Aku duduk bersimpuh di depan nisan kakakku. Dia terbujur di dalam sana. Ditimbun oleh tanah kuburan.Itu semua karena rasa sayangnya padaku. Rasa sayangnya padaku tak dapat di bandingkan dengan apapun di dunia ini. Dia rela melakukan apapun demi aku. Seorang adik yang tak tahu diri.
Aku masih ingat bagaimana dia bekerja keras untuk menghidupi aku yang masih berada di kelas 1 SMU.
"Kakak berangkat kerja dulu ya..."
"Iya.. Hati hati ya..."jawabku. "kakak hari ini lembur nggak??"
"Iya. Ada apa,Li?" tanya kakak sambil merapikan dasinya.
"Kakak... Masa kakak lupa... Hari ini kan hari ulang tahun aku.." jawabku agak kesal.
"Ya ampun.. Kakak lupa. Maaf ya..." jawab kakak sambil menatapku.
"Aku mau maafin kakak asalkan kakak ada di rumah sebelum jam 8 malam." jawabku sambil menekuk kedua tanganku di depan dada.
"Tapi hari ini kan kakak lembur.." kedua tangan kakak memegang bahuku. Matanya menatap kedua mataku.
"Aku nggak mau tahu.. kakak harus pulang sebelum jam 8 malam!!" desakku. Aku melepaskan dengan paksa tangan kakakku.
"Tapi ,Li..."
"Sudahlah,Kak. Aku udah tahu jawaban kakak. Kakak lebih mentingin kerjaan kakak daripada aku. Adik kakak sendiri!!"
"Li, dengerin kakak dulu.."
"Udahlah. Aku nggak mau denger kata kakak lagi!! Aku mau pergi sekolah. Nanti aku telat. Asalamu'alaikum.."
Itu percakapan terakhirku dengan kakak. Masih terekam dengan jelas bagaimana aku memaksa kakak untuk pulang lebih awal. Ku akui. Aku memang egois. Sangat. Dan karena ke-egoisanku itu pula aku harus kehilangan kakakku. Orang yang amat sangat menyayangiku.
Aku menunggu kakak di teras petak kontrakan. Angin malam berhembus menggetarkan tulangku. Dingin sekali malam ini. Tak seperti biasanya.
"Kakak mana sih?? Sampai jam segini belum pulang."Aku berjalan mondar-mandir. Seperti setrikaan. Sudah 2 jam aku menunggu kakak. Tapi dia belum juga pulang.
Aku memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kontrakan. Aku tak sanggup lagi melawan tangguhnya angin malam.
Baru saja aku hendak menutup pintu, terdengar suara kakakku. Sebentuk senyum terbentuk di wajahku. Segera aku keluar untuk menghampirinya.
"Kakak.. akhirnya datang juga.. Aku sudah nungguin kakak lho.. Ayo masuk.." sambutku.Ku lihat wajah kakak. Tanpa ekspresi. Sungguh itu seperti bukan wajah kakak. Wajah kakak penuh dengan keceriaan, kebijaksanaan. Tapi sekarang tanpa ekspresi. Bahkan senyum tak terlukis di wajahnya.
"Kakak ke sini hanya ingin ngasih kamu ini.." Tangan kakak menyodorkan sebuah hadiah. Terbungkus kertas kado bergambar daun-daun. Indah sekali.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Aku dan kakak kebasahan karena hujan yang turun dengan tiba-tiba.
"Kakak masuk yuk... hujan di sini..." ajakku.
"Nggak ah. Kakak mau ke kantor lagi. Ada pekerjaan yang belum selesai. Kakak berangkat ya.. assalamu'alaikum..." kakak berlari di tengah deras hujan. Aku hanya dapat memandangi punggungya yang perlahan menghilang di pekat malam. Aku tersentak sadar dan masuk ke dalam kontrakan.
Baru saja aku menutup pintu, telepon berdering.
"Halo,,assalamu'alaikum.." kata suara di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Life, Death
Teen FictionKumpulan cerpen mengenai cinta, kehidupan dan kematian. Karena ketiganya selalu berputar diantara kita. Meski tak selalu bersamaan.