MIANHAE... (Maaf...)

224 10 5
                                    


(MAAF...)

                "Yoon Dae-a!!!"
                 Suara gadis itu seolah nyata memanggilnya , Yoon Dae tersenyum, dia tak mampu menutupi kebahagiaannya. Dia tahu, seseorang sudah menunggunya diantara barisan pinus yang kokoh di lereng gunung Geumjeongsan.
                Kaki Yoon Dae riang menaiki satu persatu anak tangga, dia tahu Han Ah sudah tahu tentang kedatangannya. Sepintas dia lihat Han Ah, bersembunyi diantara pohon-pohon pinus. Melesat secepat angin musim semi yang sejuk. Berpindah dari pohon satu ke pohon yang lain.
               "Seodulleo1...jangan berjalan dengan pelan. Aku sudah rindu." Kini suara Han Ah tepat berbisik di telinga Yoon Dae, dia tahu Han Ah ada di situ. Yoon Dae berbalik, seketika Han Ah menghilang.
                "Buya2, dia pikir aku bisa terbang dan menghilang seperti dia?" Yoon Dae memandang tangga yang masih tinggi di hadapannya. Di carinya Han Ah, pandangannya mengedar di antara pinus namun tak ada sosok cantik memakai hanbok putih itu.
                "Kemana Gwishin3 nakal itu?" Yoon Dae tetap mencarinya.
                  Tiba-tiba pandangan Yoon Dae tertuju pada satu objek, gadis itu bergelayut di pundak laki-laki tinggi di salah satu kerumunan pejalan kaki.
                 "Yoon Dae-a!!!" Han Ah memanggilnya, melambaikan satu tangannya, sedang yang satunya tetap berpegangan pada leher laki-laki itu. Tentu tak ada yang bisa melihat tingkah Han Ah, laki-laki itu? Tentu dia tidak melihat, tapi dia merasakan beban berat di pundaknya, sesekali dia melenguh kecapekan.
                  "Ahjusshi4!" Yoon Dae berteriak, ahjusshi itu menoleh menunggu Yoon Dae yang mengejarnya.
                   "Turun! cepat!" Yoon Dae menghardik Han Ah yang masih bergelayut di punggung ahjusshi tadi. Laki-laki itu kebingungan tak mengerti maksud Yoon Dae yang sukses mebuatnya kesal, dia memukul kepala Yoon Dae.
                    "Anak kurang ajar!" Ahjusshi terus memukuli kepala Yoon Dae, "Susah-susah naik kau suruh turun!"
                   "Mianhae5 ..." Yon Dae membungkuk,
                    "Dia yang turun." Yoon Dae menunjuk bagian belakang Ahjusshi itu sambil melindungi kepalanya dari pukulan membabi buta.
                   "siapa yang kau maksud?" Ajusshi itu menengok mencari maksud Yoon Dae
                    "Igeo6..."Yoon Dae tak mendapati Han Ah di situ, dia sudah menghilang. Barulah dia sadar, seandainya pun Han Ah tetap di situ, Ahjusshi ini tetap akan menganggapnya gila. Tak akan ada yang bisa melihat Han Ah, kecuali dia.
"Mianhae..." Yoon Dae, membungkuk beberapa kali sebelum dia berlalu meninggalkan Ahjusshi yang mengumpat jengkel. Dia bergegas mencari Han Ah. Senakal apapun ulah Han Ah, dia masih mencintainya. Han Ah adalah kekasih Yoon Dae, cinta pertama Yoon Dae, walaupun mereka berbeda.
Yoon Dae tidak pernah keberatan dengan kenyataan bahwa Han Ah adalah seorang gwishin. Baginya kebersamaannya adalah hal yang paling bahagia.
Yoon Dae telah sampai di gerbang pertama, dia menghela nafas.
"Yoon Dae-a, sayang..."tiba-tiba Han Ah meuncul di hadapannya, wajah cantiknya jelas mengagetkannya.
"Aigoo7" Dia mendekat pada kekasihnya, setelah sebelumnya mengamati sekitar, saat tidak ada satupun yang memperhatikannya, Yoon Dae berbisik.
"Hajima8, atau mereka akan menyebutku gila."
"Kau sudah gila sejak berkencan dengan gwishin."
"kau ini..." Yoon Dae hendak memeluknya tapi Han Ah menghilang, suaranya menggaung diantara celah empat pilar besar.
