♪ Kalau kau menginginkannya, Sayang, Aku akan buktikan diriku padamu ♪
.
.
.Lagi, entah untuk yang keberapa kalinya, Lisa menemukan sebuah amplop merah yang lucu di lokernya. Siswi cantik berdarah Thailand berperawakan tinggi langsing dengan rambut pirang yang bebas terurai itu mendengus, sebal, karena sampai saat ini ia tak pernah tahu siapa pula lelaki yang hampir setiap hari menyimpan amplop merah berisi surat cinta itu di lokernya. Helloooooo! Ini sudah 2017! Apa masih jaman ia menerima surat cinta seperti itu dari seorang pengagum rahasia? Rasanya tidak, sama sekali.
'Teruntuk permataku yang indah, Lisa.'
Huwek! Membaca kalimat pembuka surat itu saja, Lisa ingin muntah rasanya. Antara geli dan jijik, keduanya bercampur aduk menjadi satu. Jujur saja, Lisa bukan tipikal seorang gadis yang dengan mudahnya luluh karena hal-hal romantis macam ini. Jadi, siapapun itu, tolong berhentilah sebelum Lisa benar-benar muak!
BRAK!
Suara tas yang dilempar pemiliknya jatuh tepat ke atas meja di samping meja gadis itu. Tanpa mau melihat wajah si pemilik tas, Lisa buru-buru memasang earphonenya untuk mendengarkan musik.
"Selamat pagi, Lisa-ku yang cantik!"
Kai. Siapa lagi yang menyapanya dengan penuh rayuan kalau bukan dia?
"Aku tidak dengar, aku sedang memakaiearphone." Ucap Lisa tanpa mempedulikan kehadiran Kai yang sudah duduk manis di sebelahnya.
Kai tertawa, sedetik kemudian ibu jari dan telunjuknya mencubit pipi Lisa gemas hingga siempunya pipi kesakitan dibuatnya.
"Sebentar lagi kita sudah mau berpisah lho! Masa kau masih tidak mau kencan denganku?"
Ya, memang. Kai sudah menyukai Lisa sejak pertama kali gadis itu memperkenalkan diri sebagai siswi baru pindahan dari Thailand, dan 2 tahun sudah Kai menunggu Lisa membalas perasaannya. Kini, mereka hanya tinggal menunggu pesta perpisahan, setelah itu, 3 tahun masa SMA mereka akan berakhir.
"Berhenti menggodaku, Kai! Kalau kita berpisah, ya sudah. Aku malah akan sangat bersyukur karena tak akan ada lagi lelaki pengganggu yang duduk di sebelahku."
"Oh? Itu tidak mungkin, Lisa! Kau pasti akan sangat merindukanku kalau sampai kita berpisah nanti kau belum menerima tawaran kencanku!" Balas Kai penuh percaya diri diakhiri tawa renyahnya.
"Terserahlah."
♪♬♪
Poster pesta perpisahan yang akan diadakan malam minggu nanti tertempel di beberapa majalah dinding dan menarik perhatian Lisa sepulang sekolah. Kalimat 'Datanglah bersama pasanganmu!' dan juga 'Pesta ini bukan untuk jomblo.' tampak jelas dipertebal untuk menambah penekanan.
Lisa berdecih kesal, "Siapa juga yang membuat aturan seperti itu!"
Tak mau ambil pusing, Lisa memilih untuk melanjutkan langkahnya. Namun belum sampai ia keluar gerbang, langkahnya terhenti.
"Sepertinya... ada yang tertinggal. Tapi, apa ya?"
Gadis itu melihat-lihat lagi isi tasnya dan meraba-raba setiap saku yang ada di seragamnya untuk memastikan tak ada satupun barangnya yang tertinggal. Ternyata benar saja, ponselnya belum ia ambil di loker setelah pelajaran terakhir tadi usai. Mau tak mau, ia harus kembali lagi ke kelasnya yang ada di lantai 3.
Nafas Lisa masih tersengal, menaiki anak tangga dengan terburu-buru dirasa cukup untuk membuatnya kekurangan asupan oksigen. Lantai 3 rupanya sudah tampak sepi. Lagi-lagi, gadis itu memberhentikan langkahnya, namun kali ini dengan sedikit bersembunyi di balik dinding. Lisa menajamkan indera penglihatannya tatkala sepasang netranya itu menangkap tampak belakang punggung seorang siswa yang sepertinya tak asing lagi. Siswa itu terlihat berdiri di depan lokernya, entah sedang apa. Namun rasa penasaran Lisa selama ini akhirnya terjawab saat lelaki bertubuh proporsional itu mengeluarkan sebuah amplop merah dari sakunya dan menyimpannya di loker Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAR SERIES
FanfictionSetiap pertemuan pasti mempunyai akhir. 8 kisah cinta dengan rasa berbeda dari siswa-siswa kelas 3 SMA yang akan menghadapi pesta perpisahan mereka sebentar lagi. Akankah mereka semua bisa menciptakan akhir yang bahagia dan meninggalkan kenangan ind...