#1
Edward terbangun dari tidurnya, ia mendengar suara kelontengan di dapur.
"Ayo Edward, saatnya bangun dan sarapan!" Terdengar suara seorang Wanita dewasa.
"Iya, sebentar." Edward segera bangkit dari tempat tidurnya dan menguap.
"Cepat bangun pemalas, sudah jam berapa ini, cepat bangun dan sarapan!" Ucap Wanita itu.
Sebelum dipanggil lagi Edward berjalan menuju dapur. Ia melihat dengan mata ngantuknya dengan samar- samar seorang wanita dewasa dengan perawakan tinggi ramping dangan mata hijau dan Rambut hitam lurus di kucir ekor kuda sedang menyiapkan makanan yang terlihat seperti sup.
"Selamat pagi Ibu!" kata Edward pada ibunya sambil berjalan dengan lesu menuju meja makan. "hari ini Ibu masak apa?" Edward duduk dan sesekali menguap sambil mengucek matanya.
"Ibu masak sup nak, ini silahkan dinikmati!" kata Ibu Edward sambil menyodorkan semangkuk Sup sayur ke Edward.
"Selamat makan." Edward mencicipi sesendok. "Ummm Enak sekali" Edward tidak bisa berhenti memasukan sendok demi sendok sup buatan Ibunya ke dalam mulutnya.
"Iya apa? Yaudah besok ibu masakin lagi ya." Ibu Edward terlihat sangat senang mendengar pujian dari anaknya.
Edward segera menghabiskan supnya dan berjalan menuju kamar mandi. "Ibu! Dimana sabunnya?" teriak Edward dari balik pintu kamar mandi.
"Sebentar, ibu ambilkan." Ibu Edward mengambil sebuah sabun batang berbentuk oval yang dibungkus kertas coklat. "Ini tangkap!" Ibu Edward melemparkan sabunnya melintasi tembok kamar mandi yang memang tak mempunyai langit-langit karena berada di dalam ruangan.
Edward dengan sigap menangkap sabun tersebut "Yap..." Edward membuka bungkusan sabunnya dan tanpa sengaja bukannya bungkusnya yang dibuang tapi malah sabunnya yang masuk tempat sampah. Edward menatap dengan lesu ke dalam tempat sampah, tempat sabunnya berada. Sialan... umpat Edward dalam hati. "Ibu, Aku minta sabun lagi!" Teriak Edward.
"Loh... tadi kan sudah ibu kasih, dimana sabunya?" kata Ibu Edward dengan nada dan ekspresi heran.
"Sudah berpulang ke tempat sampah!" Teriak Edward
Mendengar kata-kata anaknya Ibu Edward berusaha menahan tawa "Tempat sampahnya sudah ibu bersihkan tadi, cepat pungut lagi!"
Edward segera memungutnya, "Iya aku pungut lagi."
Edward tidak butuh waktu lama untuk mandi dan menggosok gigi. Begitu ia selesai mandi dan mengeringkat tubuhnya menggunakan handuk ia langsung memakai pakaiannya, menyisir rambutnya dan keluar dengan keadaan segar. Edward selalu berpakaian sesederhana mungkin, baginya pakaian mewah hanya akan menghambur-hamburkan uang.
Edward berjalan menuju kamarnya. Begitu ia membuka kamarnya yang penuh dengan perkakas dan senjata seperti Pemahat, Palu, Obeng dari berbagai macam ukuran dan bentuk, Busur, Anak panah, belati, Kapak, Tombak, Pedang, bahkan hingga baju zirah milik ibunya. Edward memang tidak keberatan menjadikan kamarnya menjadi gudang, asalkan ia tetap mempunyai ruang untuk membaringkan badan.
Edward segera menyelipkan sebuah Kapak yang biasa ia gunakan untuk latihan beladiri kepunggungnya. Kapak itu berukuran cukup besar, gagangnya saja melebihi setengah tinggi badan Edward, dan bahkan mata kampaknya pun sangat lebar dan berkilauan karena terlalu sering di poles dan di asah. Edward jelas sangat menyayangi kapak itu seperti anggota keluarganya.
Edward menghampiri Ibunya "Aku berangkat dulu" kata Edward sambil mencium tangan Ibunya.
"Mau kemana?" Tanya Ibu Edward
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brave Heroes
FantasyBerkisah tentang perjuangan tiga sahabat Edward, Carla, dan Leng dalam menghadapi duna yang kejam dan tanpa ampun. Dimana Manusia dan Iblis hidup berdampingan dan saling membunuh. kehidupan mereka dipenuhi dengan Perjuangan, Pengorbanan, Kesedihan...