Mobil Antonio terpakir disebuah villa megah bercat putih perpaduan abu-abu, seorang wanita cantik menyambutnya ketika ia membuka pintu mobil. Ia tersenyum lalu mengoceh untuk berbasa-basi.
"Bagaimana keadaanya?" tanya Antonio dingin tanpa menatap perawat itu.
"Keadaannya jauh lebih baik, ia bahkan sudah bisa mengingat saya dan perawat yang lainnya." balas wanita itu sembari tersenyum manis.
Antonio memasukki lift yang masih diikuti oleh wanita disampingnya, lift terbuka menampilkan lorong panjang berwarna putih keseluruhan. Antonio berjalan cepat, meninggalkan perawat itu dibelakangnya lalu berbelok dan menampakki lorong yang berjenis sama lainnya. Ia membuka salah satu pintu lalu memasukkin salah satu ruangan, para pegawai menunduk saat melihatnya. Tanpa membalas sapaan, Antonio tetap berjalan lurus. Matanya terarah kedepan.
Perawat yang berjaga didepan pintu, membungkukkan badan ketika melihat bos-nya. "Dia sedang tidur pak." sahutnya sembari membungkukan kepalanya.
"Tak apa, biarkan saya masuk." titahnya yang segera dituruti oleh perawat tersebut.
Antonio mengambil kursi dengan penyangga terbuat dari besi, ia duduk disamping wanita yang sedang terbaring lemas, memejamkan matanya. Tertidur dengan nyenyak.
Kedua bola mata selaras Antonio menatapnya dengan sorot lembut, tangannya terulur menyentuh lengan mengelusnya perlahan lalu menangkapnya. Ia menciumi tangan rapuh dan mungil itu, wajah yang selaras mirip putrinya itu sedikit bergerak. Tak nyaman dengan tidurnya.
"Maaf, aku meminta bantuan pada orang yang telah membuat mu begini. Aku minta maaf." Antonio berucap lirih, sosok pria kuat lenyap.
"Aku tau, Dian hanya bisa sembuh olehmu. Namun aku masih takut mempertemukan kalian, aku yang salah disini. Bencilah aku teriakilah aku pasang wajah jutekmu seperti biasanya. Jangan seperti ini, Marika! Jangan menghukumku seperti ini." pria itu semakin menjadi, berucap dengan suara berat dan serak. Menahan air mata.
Satu tetesan air mata lolos dari seorang pria gagah, ia mengusapnya kasar. Menciumi tangan istrinya untuk yang terakhir, lalu beranjak pergi. Ia menatap sekilas wanita itu, lalu beranjak pergi.
💍
Dian yang tidak kuat disiksa selama satu hari dengan dijejali aktivitas padat langsung memberondongi ayahnya, ia melompat kepada pria itu lalu memeluknya dengan erat. Antonio terkejut, ia menatap was-was pada Dian.
Ia lupa, anak itu datang hari ini. Apa yang telah ia lakukan pada putrinya hingga begini. Sepertinya ia akan menarik perkataanya, menyuruhnya bukan solusi yang terbaik.
"Pah Dian putrimu ini dizholimi ama pelayannya sendiri." pekik Dian. "Bagus tuh dijadiin judul novel. Putri yang disiksa pelayan." dia juga mendapat bonus insipirasi.
Kemudian dari arah yang sama, Seto datang sembari membawa centong sayur. Napasnya tersengal, ia ngos-ngosan. Tatapannya geram menatap pada putri satu-satunya Antonio.
"Apa yang kalian lakukan?" intrupsi Antonio membuat Seto langsung menegapkan badannya. Mengikuti cara baris-berbaris paskibra.
"Liatin deh pah mukanya, serem." Dian menjadi kompor, supaya ayahnya membela dirinya.
Antonio menatap pria didepannya, ia memasang wajah meminta penjelasan. Seto berdehem, menyembunyikan centong sayur dibelakang badannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Steal me heart
RomansaDian selalu menyembunyikan dirinya dalam bayang-bayang masa lalu, tanpa bisa mengingatnya. Gadis itu selalu menyakiti dirinya, bahkan dunia pun selalu menjungkir balikkan kehidupannya.