Haknyeon menatap seisi ruang guru dengan tatapan tidak percaya, hal-hal yang ada di dalam ruangan ini benar-benar di luar dugaan, kedua bola mata Haknyeon dapat dengan jelas melihat beberapa berkas melayang bebas di udara, seorang guru yang menyesap kopinya dengan pena yang dengan sendirinya bergerak teratur di atas kertas di mejanya, dan juga satu sisi dinding penuh tulisan yang jika sudah 5 menit berlalu, tulisan itu akan dengan sendirinya terganti.
"Bagaimana? Apa sudah menemukan guru yang kau cari?"
Haknyeon yang tadinya sibuk memperhatikan sekitar langsung mengalihkan pandanganya pada Seonho.
"Belum, aku hanya ingin bertanya soal jadwal ku sehari-hari. Bisa kau bantu aku untuk menemukan guru yang mengurusi bidang ini?"
Seonho mengangguk, ia lalu berjalan menuju ke salah satu dari beberapa meja guru, dan tak lupa Haknyeon yang mengekor di belakang.
"Kim Shihyun-ssaem adalah salah satu guru pembimbing, selesaikan dulu urusanmu, aku menunggu di luar." Seonho tersenyum pada Haknyeon sebelum akhirnya berjalan pergi meninggalkan pemuda itu.
Haknyeon menghembuskan nafasnya pendek sebelum akhirnya ia berjalan mendekati meja guru pembimbing tersebut.
"Murid baru?" Tanyanya lembut.
Haknyeon mengangguk dan menyerahkan kertas identitas dirinya pada sang guru, guru tersebut lalu mengambil dan membaca kertas identitas milik Haknyeon, tak lama ia mengangguk tanda mengerti dan langsung menarik laci meja, mengeluarkan dua buah kertas dan memberikanya pada Haknyeon.
"Jam belajar untuk siswa maupun siswi yang berasal dari kabin 1 hingga 4 seluruhnya sama, hanya berbeda kelas saja."
Haknyeon menganggukan kepalanya mengerti, matanya masih terfokus pada tulisan-tulisan di kertas dimana jadwal itu tertulis.
"Kalau begitu, terima kasih atas bantuanya, ssaem." Haknyeon membungkukan badanya sopan dan dibalas senyuman oleh guru pembimbing tersebut.
"Kembali kasih."
Haknyeon dengan segera membalikan tubuhnya dan berjalan meninggalkan ruang guru, selama perjalanan keluar dari ruang tersebut, ia harus bersusah payah menghindar dari berkas-berkas melayang di udara yang melesat dengan cepat dari meja yang satu ke meja lainya.
Seonho yang masih setia menunggu di luar ruang guru terkekeh geli saat melihat wajah pasi Haknyeon, seperti mengisyaratkan dirinya untuk cepat membawanya pergi dari tempat itu.
"Kau akan terbiasa nantinya, Tuan Joo." Haknyeon mengangguk lesu, padahal baru hari pertama, bagaimana dengan hari-hari selanjutnya?
"Lebih baik kau ganti pakaianmu dengan seragam serta atributnya."
Seonho tanpa izin langsung menarik Haknyeon ke daerah kabin 1. Haknyeon menurut saja, daripada ia harus berurusan dengan 'mahluk' lainya, itu hal mengerikan yang tidak perlu dibayang-bayang.
Setelah sampai di lorong-lorong kamar, Seonho yang tanpa bertanya nomor kamar Haknyeon langsung berhenti tepat di depan kamar no. 120, Seonho lalu membuka pintu kamar dan dengan sopan mempersilahkan Haknyeon masuk.
"Aku akan menunggu, lebih cepat lebih baik!"
Setelahnya pintu kamar kabin 1 no. 120 tertutup rapat. Haknyeon tanpa buang waktu lagi dengan gerakan cepat meraih seragam miliknya dan segera memasuki kamar mandi di sisi ruangan.
Sementara Seonho menunggu Haknyeon di luar kamar, sesekali ada murid kabin 1 yang membungkuk sopan bila bertemu denganya dan saat itu pula Seonho harus berulang-ulang berucap pada mereka yang berlaku seperti itu untuk memperlakukan dirinya seperti murid lainya saja. Seonho sendiri merasa risih jika diperlakukan seperti itu, ia ingin teman-temanya memandang dirinya sebagai murid biasa, bukan cucu dari pendiri Asrama. Ya, Seonho adalah cucu dari pendiri asrama Herlig, keinginanya untuk menjadi murid di asrama ini karena ia ingin merasakan hal baru. Menurutnya, sekolah-sekolah normal itu membosankan.
![](https://img.wattpad.com/cover/120289263-288-k303256.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Phobos and Deimos - HakWoong
FantasyHerlig, asrama dimana seluruh siswanya 80% anak yang 'tidak di-inginkan' di keluarga mereka. Suatu hari, anak tak di-inginkan lainya datang dan membuat seluruhnya berubah. "Phobos dan Deimos, kuda tunggang dewa perang, ares yang pemberani." -Jhn. [...