa yang sedemikian hebatnya ini. Rindu bercampur kekecewaan mewarnainya. Derai air mata segera menyusul, membasahi jaket putih yang dikenakan lelaki tersebut. Gadis itu semakin mengeratkan dekapannya.

"Menangislah, bila itu mampu mengurangi rasa sesakmu!" ujar Sehun lembut sembari mengusap punggung Yeseul. Rasanya ada aliran listrik menyengat tubuh sang gadis. Perlakuan Sehun sungguh membuatnya nyaman. Dada bidangnya benar-benar menghipnotisnya. Yeseul menangis sepuasnya, melepas semua rasa di hatinya. Hingga akhirnya, Yeseul melepas dekapan tersebut.

"Sehun-ah, wajahmu?" Netra gadis itu menemukan sebuah keganjalan pada wajah Sehun. Terdapat bekas merah pada raut putihnya. Tangannya terulur pada pipi dan pelipis kanan si lelaki yang tampak lebam.

"Hanya terjatuh, tidak perlu untuk kau pikirkan." Sehun berbohong, luka pada wajahnya tak lain karena pertengkarannya dengan Kai sejam yang lalu. Sehun merasa marah menyerahkan gadis pujaannya pada Kai. Ia menyangka bahwa Kai mampu membahagiakan Yeseul. Bahkan ia rela menahan diri untuk sekedar menghubungi Yeseul. Nyatanya semua itu salah, sekarang ia bisa melihat sungai besar mengalir pada raut cantik Yeseul. Ia memilih menggerakkan jemarinya pada muka Yeseul.

"Jangan menangisi pria brengsek itu," ucap lelaki berjaket putih ini. Rasa bersalah langsung menghantui Yeseul. Sehun begitu baik kepadanya, berbanding terbalik dengan sikapnya pada Sehun. Ia pun yakin, luka lebam itu bukan akibat jatuh. Pasti, ada sebuah perkelahian.

"Maafkan aku Sehun-ah, terima kasih untuk semuanya." Kata-kata inilah yang keluar dari mulut gadis itu. Tidak tahan menahan sesaknya lagi. Ia masih merasa bimbang akan perasaanya pada lelaki ini. Sehun bukanlah pelariannya. Gadis itu berbalik, tetapi tangannya ditahan.

"Kurasa kau tahu perasaanku padamu, tidak bisakah kita—" Belum selesai Sehun mengucapkan pertanyaannya, Yeseul terlebih dahulu memotong pembicaraannya. "Jangan ganggu aku Sehun-ah. Bila memang kau adalah tujuanku, maka takdirlah yang akan mempertemukan kita kembali."

Sehun melepaskan genggamannya dengan sebuah tatapan sendu, disusul dengan kepergian Yeseul menuju rumahnya. Pintu gerbang rumah ditutup kembali. Gadis itu membiarkan Sehun berada di luar. Sungguh, ia tidak ingin menyakiti lelaki baik tersebut. Ia menyenderkan punggungnya pada gerbang. Kembali menangis. Bukan sebuah tangisan karena Kim Jongin. Sebuah tangisan karena ia baru menyadari perasaannya pada Sehun.

"Maafkan aku menyakitimu lagi."

*** *** ***


FINISH


Terima kasih ya buat yang sudah  membaca...

Sebenernya  ada satu part terakhirnya...

hehehe

Tunggu publish berikutnya yaaa

DESTINY (OH SEHUN FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang