Kelas pagi belum dimulai dan tampak Evan yang menyombongkan diri bahwa ia sudah pernah mencicipi makanan buatan Sofia. "Sumpah! Enak banget!" ujarnya sambil menceritakan apa saja menu yang dimasak oleh Sofia semalam. "Itu makanan kayaknya gak berasal dari dunia kita deh, enak banget!" ujar Evan mulai berlebihan.
"Lebay lu, cungkring!" teriak salah satu teman sekelasnya yang tampaknya sangat iri karena cerita Evan. "Heh, kutil cupang! Ngajak ribut lu, hah!?" teriak Evan yang tidak terima dikatai cungkring oleh temannya tadi.
Mereka hampir baku pukul saat pak Budi masuk ke kelas dan menertibkan mereka. "Hayo! Semua duduk! Jangan gaduh ya anak-anak!" teriak pak Budi memberikan instruksi untuk tertib. Semua siswa duduk di kursi masing-masing, termasuk Sofia dan tiga serangkai.
Pak Budi mengabsen daftar siswa dan tampaknya siswa yang hadir sudah lengkap. Namun ada satu hal yang tampak aneh bagi Davin, Tasya duduk sendirian. Apa hal itu biasa? Seingat Davin, jumlah kursi di kelas ini disesuaikan dengan jumlah siswa kecuali kursi untuk Faisal karena ia membutuhkan dua kursi sekaligus.
Davin melihat sekeliling dan sepertinya tidak ada yang menyadari itu. Dilihatnya Evan masih sibuk mengancam temannya tadi akan menghajarnya sepulang sekolah, Faisal sedang asyik makan siomay sembunyi-sembunyi, Sofia yang sedang bersiap belajar, Vera dan Tasya yang sedang mengobrol tak menghiraukan pak Budi yang sedang membuka kelas.
Apa yang aneh? Ada yang kurang, tapi apa? Lalu tiba-tiba datanglah seseorang masuk ke kelas dan menyapa pak Budi. "Pak, maaf saya terlambat, tadi masalah di rumah" ujar siswa itu. "Lho, kamu dari kelas ini?" tanya pak Budi.
Seisi kelas mendadak hening, mereka memang belum pernah melihat siswa itu. "Iya pak, jangan becanda deh, saya lagi gak begitu mood bercanda" balas siswa tadi pada pak Budi. "Aneh" sahut pak Budi. "Saya udah absen semua siswa dan semua udah masuk, kok. Kamu yakin kamu dari kelas ini, atau bahkan kamu yakin kamu siswa sekolah kami?" tanya pak Budi dengan senyuman, disahut gelak tawa seisi kelas.
"Nyasar ya neng? Sini sama abang!" teriak salah seorang siswa dari belakang. "Apa-apaan sih ini!? Gak lucu! Ulang tahunku udah lewat! Keluargaku juga pura-pura bego kayak kalian! Gak lucu, sumpah!" teriak siswa itu. "Nak, kamu ke ruangan konseling aja ya. Temui bu Siti di sana, saya khawatir kamu ada gangguan" ujar pak Budi. "Davin! Ini gue Vin!" ujar siswa itu berjalan ke arah Davin yang tampaknya tidak menertawainya sejak tadi.
"Kenalan lu, Vin? Cakep juga" ujar Evan. "Nggak, gue gak yakin gue kenal. Tapi..." Davin menepis ucapan Evan. Ia melihat ke seluruh kelas dan sampailah matanya pada satu titik, bangku kosong di samping Tasya. Entah kenapa Davin merasa ada yang aneh, siswa ini sepertinya berkaitan dengan bangku kosong di samping Tasya.
Davin melihat ke arah Tasya dan dilihatnya Tasya masih ikut menertawakan siswa di depannya, siswa yang dianggap gila oleh seisi kelas. Ia melihat sekeliling, teman-temannya tertawa, pak Budi seolah menanyakan apakah Davin mengenali siswa itu, Davin melamun dan pikirannya hampir kosong. "...in! Vin! Davin! CUKUP!" teriak siswa itu, membuat Davin kembali dari lamunannya dan seisi kelas mendadak hening kembali.
Siswa itu menggenggam tangannya, ia gemetaran dan air matanya mengalir cukup deras. "SUMPAH INI GAK LUCU! INI GUE!! SHERLY!! KALIAN LUPA SAMA GUE!? ATAU KALIAN CUMA MAININ GUE ENTAH APA ALASANNYA, INI KETERLALUAN!!!" teriak gadis itu sambil menangis lalu berlari keluar disusul pak Budi yang merasa kasihan.
"Sherly? Emang di sekolah kita ada yang namanya Sherly?" para siswa bertanya-tanya. Davin merasa ada yang tidak beres, ini aneh sekali, ada yang salah dengan hari ini, tapi apa? Dan hari itu pun berlalu tanpa ada yang mempermasalahkan tentang 'siswa asing' yang mengaku bernama Sherly itu.
Malam itu hujan turun, lagi-lagi listrik padam dan gemuruh guntur di mana-mana. Davin stand by di depan handphone nya, berjaga-jaga jika saja Sofia menelpon untuk meminta tolong menemani lagi. Davin bahkan sudah menyiapkan payung, jas hujan,lampu senter, lampu emergency, baju ganti dan beberapa bungkus mie instant.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Hell With Love
FantasyJatuh cinta? Itu hal biasa! Tapi dengan siapa kamu jatuh cinta? Pertanyaan besar untuk Davin Primasetia yang bersahabat dengan duo sahabatnya yang aneh, Evan dan Faisal. Pertemuannya dengan Sofia akan menjadi masalah besar yang melibatkan seisi nera...