Hari ini hari minggu, jadi aku putuskan untuk menghabiskan waktu luangku di rumah seharian. Sebelum besok harus kerja keras lagi ke sekolah untuk mencerna beberapa pelajaran yang selama ini susah aku pahami.
"Pagi bun. Lagi buat apa nih?" Tanyaku pada bunda genit.
"Bella, ngagetin bunda aja. Ini, bunda mau buat nasi goreng buat nanti sarapan." Jawab bunda.
"Hehe, maaf ya bun, cuma bercanda doang kok. Ada yang bisa Bella bantu nggak bun?" Tawarku.
Bunda menggeleng
"Gausah, katanya kamu uda ada janji sama kak Nissa buat jogging bareng. Mending kamu samper kak Nisa sekarang gih. Biar sehat juga gak kebanyakan lemak." Sindir bunda sambil mencubit pipi chubby ku.
"Oh,iya. Bella kelupaan bun. Yauda,kalo gitu Bella ke kamar kak Nisa dulu ya. Tapi dari tadi kok Bella belum liat ayah ya bun. Kemana?"
"Ayah,kerja katanya sih lembur." Terang bundanya.
Aku pun segera beranjak dari dapur dan bergegas ke kamar kak Nisa.
Kelihatannya aku makin melar saja deh, terbukti aku merasa ngos-ngosan saat naik tangga tadi. Ahh ini gawat, lemak lemak ini harus segera-enyah dari tubuhku.
**********
Untuk pertama kalinya selama hidupku aku baru ke Alun-alun di kota ku sendiri. Ramai sekali rupanya, banyak orang berjualan berbagai macam makanan jajanan. Sejujurnya itu menggodaku banget buat beli, ah tapi sayang aku lagi program pembuangan lemak, jadi aku hanya bisa ngiler memandangi banyak makanan lezat itu. Ada juga sekelompok mama mama yang sedang senam. Terpancar dari wajah mereka yang sangat bersemangat dan serius mengikuti setiap gerakan senam. Wah sumpah ini rame banget.Aku dan kakakku, kak Nisa hanya berlari lari kecil di taman.
"Kak Nisa,Bella pegel nih. Haus." Dengusku yang mulai kecapean.
"Yauda kalo gitu kakak beli minum dulu ya, kamu ikut apa mau tunggu di sini?" Tanya kak Nisa.
"Aku di sini aja deh kak, uda gak kuat nih." Ucapku.
Aku duduk sejenak di sebuah kursi panjang di taman kota sambil menunggu kak Nisa yang sedang membelikan minuman untukku.
"Bella."
Seperti ada yang memanggil.
Aku mulai mencari titik sumber suara itu berasal.
"Bella,kan?"
Suara itu mulai mendekat dan persis di hadapanku ada seorang cewek yang nampaknya familiar buatku.
Aku mengangguk.
"Dina yah?" Tebakku.
Cewek itu tersenyum dan refleks langsung memelukku."Iya Bell,aku Dina. Uda lama ya kita gk ketemu." Terangnya.
Aku terperanjat dan langsung membalas pelukan Dina."iya,aku kangen banget tau. Kamu kemana aja?".
Dina melepaskan pelukannya dan mulai menjelaskan kenapa tiba tiba ia menghilang."Aku harus ikut papaku tugas ke luar kota Bell,jadi waktu itu aku harus pergi. Maaf ya waktu itu aku tak sempat memberitahu mu dulu." Terang Dina.
"Lain kali misal ada sesuatu bilang yah." Dengusku agak kesal.
"Bell, nih minumnya." Kak Nisa menyodorkan sebotol air mineral ke arahku.
"Makasih,kak." Aku langsung meminum air mineral itu dengan rasa haus tingkat puncak sehingga hanya menyisakan air setengah botol saja di dalamnya.
"Ini dek Dina yah?" Tanya kak Nisa memandang wajah cewek itu.
"Heem,kak Nisa." Jawab Dina sambil tersenyum
"Kamu kemana aja dek, kok baru nongol. Bella kesepian tuh tanpa kamu. Tiap hari dia meradang mulu." Ujar kak Nisa sambil tertawa merayuku.
"Apasih kakak.Din, kamu mau mampir ke rumahku enggak?" Tanyaku.
"Nanti aja ya Bell, aku uda ditungguin soalnya. Ini nomor aku, jadi kamu tinggal kabarin aku aja ya." Ucap Dina sambil menyodorkan kertas kecil berisikan nomor hpnya.
Dina adalah sahabat yang selalu ada bersamaku, dulu kita juga sering belajar bareng. Tapi karena dia harus ikut papanya tugas, lantas dia harus pindah ke luar kota. Maklum saja, papanya Dina itu seorang TNI yang sudah mempunyai pangkat tinggi. Tapi aku nggak tahu apa namanya. Wong aku saja tak mengerti.
Hai haaii...
Sebelumnya aku mau minta maaf yaa readers, kalo ceritanya agak begitu flat.
Karena aku baru mulai belajar buat nulis cerita nih, jadi harus banyak belajar lagi.
Jadi mohon dimaafkan yah kalo ada salah salah penulisan kata heheee...Salam Pencari Ilmu^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Astaghfirullah, Aku?
Short StoryBerkisah seorang gadis yang mulai menyukai lawan jenisnya. Namun dia belum cukup umur untuk merasakan hal tersebut. Dan sampai pada akhirnya dia ingin menjalin suatu hubungan. Namun untung saja keluarga dari gadis itu sangat peka terhadap isi hati n...