"Yoon Dae-a!!!!!!" Han Ah berteriak, suaranya berbeda. Terdengar ketakutan dan membutuhkan pertolongan. Sayang Yoon Dae tidak mendengarnya. Kabut gelap menelan sosok pucatnya, kecepatan melesat Han Ah lumat dengan datangnya kabut hitam itu. Menyeret arwah Han Ah lenyap.
Perasaan Yoon Dae merasa ada yang tidak beres. Dia mencari Han Ah, matanya memfokuskan pada bayangan Han Ah. Dia tak mendapatkannya, Yoon Dae tahu, Han Ah tidak disisinya lagi.
"Han Ah-a!Gwaenchanaeyo9???"Suara kerasnya menggema, hanya ada suara dedaunan di pepohonan yang tertiup angin. Tak ada sahutan dari Han Ah.
"Han Ah-a!!berhenti bermain-main!" sekali lagi tak ada sahutan. Yoon Dae semakin kawatir.
Yoon Dae duduk termenung sendiri di bibir kuil. Wajahnya muram, beberapa keringat membasahi keningnya. Sesekali dia mengedarkan pandangan diantara keramaian pengunjung kuil. Dicarinya sosok Han Ah yang sudah ditunggunya sejak 1 jam yang lalu. Ada rasa takut menyelinap dari dalam hatinya, rasa takut saat dia kehilangan Han Ah.
"Yoon Dae-a!!!!Lee Yoon Dae!!!!" Suara Han Ah terdengar memanggilnya, seketika musim semi semerbak di hati Yoon Dae.
"Han Ah!! Park Han Ah, kau dimana? Berhenti menjahilku hantu nakal!" Yoon Dae mencari keberadaan Han Ah. Han Ah tiba-tiba muncul di belakang Yoon Dae yang sibuk mencari sosok kekasihnya. Han Ah tak pernah kehabisan cara untuk menggoda kekasihnya. Di tiupnya tengkuk Yoon Dae hingga bergidik geli. Yoon Dae berputar, dia menyergap tubuh Han Ah.
"Kena kau!" tubuh Han Ah berada dalam dekapan Yoon Dae. Nyata, dan keduanya tercekat. Yoon Dae merasakan tubuh mungil kekasihnya benar-benar dalam dekapannya. Tidak hampa seperti biasanya. Han Ah juga tercekat, kehangatan tubuh Yoon Dae mengalirkan kehangatan pada jiwanya yang dingin. Kini mereka bisa bersentuhan satu sama lain.
Han Ah berusaha melepaskan pelukan Yoon Dae, dia tidak mau kekasihnya itu kedinginan seperti jiwanya. Namun Yoon Dae menarik tubuhnya, mendekapnya semakin erat. Hangat, hanya kehangatan yang Han Ah rasakan.
"Waeyo9 ?"
"Diamlah, biarkan aku memelukmu."Yoon Dae memaksa.
"Hajiman....10"
"Mengapa aku bisa menyentuhmu, katakan Han Ah!"
"Keajaiban..." Han Ah menjawab singkat
"kau membuatku takut, kau tahu aku selalu takut kehilanganmu..."Kegetiran Yoon Dae tak tertahan. Dia tak tahu harus senang atau gelisah. Keajaiban dia bisa menyentuh arwah kekasihnya.
"Uri11 , akan selalu bersama"Han Ah kini membenamkan dirinya di dada Yoon Dae, menggusap punggung lelaki yang sangat mencintainya.
"Aku akan disisimu sampai akhir...."
"ehem..." seseorang mengejutkan mereka. Ahjussh iyang ditumpangi Han Ah tadi tiba-tiba berda di depan mereka. Seketika Yoon Dae melepaskan dekapannya. Dia takut Ahjusshi itu menganggapnya gila untuk kedua kalinya. Berpelukan sendiri di depan kuil adalah bukan hal yang wajar. Han Ah tertawa melihat tingkah Yoon Dae.
"Ahjusshi..."sapa Yoon Dae, dibelakannya Han Ah juga menyapanya dengan lambaian tangan.
"Ommo12, mengapa bisa gadis secantik dia mau pacaran dengan laki-laki aneh sepertimu.."Paman itu menunjuk Han Ah yang ada di belakang tubuh Yoon Dae. Han Ah terkejut, dia menunjuk hidungnya sendiri, paman itu menyapanya.
"Yeobseo..13"
"Ahjusshi bisa melihat dia???" Yoon Dae meyakinkan dirinya, sebuah pukulan di kepala mendarat keras, membuat Yoon Dae meringis kesakitan.
"Kau piker aku buta, dia gadis cantik memakai hanbok putih..."
"Geurae14??"Yoon Dae sumringah, dia tidak menyangka ada orang lain selain dirinya yang bisa melihat Han Ah, gwishin yang tinggal di bawah pinus di kaki kuil Beomeosan.
"Dia benar-benar gila..." Paman itu meninggalkan Yoon Dae yang seperti orang kesetanan. Yoon Dae tidak sanggup menahan kebahagiaannya.
"Han Ah-a..semua orang bisa melihatmu!!!!kau harus ikut aku, akan kutunjukkan pada teman-temanku bahwa akau sudah punya pacar...pacar yang cantik...pacar yang baik...pacarku bernama Han Ah" Yoon Dae terlanjut senang setengah mati. Hari ini keajaiban terjadi, tak akan ada yang meragukannya lagi, semua sekarang bisa melihat Han Ah. Perasaan bahagia itu hanya milik Yoon Dae seorang, Han Ah bergeming tidak menyambut kebahagiaan Yoon Dae, karena dia tahu ada sesuatu yang aneh. Suatu keajaiban selalu datang ketika sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Yoon Dae-a..."
"hem..."
"Aku ingin berkencan seperti mereka..." Han Ah menunjuk sepasang kekasih yang berjalan beriringan, mereka tampak bahagia.
"Mwoyeyo15??waeyo ?? bukankah kita sudah berkencan selama delapan tahun?"
"tidak...aku ingin kencan seperti manusia...aku ingin nyata untukmu...agar kita punya kenangan yang nyata"
Yoon Dae menyentil keras kening Han Ah, dia tersenyum.
"Panggil aku Oppa...16"Yoon Dae mengajukan syarat.
"Apa??Andwae17." Han Ah menolak tegas "Apa kau lupa, aku sudah 156 tahun bergentayangan sebagai Gwijin, setelah mati diusia 19 tahun...dan itu berarti lebih tua aku..panggil aku noona18."
Yoon Dae, menarik tubuh Han Ah dalam pelukannya, dia mendekat, nafas mereka beradu. Han Ah tanpa sadar terhanyut dan menutup matanya menyambut bibir Yoon Dae yang sudah beberapa inci didepannya.
"Ciuman pertama, oh tidak...bagaimana ini?" Batin Han Ah berkecamuk bahagia, tapi Yoon Dae berlalu, bibirnya menuju telinga Han Ah dan berbisik.
"Gwishin mesum." Lalu menyentil kening Han Ah yang merah karena malu.
"Manusia saat berkencan mereka akan memanggil kekasihnya dengan oppa." Yoon Dae berjalan meninggalkan Han Ah yang masih memerah wajahnya. Yoon Dae puas menjahili Han Ah. Han Ah lalu berlari mengikuti langkah Yoon Dae menuruni anak tangga.
"Oppa....Yoon Dae Oppa..." teriaknya dengan suara dibuat-buat sehingga terdengar manja, lalu berjalan bergelayut di lengan Yoon Dae. Mereka berdua beriringan bersama.
Hari ini mereka bersama seperti langkah mereka yang nyata, kini semua bisa melihat Han Ah yang berjalan di samping Yoon Dae. Melewati pinus-pinus yang setia berdiri kokoh seperti cinta Han Ah untuk Yoon Dae, begitupun sebaliknya. Yon Dae terlanjur mencintai Han Ah, walau dia tahu Han Ah adalah Gwishin, hantu perawan yang menemuinya delapan tahun silam dikuil Beomesoan di gunung Geomjeongsan saat dia berlibur di Busan bersama ibunya. Yoon Dae tak pernah takut akan kehilangan Han Ah, karena dia tahu Han Ah selalu bersamanya, tapi hari ini kekhawatiran itu ada, saat Yoon Dae melihat kesedihan di wajah Han Ah.
Han Ah berlari kecil mendahului Yoon Dae, dia berlari diantara jalanan setapak diantara pinus. Langkahnya riang, wajahnya terpapar matahari sejuk tampak putih merona, bibir mungilnya berwarna merah jambu dengan rambut hitam lurusnya.
"Cantik." Gumam Yoon Dae.
"Yoon Dae Oppa,"
"Hem..."
Han Ah berhenti, langkah riangnya melambat. Wajahnya tampak gelisah
"Bagaimana jika aku tak disisimu?" suara Han Ah yang lembut terasa bagai petir yang menyambar tubuh Yoon Dae, seolah suatu kabar kematian, tidak lebih buruk dari kabar kematian. Apapun itu, Yoon Dae tidak siap. Yoon Dae tidak mau kehilangan Han Ah. Yoon Dae tahu, Han Ah selalu menggodanya, tapi dia tahu kali ini Han Ah tidak menggodanya.
Yoon Dae tidak menjawab, hanya suara angin yang terlintas di keduanya.
Yoon Dae melangkah, tak ada satupun yang dia katakan, cukup memeluk Han Ah dalam dekapannya sudah menjawab semuanya. Rasa cintanya yang begitu besar membuatnya tak akan bisa bertahan tanpa Han Ah.
"Jangan bicara seperti itu, aku mohon." Yoon Dae mendekap Han Ah seakan tak akan melepasnya.
"Aku...aku hanya bercanda..."Han Ah berkilah
"Pabo19!!!"
Yoon Dae melepas dekapannya, matanya betah menatap wajah Han Ah. Yoon Dae maju mendekat, Han Ah mendongak dia merasa gusar dengan sikap Yoon Dae. Sekali lagi Yoon Dae hendak menciumnya, tapi dia menggodanya, dia meniup wajah Han Ah yang sudah terpejam.
"mesum!" Yoon Dae meneriakinya lalu melangkah melewati Han Ah yang memasang wajah kecewa. Han Ah menggerutu mengikuti langkah Yoon Dae. Dia kembali bergelayut di lengan Yoon Dae, mereka melangkah ringan.
"Yoon Dae oppa," langkah Han Ah berhenti.
"Ye20..."
"Aku mau seperti mereka..."Han Ah menunjuk sepasang kekasih yang tampak mengambil foto bersama. Yoon Dae tersenyum, itu permintaan yang sangat mudah baginya.
"Ayo, kita lakukan. Kau benar, langkah kedua saat berkencan adalah foto bersama."Yoon Dae mengeluarkan ponsel dari kantung celananya, menarik Han Ah mendekat untuk mengambil foto bersama.
Han Ah menolak, dia tampak sedih. Yoon Dae heran.
"Waeyo?"
Han Ah menghela nafas, "Aku tak akan terlihat cantik dengan Hanbok putih ini di kencan pertama kita." Ucapnya kecewa.
"Tunggu sebentar..." Yoon Dae melepas tas ransel dan mengeluarkan jaket rajutan dari dalam tasnya, jaket berwarna hitam miliknya. Dia mengulurkan kepada Han Ah.
"Pakai ini..." Yoon Dae tak membiarkan Han Ah berfikir lebih lama, dia memakaikan jaket itu di tubuh Han Ah, menutupi hanbok putihnya. Sekejap setelahnya Yoon Dae, terpukau dengan kecantikan Han Ah, baru kali ini dia melihat Han Ah berbeda.
Han Ah memperhatikan dirinya sendiri
"Apa aku sudah terlihat seperti manusia?"
"Ye...kau lebih cantik dari semua manusia yang kukenal."
"Apa semua orang disini bisa melihat kecantikanku?" Han Ah meyakinkan dirinya. Yoon Dae mengangguk. Han Ah mencobanya, dia berkeliling menegur siapa saja yang ada di sana, siapapun yang tidak dia kenal.
"Ahjumma21, kau bisa melihatku?"Tanyanya pada seorang wanita yang melintas dengan suaminya
"Tentu saja."
"Apa aku canttik?"
"Kau cantik sekali..."
"Kau lihat dia..." Han Ah menunjuk Yoon Dae yang tersipu malu dengan tingkah Han Ah. Wanita itu mengengguk. "Dia pacarku...."sambung Han Ah.
#####
Mobil Yoon Dae membawa Han Ah meluncur ke pantai Hedae, tidak jauh dari kuil Beomeosa. Setelah beratus ratus tahun Han Ah lepas dari ikatannya. Kini dia bebas. Bebas dia akhir dari perjalanannya. Dia memilih mengakhirinya bersama kekasih yang dicintainya. Han Ah menatap pantai, disebelahnya Yoon Dae duduk menatap lurus, sesekali mengamati gadis cantik berjaket hitam disampingnya.
