IV. Bad Days

576 82 10
                                    

Enjoy

****

Jihoon sebenarnya selalu tidur pukul 10 malam, kalau sampai bergadang ya karena besok adalah hari libur. Sekarang jam di dindingnya menunjukan pukul 11, tapi matanya tidak ada tanda-tanda mau menutup. Harusnya sih sekarang Jihoon sudah mimpi absrud yang besoknya ia tidak akan ingat sedikitpun.

Jihoon kini merubah posisi tidur nya menjadi duduk. Dinyalakan lah kembali lampu kamar, kebetulan saklarnya berada dipinggir kasur. Cocok untuk orang mager -malas gerak seperti model Jihoon.

Kini Jihoon mengedarkan matanya ke sudut raungan yang tidak sempit ataupun lebar itu. Cukup untuk meja belajar yang di simpan di dekat jendela. Pemandangannya langsung menuju halaman. Lalu lemari pakaian dua pintu dan single-bed yang saling berhadapan. Jihoon menatap dinding kamar nya yang berwarna biru muda, warnanya yang kalem biasanya selalu sukses membuat hatinya tenang.

Tidak untuk hari ini pastinya, nyatanya mata Jihoon tidak lelah walaupun tadi hari liburnya seharian ia pakai untuk membantu kakak perempuannya berbelanja. Yap, jadi kuli.


Duh! Besok adalah hari Senin lagi, katanya sih hari ter-horor bagi pelajar maupun orang kantoran. Jihoon dulu nya tidak merasa lho, tapi sekarang jadi ikutan. Bedanya untuk Jihoon, hari dimana ia harus masuk sekolah adalah horor. Semuanya salah guanlin! Gara-gara guanlin juga, Jihoon jadi harus berpikir bagaimana caranya mengatasi sikap guanlin yang makin hari makin aneh.

Setelah kejadian di ruangan ganti saat itu, Guanlin dari hari ke hari jadi semakin kurangajar. Setelah dagu nya jadi korban, Guanlin tetap berusaha untuk memeluk Jihoon dari belakang. Meski perut dan lengannya adalah korban selanjutnya, Guanlin tetap pantang menyerah. Akhirnya Jihoon jadi capek sendiri.

Beberapa hari selanjutnya anak itu ngga berhenti, malah menambah satu ons gilanya. Kala itu pembina mengumpulkan anak-anak Eagles diruang guru, Guanlin dan Jihoon saat itu berada di barisan paling belakang. Tiba-tiba tidak ada angin tidak ada hujan Guanlin menggenggam tangan Jihoon dan menautkan jemari mereka. Erat sekali, sampai Jihoon kesulitan saat ingin melepasnya. Untung saja tidak ada yang sadar, bagaimana kalau ada yang lihat. Wong gendeng.

Ngga sampe disitu aja. Minggu kemarin dia melakukan hal lebih parah, Guanlin hampir sukses menjadikan Jihoon pasien jantungan. Saat itu Jihoon akan mengumumkan pertandingan besar yang dilaksanakan bulan depan ini di depan anggota lainnya.

Jangan tanya Guanlin dimana, karena anak itu langsung menghampiri Jihoon lalu merangkul lehernya saat tanda peluit istirahat ditiup. Tentu saja Jihoon sudah antisipasi dengan keringat Guanlin yang nantinya menempel di pundaknya dengan menyimpan handuk di leher. 2 lapis pula.

"Guanlin. Lo ga terlalu deket gitu ya sama kak Jihoon? belum keringet lo, emangnya wangi."

Jihoon saat itu ingin sekali berteriak berterima terima kasih kepada Jinyoung. Tapi, Guanlin bukannya sadar malah mendekatkan mukanya ke pipi Jihoon. Alhasil anak-anak langsung berteriak bersahutan tidak jelas, Jihoon tidak dengar apa yang di teriakan. Soalnya bagaimana mau fokus jika anak gila ini hampir membuat jantung Jihoon lompat dari tempatnya.

"Gini nih yang namanya deket, masa rangkulan deket"

Tubuh Jihoon otomatis membatu, Ia mengira Guanlin akan mencium pipinya. Dekat sekali sampai Jihoon bisa merasa hembusan nafas Guanlin di wajahnya. Ngga mungkinlah! Gila aja kalau kejadian, Gue gencet sampe gepeng ni tiang listrik!

Misunderstand ❤Panwink❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang