I. Secret

1.8K 141 13
                                    

Woojin menatap temannya yang ia kira sudah gila dengan wajah tidak percaya. Tadinya Woojin ingin melepas penat, meminum jus jeruk di kantin favorit-nya dengan tenang. Fisik dirinya ingin istirahat setelah selesai bergelut ber jam-jam dengan buku pelajaran bersama wajah guru yang membosankan. Namun tentu saja Jihoon harus menghancurkan surga kilat nya dengan berkata bahwa Ia ingin menjadi seorang Manajer basket di sekolah mereka.

Bukannya apa, tapi sohibnya ini bahkan tidak bisa membaur dengan orang baru tanpa dirinya. Sangat anti-sosial, punya masa lalu buruk juga. Lalu tiba-tiba ingin menjadi Manajer basket. Di sambar geledek siang bolong, mungkin.

Bau berbagai makanan yang tercampur di kantin ini biasanya tidak pernah tercium oleh Woojin. Namun karena perkataan Jihoon yang cukup gila, Ia merasa indera penciuman nya jadi dua kali lebih tajam, alhasil Woojin merasa pening. Mungkin juga karena faktor ruangan yang di penuhi para siswa, belum lagi di iringi obrolan-obrolan puluhan orang yang sangat ricuh dari biasanya.

Woojin setelah menampar pipi bulat milik Park Jihoon yang duduk di seberangnya -niatnya sih agar Jihoon sadar, kini berdiri dari kursi panjang kantin sambil membawa gelas berisi es jeruk yang masih tersisa setengah. Ia harus melarikan diri sebelum anak di depannya ini mengoceh lebih aneh.

Jihoon yang mengesampingkan pipinya di tampar buru-buru meraih tangan Woojin dengan cepat melebihi gerak kaki temannya itu, Ia menahan pergelangan tangan Woojin dan memaksanya duduk kembali. "istirahat masih panjang, buru-buru amat."

Hasilnya Woojin dengan terpaksa mendengarkan penjelasan Jihoon yang ia yakini adalah ide gila. Ia masih ingat sekali masa-masa dimana mulainya Jihoon menjauhkan diri dari keramaian.

Mending mati aja, Katanya ketika Woojin memaksa Jihoon mengikuti kompetisi dance dengannya. Jihoon itu pandai menari, Woojin tak sengaja melihat temannya melakukan gerakan popping ketika ia berkunjung ke rumah Jihoon, berniat mencontek PR matematika yang ia benci.

Lebih singkatnya Park Jihoon membenci hal-hal berbau sosial, tapi satu hal, Jihoon bukanlah seorang Introvert. Jihoon menyukai alam luar, pandai bicara dan lebih senang ditemani jika melakukan sesuatu. Jihoon hanya membenci hal-hal asing yang keroyokan.

Fakta lainnya, Jihoon hanya mempunyai beberapa kenalan. Tapi untuk teman hanya Woojin yang ia bisa ingat. Alasan mereka bersahabat? Terima kasih kepada rumah mereka yang berdekatan, mereka dipaksa para ibunya untuk saling mengenal sejak masih meminum asi. Lalu tiba-tiba seperti di datangi ajal, Jihoon ingin menjadi seorang manajer, yang sudah pasti harus mengurusi lebih dari 1 orang asing. Jihoon kira Woojin bisa langsung percaya?

"Gue yakin, ini jalan terakhir gue buat dapetin- maksud gue di notice dia.. sebelum kita lulus trus pisah." Lagi, Woojin menepuk pipi Jihoon. Kali ini lebih keras, berharap setan di siang bolong di tubuhnya menghilang.

"Cuma buat di notice doang? Itu prinsip apa air cucian piring mi ayam?" tanpa menghiraukan ringisan Jihoon yang memegangi pipinya yg mulai memerah, Woojin menghela nafas panjang dan meminum sisa jus jeruk yang es nya sudah meleleh semua, membuat jus nya menjadi hambar.

"Gue tau lo itu naif, polos atau apalah, tapi gue ngga tau kalo lo sampe ke tingkat goblok."

Goblok dengan kata lain sudah kelewatan bodoh, Woojin memilih kata yang tepat. Walaupun ia tahu betul Jihoon memiliki potensi berpikir lebih baik dari anak sebayanya, berpikir secara analisis dan konseptual adalah keahliannya. Jihoon selalu mendapat beasiswa penuh. Predikat murid teladan, Jihoon raih dengan mudah karena kecerdasannya.

Misunderstand ❤Panwink❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang