Matahari pagi tak ragu lagi menampakkan sinar terangnya. Seperti Bella yang tak sungkan melangkahkan kaki tuk mencari sumber penerangan hidupnya melalui ilmu di sekolah.
Hari ini aku sengaja berangkat ke sekolah naik angkot, bosan juga rasanya kalau harus selalu diantar Pak Muis ehee.
Mencari hal-hal baru yang selama ini tidak pernah aku rasakan adalah sebuah tantangan sekaligus keharusan bagi jiwa-jiwa yang ingin keluar dari zona nyaman. Dimana seseorang merasa nyaman dengan segala keadaan, fasilitas yang selalu merasa dimanjakkan. So today i'm going to be the new person, yang nggak lagi manja. InsyaaAllah hehe mudah mudahan.."Kiri kiri Pak, di sini aja. Ini ongkosnya Pak"
"Eh ini neng kembaliannya"
"Nggak apa-apa, bapak simpan aja ya saya hanya minta do'anya supaya dilancarkan rezekinya hehe"
"Aamiin, terima kasih ya neng"
Aku tersenyum.
Kulangkahkan kaki menuju sekolahku tercinta, ternyata sudah nampak sosok laki-laki bertubuh tinggi, berkulit sawo matang dengan senyuman yang mampu menembus hatiku.
"Bella!" Sapa kak Yudha sembari melambaikan tangannya padaku.
Kubalas lambaian tangan kak Yudha sembari menyeberang jalan.
"Kak Yudha, kakak gak bawa motor?"
"Bawa, tadi kakak liat kamu di angkot jadi kakak tunggu kamu di sini"
Sebenarnya hatiku ngerasa ngilu mendengar kata kata dari kak yudha tersebut, meleleh banget ihiii. "Oh gitu, yauda kak masuk yuk"
kulanglahkan kaki dengan sedikit gemetar berada di dekat Kak Yudha, aku salting gak tahu harus ngomong apa jadilah sekenannya ngajak kak yudha cepet-cepet masuk kelas.Saat memasuki gerbang sekolah tak henti-hentinya banyak sepasang mata yang tertuju padaku dan Kak Yudha, tapi pandanganya sinis ke aku. Takut, campur malu juga.
Kuberjalan sembari menundukkan pandanganku, aku belum siap menjadi pusat perhatian teman-teman di sekolah.
"Bella kamu kenapa? Malu jalan bareng sama kakak?"
Aku tersentak mendengar pertanyaan dari kak Yudha " e eng enggak kok kak, sama sekali enggak. Hanya saja aku belum siap begitu banyak mata yang merhatiin kita".
Langkah kaki kami pun terhenti sejenak.
Mata itu mulai memandangku tajam.
Aku tersipu malu, mukaku memerah salah tingkah. Mata kami pun saling bertemu namun aku tetap saja menunduk, tak ada keberanian untuk memandang wajahnya yang menenangkan itu."Bel, percaya sama kakak. Semuanya akan baik baik saja, kamu gak perlu malu apalagi takut ya" kak Yudha mencoba meyakinkan aku dengan cara yang sangat halus dan lembut. Ditambah dengan senyuman manisnya. Asli pasti bikin luluh. Hihii
Aku hanya terdiam dan tersenyum tipis pada kak Yudha.
****"Ciee yang tadi jalan ke kelas bareng gebetan" rayu Ina genit.
"Maksudmu kak Yudha? Stop Na, lagi gak mood nih".
"Uhh cupcup Salehahnya aku lagi ngambek. Yauda iyaa maafin deh".
Saat jam istirahat berbunyi aku lebih memilih untuk tetap di kelas. Rasa malu itu masih saja merajai pikiranku. Belum siap untuk ketemu teman teman tadi.
Tiba-tiba suara Wa terdengar dari ponselku.
Kak Yudha: kamu gak ke kantin? Masih malu ya?
Bella: nggak kok kak, aku cuma lagi pengen banyak di kelas aja. Lagi banyak tugas hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Astaghfirullah, Aku?
Historia CortaBerkisah seorang gadis yang mulai menyukai lawan jenisnya. Namun dia belum cukup umur untuk merasakan hal tersebut. Dan sampai pada akhirnya dia ingin menjalin suatu hubungan. Namun untung saja keluarga dari gadis itu sangat peka terhadap isi hati n...