V. Did I?

764 86 13
                                    

5k+ words. Selamat mabok.

***

Lai Yi-cheng atau kerap disapa Leo adalah nama dari Ayah Guanlin. Nama Lai Yi Cheng akan terdengar asing bagi siapapun yang tidak punya relatif dengan beliau, berbeda dengan sebutan Leo yang hampir satu penjuru sekolah hafal betul sebutan sakral itu.

Sebagian besar termasuk Jihoon tidak mengetahui bahwa beliau menulis buku autobiografi berjudul 'A Journey : Lai Yi Cheng' yang dirilis 17 tahun lalu dimana buku tersebut adalah bacaan favorit Jihoon.

Jinhee -kakak Jihoon saat mengetahui adiknya mulai hobi membaca buku memberikan tumpukan buku autobiografi koleksinya, Jinhee tidak mengurungkan niatnya meski saat itu Jihoon masih berumur 10 tahun. Jihoon anak pintar, buku sesulit apapun akan menjadi sepotong kue untuknya. Pikir Jinhee.

Buku Lai Yi Cheng sudah terlalu tua, Jinhee bilang ia sudah menyimpan buku itu selama 8 tahun. Jadi, jangan salahkan Jihoon untuk tidak mengenali Lai Yi Cheng dan Leo adalah orang yang sama.

Tampilan luarnya saja sudah terlihat lecek dan butek, foto profil dalam buku sudah tidak jelas bahkan sobek di bagian ujung, untung saja semua halaman masih utuh saat mata Jihoon rutin mengecek nomor yang tertera di bawah kertas setiap membalik lembar per lembar.

"Nyesel lho ngga liat kegantengan seorang Lai Yi Cheng."

Jinhee sangat bersikukuh berkicau bahwa wajah beliau bisa di bandingkan dengan para aktor muda jaman sekarang kala Jihoon berkata ia tidak penasaran dengan parasnya.

Memang siapa yang akan tertarik tampan atau tidaknya seorang tokoh dalam buku? Jihoon sekarang, mungkin. Tapi tidak untuk umur 10 tahun dirinya waktu itu.

***

Jihoon berdiri bersama 7 anggota Eagles di sampingnya, minus Dongho tentunya mengingat Ujian kelulusan diadakan minggu ini. Tubuh mereka terlihat kaku. Bahkan Pembina ataupun orang berwajah malaikat berhati diktator (baca: Pak Leo) di hadapan mereka tidak memberi perintah untuk menyimpan tangan di belakang punggung, tapi rasanya postur paling aman memang begini.

Jihoon memilih jalan terkutuk, ia menyalahkan dirinya yang tidak sarapan. Jihoon seharusnya absen hari ini dan tidur dirumah bukan berdiri menemani Guanlin disampingnya yang mungkin akan kena semprot. Semoga gue ngga kena semprot atau bahkan cuma cipratan, amin.

Sambil mengecek jam tangan di lengannya, Pak Leo lalu meminta maaf karena akan menyita waktu latihan. Sebentar saja, tidak lama, kata beliau di kalimat terakhir. Bulu kuduk Jihoon langsung berdiri, kenapa suaranya jadi berubah dingin.

"Saya dengar ada pertandingan besar setelah Ujian nanti?" Suara Pak Leo menggema ke seluruh lapangan, lalu Seonho menyahut, "Iya Om." tanpa ragu, mewakili 7 suara yang tiba-tiba kelu.

Jihoon berasumsi keluarga mereka dekat, kontras sekali perbedaannya dengan Jihoon yang bahkan tidak bisa lama-lama memandang beliau. Tatapan Pak Leo terlihat santun sampai-sampai Jihoon dibuat kaku melihatnya, auranya sangat tidak sinkron dengan senyumannya.

"Guanlin?"

Mata Jihoon mengerjap lebih cepat dari biasanya, efek gugup. Lalu menoleh kearah Guanlin yang kini sedang menatap Pak Leo sembari memainkan jemarinya di balik punggung, ia menggigit bibir bawahnya. Anak sinting ini gugup juga?

"Kamu tidak diizinkan ikut pertandingan sebelum nilai ujian kamu diatas rata-rata" Guanlin tidak dengar nada penekanan dalam ucapannya, tapi rasanya ia sedang di todong dengan katana tepat di jakun. Telan ludah jika berani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misunderstand ❤Panwink❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang