Empat

5 0 0
                                    

"Janji ya besok dateng lis" ucap reny manja, rambutnya dikepang dua berantakan buatan kaka nya.

"Iya len, kita lepas balon ulang tahun bareng" jawab orang dihadapan nya.

"Lalu membuat harapan"

Reny tersenyum, senyum sangat bahagia.

"Ren, rennyyy!!" Teriak orang dari kejauhan, aldy.

Reny tersenyum ceria, berlari menghampiri kakanya.

Tapi semakin reny berlari, aldy semakin jauh, dan lama-lama sosok aldy malah hilang.

Reny binggung, lalu dia melihat ayahnya, ada di sebrang tak jauh dia berdiri. Dia berlari menghampiri, tapi sama, sosok itu malah hilang pelahan.

Reny ketakutan, dia mengengok ke belakang, berutung. Mamanya berdiri di belakangnya, reny segerah ingin memeluk mamanya, tapi sama. Hilang juga.

Reny menanggis, memutar badan nya dan ingin kembali pada orang yang menjajikan akan melepas balon bersama nya. Tapi sama, kini orang itu hanya tinggal bayangannya saja.

Dia menanggis, berteriak memanggil semua orang yang dia kenal, tapi tidak ada yang menjawab.

Putih, semuanya putih.

Dia berlari, tak tau mau kemana, dia hanya berlari kencang berharap menemukan orang-orang yang dia temuin tadi. Tapi tidak, dia menginjak jalan yang salah, dia terjatuh, pada lubang yang sangat dalam.

"Aaaaaaaaaa" reny berteriak, terbangun pada tidurnya, teringat bercucuran deras, padahal ruangan itu berAC. Jatungnya berdetak cepat.

Dia menarik selimunya, matanya melirik ke foto yang dipajang di kamasnya, foto keluarga. Ada dirinya, aldy, dan kedua orang tuanya.

Disamping itu ada foto dua anak kecil yang saling merangkul, wanita yang dikepang dua, dan pria yang tersenyum lebar, ada ompong di bagian kiri giginya.

"Kamu dimana? Kenapa kamu ga datang? Setidaknya akan lebih baik kalau kamu disini"

Reny menanggis, memeluk bingkai foto itu, tanggisan yang cukup deras.

Dilihatnya lagi, foto keluarganya dulu. Sangar hangat. Semuanya terasa menyenangkan, sebelum hari ulang tahun nya yang ke delapan.

Dua hari sebelum hari ulang tahun nya, dua hari sebelum semuanya hancur, dua hari sebelum dia merasa mati dalam hidup.

Dia benci, benci pada perpisahan, dulu reny pikir semakin dewasa dia akan mulai semakin mengerti, tapi tidak semakin dewasa reny justru semakin merasa dalam patah hatinya.

Dretttt... dretttt...

Jam wekernya bergetar, diiringin dengan deringnya. 05.30, mengigatkan nya untuk segerah bergegas kesekolah.

Tapi dengan mata bencinya, reny membantik jam weker itu, hancur, pecahan kaca berauran kemana-mana.

Di ambilnya satu pecahan itu, digoreskan ke tangan nya. Tidak, dia tidak ingin bunuh diri, hanya saja hatinya terlalu sakit kali ini, dan dia berharap rasa sakit tanggan nya bisa mengalahkan rasa sakit hatinya. Darah bercucuran ditanggan nya, dia tersenyum kecut, Tapi tidak merubah apapun dari patah hatinya.

Reny benar-benar benci, dia mau hidup yang sebelum nya, dia mau hidupnya yang dulu, bukan yang seperti ini, rasanya hanya bernafas, tapi tidak hidup.

Di goresnya lagi pecahan kaca itu, kali ini lebih dalam, masih sama. tidak merubah rasa sakit di hatinya.

****

Reny berjalan ke arah taman tempat semalam risky membawanya, risky benar, taman ini sangat nyaman dan damai. Tidak banyak orang yang ada di taman ini, hanya dia dan beberapa anak kecil yang bermain bola di samping taman.

NO (PERFECT) LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang