PROLOG

104 9 4
                                    

Evan , Mandy, Ghina ,dan Damar menyeruak di antara kerumunan anak-anak lain seusia mereka . " minggir ... Minggir dong ! ". Teriak Mandy sambil mendorong-dorong tubuh beberapa cowok yang menghalangi pandangan ke papan pengumuman , Evan dan Damar cuma bisa geleng - geleng kepala .Tingkah Mandy memang terkadang lebih sangar dari pada cowok , sementara Ghina justru kebalikan dari sifat Mandy, sebagai cewek Ghina sangat feminim . Dan Ghina hanya tersenyum melihat ulah Mandy .

  Keempat sahabat itu sudah tiba tepat di depan papan yang ditempeli selembar karton bertuliskan pengumuman nama-nama murid yang diterima di SMA. Mereka mulai mencari nama mereka diantara nama yang tidak tersusun sesuai abjad tetapi berdasarkan penempatan kelas.

  "Horee ada nama gue ... " teriakkan Ghina memekakan telinga , nama Ghina Mareeta memang tertera jelas di papan pengumuman tersebut , sementara itu Mandy , Evan ,dan Damar masih sibuk mencari nama mereka " woi... nama gue juga ada...." Damar langsung berteriak dengan Evan yang ada di sisi nya. " sip ..kita kayaknya tak terpisahkan nih bro ,lo liat kan tuh... Revan haedar akalanka ! " kata Evan sambil menunjuk nama lengkapnya yang tertera dipapan pengumuman .

   Sekarang tinggal Mandy yang masih sibuk mencari . " Gawat kok nama gue belum ketemu juga ya ?" umpat Mandy panik .
"Ah ,masa sih ?? Sini gue bantuin cari ," kata Ghina menawarkan bantuan , Evan dan Damar pun langsung bergabung mencari nama Mandy di papan tulis. Semua baris nama mereka baca satu per satu ,tetapi tetap saja nama Amanda Mhazfa yang adalah nama lengkap Mandy tidak mereka temukan. Kali ini muka Mandy pucat pasi. Dadanya berdebar kencang. Lututnya lemas dan memutuskan untuk duduk. Gila gimana ya kalo gue nggak satu sekolah sama anak-anak ? Masa gue akhirnya terpisah sama mereka ?  Pikiran Mandy sudah kemana- mana. Mandy memikirkan kemungkinan buruk akan terjadi padanya. Tiba-tiba saja mata Mandy terasa perih. Jarang sekali Mandy merasa begitu sedih , apalagi menangis. Tapi kali ini Mandy merasa putus asa .

  " Mandy lo gak papa kan ?? " tanya Ghina yang kelihatan Khawatir. Mandy tersenyum hambar ." it's OK maybe i dont deserve to be with you anymore ,guys ," ucap Mandy lirih. Ghina ,Evan,Damar tersentak mendengarnya. Ketiga sahabat Mandy itu juga kelihatan sedih ikut prihatin. Setelah sejak SD mereka berempat selalu bersama-sama, mungkin sekaranglah waktunya salah satu dari mereka harus berpisah. God !am i stupid?? Sampai gue nggak bisa masuk di SMA Bhankti Tunas Bangsa ? Emang sih SMA ini selektif banget ,tapi kan nilai gue lumayan bagus. Pikir Mandy mengutuk dalam hati.

  "Mandy ,kita ke kantor administrasi aja yuk ! Biar bisa dapet kepastian langsung soal nama lo ". Ajak Evan. Mandy menggeleng "Nggak usah ntar malah tambah kecewa lagi .... Gue pasrak kok. Gue sungguh nggak papa ,i'm totally fine ," kata Mandy sambil tersenyum menutupi kesedihannya. " Tapi Man ..." belum sempat Evan menyelesaikan perkataan nya Mandy sudah menyeruak kerumunan anak-anak di belakang nya. Mandy melangkah pergi ia berjalan sambil menunduk , sementara air mata nya sudah menetes di sudut mata Mandy. Air mata itu bergulir mengalir ke pipi dan akhirnya jatuh ke secarik kertas karton di lantai. Sekilas Mandy memandangi kertas karton yang terinjak kaki nya. Di karton ada berbaris baris nama. Nama-nama acak yang tidak sesuai abjad ,Mandy penasaran dan mulai membaca nama-nama Tersebut. Malini Latifaningsih , Kurnia Ayunita , Khoirul Ghufron... Amanda mhazfa ... Mandy terkesiap. Refleks ,Mandy  mengambil kertas karton tadi.

   "Ya ampun. Ini kan nama-nama anak baru yang di terima di sekolah ini juga ...!" Ghina menjerit tertahan. " kok bisa ada di sini ?" tanya Damar yang tiba tiba sudah ada di samping Mandy, dengan tatapan heran .
"Mungkin gara-gara tadi banyak banget  yang mau liat terus kertas ini kecabut ", urai Ghina dengan teori nya . Evan dan Damar mengangguk .Mandy masih terpaku memandangi karton di tangan nya .
"Ini nama lo Man .... Nama lo ...! " teriak Ghina berjingkrakan. " Ghina lo Kenceng amat sih teriaknya " Protes Damar sambil mengelus - elus kupingnya yang terasa pekak karena teriakan Ghina .
Ghina sendiri nyengir ," ya maaf nama nya juga kebiasaan " , bela Ghinat Kali ini Mandy yang nyengir. Ghina memang gitu sebagai cewek dia feminim banget. Tapi jangan tanya deh kalo dia lagi seneng. Dia bisa teriak ampe bikin satu sekolahan kedengeran.

   " Nah gitu dong... senyum. Gue yakin kok kalo lo pasti bakal terus sama-sama kita ," kata Evan membuyarkan lamunan Mandy. Bukkk !!!!!! Tiba-tiba bogem mentah Mandy mendarat di bahu Evan ," bisa aja lo..." .
" Aduh....aduh ..." Evan meringis sambil memegangi bahunya yang terasa sakit. Ghina dan Damar tertawa terbahak-bahak. Mandy is back. Tukang pukul mereka sudah kembali ceria seperti sediakala.

Cukup segini dulu prolog nya maap kalo banyak typo nya wkwkk sampai ketemu di updatan selanjutnya 😁😁😁

 Evan Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang