Fase 19

2K 81 5
                                    

Kembali aura mencekam menggelayuti semua orang di ruangan ini. Terkecuali aku yang sungguh penasaran akan sosok Indo-Belanda satu itu. Dari kemarin, semua orang terlihat takut dan segan padanya. Bagaimana dia bisa masuk ke dalam rumah ini? Tidakkah Harun dan para gigolo lain berada di ruangan depan tempat di mana mereka biasa melakukan fitness? Seharusnya mereka berusaha mencegah bule Belanda satu ini. Atau jangan-jangan si Tuan Meneer memang sudah terbiasa keluar masuk rumah ini dengan leluasa tanpa seorang pun yang dapat melarangnya. Aku semakin penasaran.

Ridho melepaskan tubuh Miss Asih, begitu juga Nino melepas Mas Dony. Meneer Lutherhof mengangkat topinya dan menebar senyuman yang terlihat aneh bagiku.

"Lihatlah, Dony! Ambisimu akan Markonah telah kembali. Sepertinya, dia datang ke mari membawakan sebuah pembalasan!"

Aku terperangah semakin tak mengerti. Mengapa Miss Asih menyebutkan nama bencongku di hadapan Meneer Lutherhof? Pembalasan apa maksudnya? Apakah Miss Asih tahu aku menyimpan dendam pada ayah kandungku? Tapi apa kaitannya dendamku pada ayah dengan si bule Indo-Belanda itu ya? Sungguh aku semakin penasaran.

"Miss Asih, lama kita tak bertemu! Bagaimana dengan bisnis usahamu ini? Kelihatannya semakin berkembang pesat ya!" Meneer Lutherhof memilin ujung kumisnya hingga lurus melintang.

"Apakah Anda ingin menciptakan perang dunia ketiga di sini, Tuan?!" sambut Miss Asih dengan tatapan tak bersahabat.

"Tiga tahun lalu, Anda sukses menghujani komplek usahaku dengan tinja yang Tuan gali dari spiteng rumah Tuan dan melemparkannya menggunakan pesawat helikopter pribadi Anda! Good Job, Meneer!" ucap Miss Asih dengan nada yang sangat sinis.

Semua komplek rumah kami menjadi bau, dan butuh waktu satu minggu untuk kami membersihkannya! Lantas, sekarang Anda membawa misi apa lagi ke mari wahai Meneer Marcoinagh Lutherhof!? Ups, apa sebaiknya kupanggil Anda Markonah saja ya? Anda datang ke sini ingin menjemput Dony, bukan? Cinta Anda di masa lalu. Miss Asih menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Aku tercengang. Baru kuketahui kalau nama Mc di depan nama Lutherhof adalah singkatan dari Marcoinagh. Kalau diplesetkan nama dalam Bahasa Belanda itu bisa berubah bunyi menjadi Markonah! Kejutan kedua yang menambah aku tercengang yaitu hubungan Mas Dony dengan si meneer di masa silam. Ternyata mereka berdua pernah berpacaran. Sebegitu besarkah ambisi Mas Dony terhadap sumpah serapah nenek moyangnya?

"Api padam puntung berasap! Begitulah pepatah mengatakan, bukan? Saya kemari memang ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian semua. Bahwa kalian semua bersiaplah menerima kejutan besar dari saya nanti malam, yang akan berjalan mundur selayaknya kita menyambut sebuah perayaan. Saya akan senang hati bila Dony mau kembali ke pelukan saya dan akan saya ajak Dony untuk married dengan saya di negeri kampung halaman saya!" Meneer Lutherhof mengetuk-ngetuk tongkatnya ke lantai.

"Lupakan masa lalu Meneer! Saya tidak akan pernah sudi menikah dengan Anda. Ingatlah antara keluarga kita terdapat dendam tujuh turunan, yang berawal dari hubungan nenek buyut kita yang saling mencintai, walau hubungan mereka adalah hubungan terlarang!" tangkis Mas Dony sengit.

"Terlarang? Hohoho... Di negeriku tidak! Dony, tidakkah Anda berpikir bila kita berdua menikah, maka secara tidak langsung kita telah memupus dendam antar keluarga kita. Saya risih harus menyandang nama Marcoinagh karena amanat nenek buyut saya. Sedangkan Dony berulang kali menolak dan memutuskan saya, sehingga menuai dendam antar keluarga yang berkepanjangan!" Meneer Lutherhof menatap lurus mata Mas Dony.

"Tapi saya tidak mencintai Anda lagi Tuan Meneer!" Mas Dony memalingkan wajahnya.

"Oke, bila itu mau Anda. Bersiaplah menerima kejutan dari saya: tiga buah kejutan berantai yang akan dimulai pukul sembilan tepat nanti malam!" seru Meneer Lutherhof congkak. Tangannya kembali memilin kumisnya yang melintang.

Pembalasan MarkonahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang