Epilog

1.7K 100 9
                                    

HAI, HALLO!

Maaf karena tiba-tiba republish part ini. Karena terlalu lama vakum dari wattpad, aku baru tahu ternyata sistem private part udah nggak ada ya di wattpad? Hehe, kudet banget ya aku. Nah, karena semua part yang diprivate otomatis langsung ke draft, aku akan reupload beberapa part di cerita-ceritaku yang masuk draft ya! Terimakasih :)


Enjoyed~

Anaya Shahab POV

"Daddy Damar!! Daddy!!" Aku menoleh ke arah pintu dan mendapati anak semata wayangku menangis sambil memperhatikan kami. Aku menghapus air mata di pipiku, kemudian berjalan menuju pintu.

"Kak." Tari menahan tanganku, kemudian tersenyum. "Biar aku aja, Kak. Kalian butuh bicara berdua." setelahnya Tari berjalan meninggalkan kami berdua.

Aku tidak mengacuhkan suara jantungku yang berdetak cukup kencang dan berbalik menghadap Damar. Aku menundukkan kepala dalam-dalam. Tiba-tiba teringat kejadian beberapa saat lalu. Ketika Tari tiba-tiba masuk ke dalam kamar rawat Damar.

"Jadi Kak Ana juga cinta sama Kak Damar?" suara Tari saat itu benar-benar parau, membuat hatiku terasa sakit.

"Maafin kakak, Tar." Aku hanya bisa menggumamkan kata itu berkali-kali.

Tari mengacuhkan kata-kataku, kemudian menoleh pada Damar. "Kak Damar serius cinta sama Kak Ana? Bukan karna fisik Kak Ana aja?"

Kulihat Damar menggeleng tegas, "Aku jatuh cinta sama Ana, apa adanya dia." Jawabnya yakin, membuat jantungku berdetak lebih cepat saat itu juga.

"Kak Damar kasih jaminan apa kalau kakak nggak akan sakitin Kak Ana?" Aku tersentak dan menatap Tari. Apa yang dia katakan?

"Tar, apa maksudnya?" Selaku kaget, suaraku terdengar serak.

"Kak Ana diem dulu," Tari menjawab cepat, kemudian kembali menatap Damar. "Apa jaminannya?!"

"Nyawaku sebagai jaminannya, Tar." Damar menjawab yakin, membuat mataku kembali panas. "Aku nggak akan nyakitin dia Tar, karna aku cinta banget sama dia."

"Kak Damar berani menikah sama Kak Ana?"

"Tar!" Aku meraih tangan Tari, "Kita harus bicara."

"Kak Ana please." Tari menahan langkahnya. "Aku cuma mau tahu seberapa pantas Kak Damar buat jadi pasangan Kak Ana."

"Kamu ngomong apa sih Tar? Pasangan apa? Nggak akan ada namanya pasangan!" Aku menyahut dengan suara serakku.

"Aku udah ikhlas Kak." Tari bergumam dengan air mata mengalir. "Aku ikhlas Kak Damar sama Kak Ana bersatu."

Apa sih yang Tari bicarakan? Untuk apa dia ikhlasin kami? Dari awal Damar itu milik Tari, dan harus begitu selamanya!

"Tar," Aku menggeleng dengan sisa tenagaku.

"Kak Ana, Tari serius sama kata-kata Tari. Tari ikhlas kalau kalian bersatu." Tari menarikku mendekat ke ranjang Damar. "Tari nggak berhak misahin dua orang yang saling cinta. Iya kan?"

"Tapi kamu cinta sama Damar, Tar!"

"Tapi Kak Damar cinta-nya sama Kak Ana." Tari menatapku dengan teguh. "Lebih dari itu Kak, Kak Damar butuh Kak Ana lebih dari apapun." Tari menghapus air matanya. "Tari udah bersikap egois dengan pura-pura nggak tahu sama perasaan kak Damar. Tari cuma maksain perasaan Kak Damar, yang sepenuhnya buat Kak Ana."

"Tar," aku menutup mulutku untuk meredam suara tangisku. Tari merasa egois untukku, lalu apa yang aku lakukan jika bersatu dengan Damar? Se-egois apa aku ini? Ya Allah.

Love 3 : THE TRUE LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang