Bagian 1 - Si Tampan, Si Gendut dan Si Kurus

305 10 6
                                    

*KRIIIINGGGG!!!!* bunyi bel tanda pulang sekolah berdering keras ke seluruh penjuru sekolah. Murid-murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing dan segera pulang. Begitu pula dengan Davin, ia berjalan dengan santai ke area parkir dan mengeluarkan sepeda motornya saat tiba-tiba seseorang memukul kepalanya dari belakang dengan buku. 

"Eh, sempak komodo. Ntar malem gue ke rumah lu ya" ujar seorang siswa dengan tampilan berantakan ala berandalan Jepang. "Yaelah, jangan deh, Van. Ngabisin makanan doang lu di rumah gue" Davin menolak permintaan Evan yang memang selalu datang hanya untuk bermain video game dan makan di rumah Davin. 

"Bawel lu ah, ntar malem gue ajak Ical sekalian biar rumah lu juga dimakan sama dia" gurau Evan. "Hah? Makan? Ayok!" tiba-tiba muncul seorang siswa dengan badan besar dan kacamata tebal. "Eh kampret! Gue kira siapa. Gile, baru bahas makanan langsung nongol nih anak!" teriak Evan terkejut dengan kemunculan Faisal yang berbadan tambun.

"Ntar malem ke rumah Davin lagi nih? Besok libur kan? Ayolah, Vin, udah lama kita ga kumpul kan?" Faisal membujuk Davin agar ia mengizinkan mereka untuk berkunjung. "Emang lu ga ngapelin Vera?" tanya Davin pada Evan. "Besok-besok masih bisa, gue gatel mau ngebantai lu ntar malem. Pokoknya ntar malem gue ama Ical ke rumah lu ya!" ujar Evan sambil mengeluarkan motor tuanya dan membonceng Faisal yang berbadan seperti Shrek itu, membuat Davin khawatir pada kondisi motor yang mereka tumpangi.

Davin hanya tersenyum melihat kedua temannya yang unik itu. Evan yang berambut gondrong dan pirang merah, berbadan tinggi kurus dan gaya bahasanya yang kasar. Sedangkan Faisal yang berambut mohawk dengan badan gemuk dan berkacamata tebal. Sudah dua tahun terakhir mereka menjadi sahabat baik, suka duka mereka lewati bersama.

Davin mengeluarkan motor sportnya dan tancap gas sampai ke rumahnya. Sampai di rumah, Davin langsung makan siang dan tidur, sebab memang tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Inilah hidup Davin Primasetia, jauh dari orang tua dan keluarga. Hidup sendiri di rumah besar membuatnya malas untuk melakukan aktivitas.

Entah apa jadinya jika Evan dan Faisal tidak datang ke hidupnya dua tahun yang lalu. Pertemuan mereka memang dramatis, Evan dan Faisal yang memang akrab sejak SMP melihat Davin yang sedang didamprat oleh berandalan dari sekolah lain. Meskipun belum kenal dengan Davin, tapi Evan datang untuk membantu. Bukan! Bukan karena Evan merasa harus membantu teman satu sekolahnya, tapi karena Evan memang suka cari gara-gara dengan berandalan lain.

Kebetulan dilihatnya Davin dengan seragam almamater sekolahnya sedang dipukuli oleh tiga orang berandalan dengan seragam sekolah seberang. Tentu saja Evan dan Faisal yang hobi baku pukul itu langsung terjun ke lokasi dan sengaja terlibat. 

Dari situlah persahabatan mereka tumbuh dengan subur. Davin si anak orang kaya yang tampan dan pendiam akhirnya bersahabat dengan dua berandalan bebal, residivis tawuran dan spesialis video game, kombinasi yang tidak setiap hari bisa kita temukan.

*TINGTONGTINGTONGTINGTONG* Davin terbangun saat mendengar suara bel pintu rumahnya dipencet berulang kali dengan cepat. "Cih, pasti Evan" pikirnya. Tidak ada orang lain yang akan menekan bel rumahnya dengan cara paling brutal berulang kali selain Evan. Davin berlari ke arah pintu dan segera membuka pintu, dilihatnya Evan masih khusyuk memencet bel rumahnya walau Evan sendiri sudah melihat bahwa pintu sudah dibuka.

Tampak di belakang Evan, makhluk tinggi besar sedang asyik makan sandwich sambil membawa sebuah plastik besar yang tampaknya penuh berisi makanan ringan, siapa lagi kalau bukan Faisal. Ia mendekati Davin dan menyodorkan plastik itu "Nih, siapin. Yuk, ke atas" ujar Faisal asal main perintah saja. "Bel rumah lu jelek deh Vin, ganti gih" protes Evan. 

"Mau ganti yang gimana?" tanya Davin penasaran. "Apa gitu kek, yang kalo dipencet bunyinya 'kimochi' gitu biar seru kali rumah lu, terus yang mencet bel juga lebih semangat" jawab Evan yang hobi nonton film biru itu. "Berisik lu ah penjahat kelamin, buruan masuk" Davin memberi isyarat tangan agar Evan segera masuk.

From Hell With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang