II. A Strange Kid

801 96 16
                                    


****

Bel pulang sudah berbunyi 1 jam yang lalu. Beberapa ruangan bahkan sudah kosong dan dimatikan lampunya. Tapi Jihoon dan Woojin masih berada di lorong sekolah, saling tarik ulur. Suara decit sepatu mereka sampai terpantul di sepanjang jalan.

Jihoon memaksa sahabatnya itu untuk menemani dirinya mendaftar menjadi manajer tim basket yang mereka bicarakan kemarin. Woojin sudah bilang tidak mau berulang kali, tapi bukan Jihoon namanya kalau membiarkan Woojin begitu saja. Mereka bahkan sempat berdebat di kelas, makanya butuh waktu satu jam untuk membawa Woojin dengan paksa keluar.

"Ayo cepet anter gue daftar!"

Mereka sudah mendekati ruangan latihan basket. Suara pantulan bola basket sudah terdengar samar-samar. Seharusnya 10 menit dengan jalan santai saja mereka bisa sampai, tapi jadi butuh waktu 20 menit untuk membawa Woojin karena terjadi aksi tarik ulur dahulu.

Jihoon sedang mencari cara, tidak bisa mereka terus seperti ini. Kalau sampai kegaduhan yang mereka buat mengundang perhatian orang, bisa malu. Jihoon kini memejamkan matanya, ayo berfikir. Berpikir.. oh! Ada satu cara ampuh.

GREK

"AHH- IYA GUE ANTER! GA USAH GIGIT TANGAN JUGA KAMPRET"

Jihoon melepas gigitan di lengan kanan Woojin, senyum jahilnya terpampang bangga. Harusnya ia lakukan ini dari tadi, ngga usah buang tenaga dan waktu juga.

Woojin benar-benar tidak bereaksi berlebihan. Percaya atau tidak, Gigi Jihoon ketika menggigit sakitnya tidak kepalang. Seperti ditusuk jarum.

Ia masih ingat sekali pernah memiliki bekas gigitan yang baru sembuh setelah satu minggu. Saat itu Woojin sengaja memakan satu box pudding kesukaannya, Jihoon sambil menangis lalu menggigit lengannya yang sakitnya bukan main. Makanya sebelum gigitannya tambah dalam, Woojin nurut saja.

Setelah berhasil membawa Woojin-lebih tepatnya mengancam Woojin, mereka sudah berdiri di depan pintu masuk. Woojin yang tadi mengomel sambil mengusap tangannya jadi diam saat melihat bekas gigitan Jihoon sudah memerah. Wow cepat sekali efeknya.

Dua menit berlalu tidak terdengar pintu terbuka. Woojin menoleh dan melihat tangan Jihoon bahkan tidak memegang knop pintu, anak ini kenapa seperti sedang proses kesurupan. Woojin menoleh ke sekelilingnya, sepi dan senyap membuat suasana tambah mendukung. Kabur jangan ya?

Otak Jihoon tiba-tiba saja memutar ulang trauma yang ia alami, alhasil sendi tulangnya terasa kaku. Namun kembali disadarkan saat ia merasa tubuh Woojin bergerak menjauh. Tangannya yang membeku refleks meraih ujung seragam Woojin. Alhasil Woojin mundur kembali, dan meminta Jihoon melepas tarikannya.

"Kemana lo? Katanya mau anter"

"Lagian kenapa pintu ditatap mulu? ya ngga akan kebuka lah! Gue kira lo lagi proses kemasukan tadi"

"Woojin"

"Apa?"

"Bukain..." Suara Jihoon jadi lirih, tampangnya memelas.

Woojin yang sedang sibuk merapikan seragamnya langsung menoleh, merinding. Jarang sekali melihat anak ini merengek, terakhir kali melihat Jihoon seperti ini yaitu tahun lalu saat Kakak perempuannya marah besar. Jihoon memakai high-heels kakaknya untuk membunuh kecoa saat memindahkan barang di kamar barunya, ya patah lah itu heels sepatu. Muka Jihoon memelas minta ampun. Siapa yang tidak takut dengan atlet taekwondo bersabuk hitam, strip 3 lagi! Woojin yang berada di TKP sama sekali tidak berani menertawakan. Kakak Jihoon benar-benar super kejam, bisa ikutan dibejek dia.

Misunderstand ❤Panwink❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang