♪ Bagaimana caraku menggambarkanmu? Kau berbeda, kau seperti dirimu ♪
.
.
.
Irene masih menyesap susu hangat rasa vanilanya di kantin saat teman-temannya yang sesama anak hits asik menggosipkan lelaki-lelaki incaran mereka untuk pergi bersama ke pesta perpisahan.
Gadis cantik itu tertawa tertahan, lucu saja mendengar sebuah fakta mencengangkan tentang Suho yang ia ketahui masih menjomblo kemudian berlagak membuat pesta perpisahan di mana lelaki itu hanya mengundang anak-anak yang memiliki pasangan dan tidak memperbolehkan kaum jomblo untuk ikut serta.
Hei! Apa dia tidak berkaca?
Ya, bebas saja sih. Toh, dialah si pangeran anak ketua komite sekolah yang menyelenggarakan malam pesta perpisahan itu. Tapi, memangnya dia tidak akan malu apa?
"Hei, Irene!" Panggil teman-temannya. Irene menoleh malas.
"Apa kau akan pergi ke pesta perpisahan bersama Suho?"
"Hm, bagaimana ya?" Gadis itu kelihatan sekali berpura-pura berpikir. "Aku tidak tahu. Dia belum memberi tanda-tanda akan mengajakku pergi."
"Aiii~~ yang benar saja! Kupikir kalian sudah berkencan!"
"Iya! Kenapa sih kalian tidak berkencan saja?! Kalian cocok sekali tahu!"
"Lalu apa kau tidak akan datang ke pesta perpisahan?!"
Irene tertawa garing, "Entahlah."
Jika Suho adalah pangeran, maka bagi kebanyakan warga SMA itu, Irene-lah yang paling tepat menjadi sang puteri. Tak hanya karena wajah mereka yang sama-sama sempurna, mereka pun diyakini memiliki banyak kecocokan. Sama-sama dari keluarga kaya raya, sama-sama memiliki tingkat intelektualitas tinggi, juga yang terpenting, mereka sama-sama anak populer.
"Irene! Irene! Suho kemari! Suho kemari!"
Manik Irene langsung bertemu dengan tatapan dingin Suho. Pangeran tampan itu baru saja melangkah masuk ke kantin bersama teman se-gengnya sesama flower boy.
"Ciyeee! Ciyeee! Sudah kau ajak saja sekarang! Lama-lama dia bisa diambil orang lain lho!" Seru teman-teman Suho, berusaha mempermalukan lelaki itu di depan sekian banyak penghuni kantin dengan volume yang sengaja dimaksimalkan.
Irene diam-diam tersipu, memperhatikan tingkah laku lelaki yang memang menarik perhatiannya sejak bergabung dalam kepengurusan OSIS.
Suho bukanlah ketua dalam organisasi itu, ia hanya mengambil peran sebagai anggota paling tampan agar seluruh warga sekolah menyadari eksistensinya, atau kasarnya, ia hanya sekedar numpang tenar. Tak jarang Suho menjadikan ketua OSIS sebagai pesuruhnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun sifat dan sikapnya terlihat buruk, Irene tetap menyukai lelaki itu. Baginya, itulah kodrat mereka sebagai orang kaya, bersikap sombong dan angkuh adalah hal biasa.
♪♬♪
Saat seorang bapak guru sedang asik bercerita tentang pengalaman masa mudanya di depan kelas, Irene memasang earphonenya dengan volume maksimal tanpa mau mendengarkan gurunya bercerita.
Sudah cukup rasanya ia melakukan pencitraan selama 3 tahun masa SMA-nya ini untuk mendapat perhatian dari semua guru dan dikenal sebagai siswi teladan. Keuntungan menjadi 'siswi teladan' adalah meskipun kau mendapat nilai 100 karena mencontek, guru-guru akan tetap mempercayaimu kalau nilai itu adalah murni dari otakmu sendiri. Sedangkan jika kau dikenal sebagai 'anak nakal', sekalinya kau mendapat nilai 100, guru-guru akan mencurigaimu melakukan kecurangan meskipun nyatanya nilai 100 itu berasal dari otakmu sendiri yang ingin berubah menjadi lebih baik. Percayalah, ini adalah pengalaman Irene sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WAR SERIES
Fiksi PenggemarSetiap pertemuan pasti mempunyai akhir. 8 kisah cinta dengan rasa berbeda dari siswa-siswa kelas 3 SMA yang akan menghadapi pesta perpisahan mereka sebentar lagi. Akankah mereka semua bisa menciptakan akhir yang bahagia dan meninggalkan kenangan ind...