satu

10 0 0
                                    

"Ma reny mau pindah sekolah, titik!" Sekali lagi reny mengambek kepada mama nya yang baru sampai dirumah. Ini baru seminggu dia bersekolah, tapi sudah berkali-kali dia mengambek ingin pindah sekolah.

"Ini jam 1 malam, dan kamu minta buat pindah sekolah? Kamu pikir mama ga capek ngurus kerjaan seharian, nyari uang buat biaya hidup kamu, trus pas mama pulang kamu malah ngambek ga jelas. Lagian kamu pikir pindah sekolah tuh gampang? Kamu tau kan kita asli bandung dan dijakarta cuman sementara aja? Trus mama harus bulak balik jakarta bandung gitu buat urus pindahan kamu doang?" Dan sekali lagi mama menjawab jawaban yang sama dengan keluhan reny, reny hanya diam. Dia juga tidak bisa memaksa apapun dari mama yang super sibuk itu, bahkan mama tidak perduli dengan semua hal yang reny rasakan disekolah.

Reny belari ke kamar, membanting pintu, dan menanggis di kamarnya. Dia sudah menunggu cukup lama untuk mamanya pulang, bergadang untuk mengatakan keluhan nya. Mungkin reny tidak harus benar-benar pindah sekolah tapi setidaknya mama ada untuk mendengarkan semua keluhan reny tentang sekolahnya, setidaknya itu membuat reny sedikit lega.

Tapi tidak, respon judes lah yang selalu reny rasakan. Reny mengerti bila mamanya sibuk juga untuk mencukupi kebutuhan nya, tapi reny juga anak yang mau dimanja, atau minimal di dengarkan.

****

Jam alarm berbunyi, dengan matanya masih lembab bekas tanggisan semalam reny mencoba melihat jam wekernya.
05.00, reny bangun dalam keadaan sangat malas. Reny ingin bolos sekolah, tapi reny binggung ingin kemana, reny tidak punya teman dijakarta, karna kehidupan nya selama ini dibandung.

Saat dimeja makan, mama sudah ada disana, sedang mengoleskan selai di roti, tersenyum.

"Pagi sayang, sini sarapan sama mama"

Reny tidak menjawab, dia mengambil roti yang belum dioleskan selai itu lalu pergi. Tapi mama menahan tanggan nya.

"Kamu kenapa si? Masih pagi udah cemberut aja"

"Aku buru-buru ma, lepasin"

Reny melepas gemgaman mama, lalu berjalan keluar.

Bad morning, katanya dalam hati.

****
Reny berjalan di koridor sekolah dengan earphone yang terpasang di telinga nya. Mendengarkan musik jazz setidaknya itu membuat pikiran nya sedikit tenang.

Langkahnya dihentikan oleh sergelombolan anak laki-laki yang sedang duduk di koridor.

"Eh jangan lewat aja dong, buru-buru amat neng" kata sala seorang dari mereka. Reny hanya melirik sekilas lalu ingin berjalan lagi. Tapi ditahan oleh seorang dari mereka, sepertinya ketua geng dari mereka.

"Lo anak baru ya? Lo harus tau tiap hari selasa anak-anak disini harus menyisikan uang jajan nya buat kita"

Sekali lagi reny hanya melirik, dia masih diam.

"Lo bisa ga lebih sopan kalo diajak ngomong?" gentak ketua geng itu.

Reny melepas earphonenya, melihat ke arah ketua geng itu.

"Lo mau ngomongin sopan santun disini? Lo pikir sopan ngehalangin jalan orang trus tiba-tiba minta duit? Kalian pasukang ga jajan ya? Duh kasian gue. Yaudah nih goceng buat kalian jajan, gue rasa cukup ko buat beli permen dikantin trus kalian bagi-bagi segeng. Solidaritas kan?" reny memberikan uangnya di tangan ketua geng itu.

Aksinya dilihat banyak orang, banyak yang kagum pada dirinya. Tapi banyak juga yang berfikir "dia akan kena masalah besar"

Reny berlalu, berulang kali dia dipanggil dengan sebutan "eh" tapi dia tidak menegok.

"Dasar bodoh, siapa ibu yang memberi nama anaknya eh" batinya.

Reny memasuki ruang kelasnya, berAC tapi tidak dinggin, mungkin terlalu banyak iblis disini, pikirnya. Ia tertawa kecil karna pikiran nya.

NO (PERFECT) LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang