Chapter 2: Aku Tidak Mengerti

558 43 19
                                    

Hujan masih belum juga belum mau berhenti. Sudah hampir 30 menit hujan masih turun. Aku berdecak kesal karena aku sudah merasa kedinginan. Sementara "dia" masih setia berada di sampingku. Kami sekarang dalam keadaan hening tanpa ada yang mau berbicara lagi.

Walaupun tadi kesal dengan hujan yang tidak kunjung berhenti tapi aku menikmati kebersamaan kami. Aku tidak tahu apakah "dia" juga merasakan hal yang sama. Tapi aku berharap demikian...

Terkadang berharap seperti ini tidak apa kan?

Semenjak 15 menit yang lalu tidak ada lagi yang mau membuka percakapan. Aku asik dengan pikiran ku sendiri sedangkan dia hanya melihat hujan dalam diam.

Aku sebenarnya ingin berbicara dengannya lebih banyak lagi, tapi aku tidak tahu mau berbicara apa lagi. Lidahku juga terasa kelu setiap ingin berbicara dengannya lagi. Hanya dia yang membuat rasa gugup ini melebihi rasa gugup bersama orang lain.

Aku tidak tahu mengapa dia dari tadi diam. Apakah dia tidak gugup atau malu karena situasi ini? Apakah dia malas berbicara denganku? Apakah dia malu berbicara denganku? Apakah dia bosan berbicara denganku? Apakah hujan begitu menariknya untuk di lihat? Apakah dia sangat menyukai hujan?

Berbagai pertanyaan dalam hati ku ini ingin ku ungkapkan padanya. Tapi aku terlalu malu. Aku seperti orang yang terlalu ingin tahu akan dirinya padahal kami baru saling kenal. Aku bahkan belum tahu nama nya.

Aku ingin lebih dekat padanya. Aku harus dekat dengannya sekarang juga sebelum aku menyesal di kemudian hari. Dengan memantapkan hati kuberusaha berbicara dengannya lagi..

Apa yahhhh yang kupilih mengatakannya dari sekian banyak kata yang berkeliaran di kepalaku....

Huft mungkin ini sajalah...

"Hm, apakah hujan begitu menarik untuk dilihat?"tanyaku padanya dan di dalam hati aku berteriak karena akhirnya ada kata kata yang keluar dari mulutku

"Apakah dari tadi aku melihat hujan?"tanyanya balik seraya menghadap wajahku

Aku mengangguk

"Sebenarnya aku tidak terlalu suka hujan"katanya lagi lalu melihat hujan kembali

"Terus kenapa kau melihatnya dari tadi?"tanyaku penasaran dengan tingkahnya dari tadi

"Aku hanya sedang menunggu pelangi"jawabnya lalu tersenyum simpul

"Maksudnya?"

"Aku sangat menyukai pelangi sehingga setiap kali hujan aku mengunggu reda supaya aku bisa melihat pelangi"

Aku pun bingung dibuatnya. Kenapa orang dewasa masih sangat menyukai pelangi sampai sampai melihat hujan seperti itu. Memang pelangi itu sangat indah untuk dipandang... tapi anak anak saja yang bertingkah seperti itu.

"Kau pasti berpikir aku kekanak-kanakan"tebaknya

"Ti-tidak kok"kataku malu karena tebakan nya tepat sasaran

"Itu sangat terlihat di wajahmu"katanya seraya menunjuk wajahku

"Apa iya?"tanyaku tidak percaya

"Iya"

"Hehehe, begitu ya...Aku jadi malu"

"Dasar kamu ini"

Aku juga tidak mengerti mengapa dia selalu tahu maksud makna perkataan ku serta pikiran ku. Apakah aku orang terlalu mudah dibaca atau dia mempunyai kekuatan super yaitu bisa membaca pikiran orang? Kamu terlalu susah untuk ku mengerti dan kamu sangat misteri bagiku?

Misteri yang aku ingin pecahkan...

"Ngomong-ngomong umur kamu berapa?"tanyaku berusaha mengorek informasi tentangnya lebih dalam lagi

I Am Here [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang