#Part 1#
“Kayaknya lo beneran butuh pertolongan” Pernyataan itu langsung keluar dari mulut Muhammad Tian Ramadhani, tau lebih tepatnya Pak Tian, setelah dia menerjang masuk ke dalam ruanganku.
“Emang gue kenapa?” Aku menjawab tanpa berniat mengalihkan tatapan dari layar laptop. Akhir bulan, dan setumpuk laporan yang belum selesai. Ya, belum selesai kukerjakan dua kali.
Entah apalagi yang dilakukan sobat sekaligus atasanku itu, tapi tiba-tiba saja layar laptopku sudah menutup dengan cepat. Mendengus, aku segera mendongakkan kepala ke satu-satunya manusia – selain aku, pastinya – yang ada di ruangan ini.
“Lo kenapa?” tanyaku ketus.
“Lo yang kenapa!” Well, Tian memang bisa sedikit galak jika diperlukan. Karena itu, aku langsung menyenderkan diri ke kursi. “Lo nggak lihat sekarang jam berapa?” aku melirik sedikit ke arah jam dinding yang bertengger manis di dinding dekat pintu masuk. 19.30.
“Setengah 8, terus?” tanyaku lagi, sedikit bingung.
“Lo masih tanya? Udah sejak sebulan ini lo selalu pulang malem, Mar.” Tian menatapku dengan tatapan kemarahan sebagai sahabat, bukan atasan. Dan aku tau dia sedang khawatir sekarang. Tapi aku nggak apa-apa, aku hanya merasa butuh pengalihan pikiran. Dan bekerja adalah pengalihan yang sempurna. “Dan yang lebih aneh, lo betah-betah aja ngejomblo hampir sebulanan ini”
“Lo yang lebih aneh” Kini aku membalas kata-kata Tian. “Waktu gue gonta-ganti cewek, lo langsung ngomel. Giliran gue nge-jomblo, lo protes!” aku menggelengkan kepala dengan heran.
“Bukan itu maksud gue!” Tian menyela cepat, wajahnya kelihatan sangat kesal. “Sejak sama Ufi, gue tau lo udah nggak pernah lagi gonta-ganti cewek. Tapi itu karna lo setia sama Ufi. Lah ini? Sekarang kalian udah putus, dan lo masih ngejomblo?” Sial, kenapa juga harus ada nama wanita itu di pembicaraan kami?
“Gue cuma lagi males aja, bukan masalah besar” jawabku sembari membereskan kertas-kertas yang berserakan di meja, mengalihkan perhatian dari Tian.
“Lalala” belum sempat Tian menjawab, terdengar suara orang menyebalkan yang kini sudah memasuki ruanganku dengan se-enaknya! Aku menatap cowok itu dengan tatapan mengintimidasi, tapi cowok itu tetap tenang dan malah mengambil duduk di salah satu sofa di ruanganku.
“Lo ngapain sih disini? Gue lagi ngomong serius sama dia nih!” Tian menunjuk ke arah aku, tapi tatapan matanya mengarah ke cowok yang kini memperhatikan kami dengan tatapan jenaka.
“Alah gue juga tau apa yang bakal lo omongin ke dia,” Cowok itu berujar dengan penuh percaya diri, kemudian bibirnya membentuk senyuman cengengesan ketika menatapku. “Gue tau jalan keluarnya!”
“Apa?” Suara Tian terdengar penasaran, dan aku pun ikut memperhatikan sepupu Tian itu dengan seksama.
“Comblangin aja sama cewek” Jawaban Ahmad berhasil membuat mataku membuka selebar-lebarnya. Comblangin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love 3 : THE TRUE LOVE?
Novela JuvenilCopyright © 2014 by luthfia_AF WARNING : CERITA BELUM DIREVISI SAMA SEKALI, KESALAHAN DALAM PENULISAN DAN INFORMASI YANG TERMUAT DI DALAMNYA DIBIARKAN APA ADANYA. TERIMAKASIH UNTUK PENGERTIANNYA. (Kalau bisa baca 'You can't live without love?' dan '...