"Yoon Dae oppa." Suara paraunya bersatu dengan hembusan angin pantai. Yoon Dae melingkarkan tangannya di perut Han Ah, memeluknya mesra.
"Ada apa sayang..." ucapnya sambil bergelayut di pundak Han Ah.
"Gamsahamida21, kau telah mencintaiku..." nada serius Han Ah, membuat Yoon Dae khawatir. Suara itu menyimpan sesuatu yang tidak biasa bagi Yoon Dae.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ye..." Han Ah melepaskan diri dari dekapan Yoon Dae.
"kau harus mencari seseorang yang tepat untuk berada disismu."
"Andwae, berhentilah bercanda. Kau tahu hanya kamu yang aku cintai. Tak ada lagi." Kini Yoon Dae mengimbangi keseriusan Han Ah.
"Kita berbeda, dan hubungan kita salah. Kau akan terluka, dan aku tidak mau itu."
Yoon Dae menenangkan dirinya sendiri, dia tidak mau menyakiti hati Han Ah.
"Aku tak peduli kau hantu..atau arwah gentayangan...atau apapun itu. Jangan kau pertanyakan tentang perbedaan jika kau sendiri tahu bahwa cinta tak mengenal perbedaan." Yoon Dae meraih jemari Han Ah yang sedingin es, mendekapnya dalam genggamannya.
Han Ah menangis, dia merubohkan diri dalam dekapan Yoon Dae yang terpaku. Dia yakin ada sebuah rahasia yang disembunyikan Han Ah darinya.
"Katakan?ada apa?" Yoon Dae menjauhkan Han Ah, dia ingin menatap mata kekasihnya itu.
"Waktuku akan habis," Han Ah terisak, Yoon Dae tercekat. Serasa batu besar menghantam hatinya, menghancurkan impiannya dan meredupkan cahaya kebahagiaannya.
"Kau akan menghilang?" Ucapnya spontan. Terdengar lemah.
"Bersama matahari terbenam..." Han Ah memalingkan wajahnya menatap matahari yang hampir terbenam diujung lautan dihadapannya.
"Kajima23!" Yoon Dae menghuyungkan tubuhnya, memeluk erat tubuh kekasihnya. Tak dia ijinkan siapapun mengambilnya.
"Maafkan aku Yoon Dae, ini sudah takdirku."
Matahari yang mulai terbenam, hanya tinggal sejengkal saja. Setelah itu, mereka tak akan bisa bersama lagi. Bukan karena perbedaan, tetapi karena takdir yang sudah dipilih. Yoon Dae sungguh tak sanggup kehilangan Han Ah, baginya dia adalah segalanya.
"Lupakan aku Yoon Dae, jalani hidupmu dengan baik."Han Ah mencoba menguatkan Yoon Dae, walau dirinya juga tak sekuat itu.
"Hajiman geudaemam sarahae24 ...apapun itu, aku tak peduli. Tetaplah disisiku..." Yoon Dae menatap lekat kekasihnya itu. Begitupun Han Ah. Tak ada apapun yang biasa diucapkan selain cinta yang kuat. Yoon Dae mendekat, mengatupkan bibirnya pada bibir dingin Han Ah, nafasnya menghembus pelan. Cinta mereka berpadu dalam ciuman cinta. Ciuman pertama Han Ah, dan cinta pertama Han Ah.
"Sarangae25..."Bisiknya lirih bersama tubuhnya yang perlahan memudar.
Yoon Dae tahu saatnya tiba. Kehilangan seseorang yang dia cintai sangatlah menyakitkan, dia tak ingin melepas kepergian Han Ah dengan kesedihan. Tapi Han Ah terlanjur melihat air matanya jatuh.
"Jangan menangis..."ujarnya lirih pada Yoon Dae. Kini tubuh Han Ah benar-benar menghilang bersama kecupan bibir Yoon Dae. Bibir itu membias, tak terasa lagi. Tak ada bibir dingin Han Ah yang berpaut. Yoon Dae tahu, Han Ah benar-benar pergi.
"Aku cinta kamu Gwishin...." Ucap Yoon Dae memeluk jaket hitam yang tergeletak di hamparan pasir diujung sepatunya.
#####
Bayangan hitam melesat, di ujung-ujung pohon pinus, menerobos dahan lancip bamboo sehingga berbunyi gemrisik. Sesekali bayangan itu berbaur dengan warna putih yang di selimuti kegelapan. Bayangan itu terhempas jatuh menukik ke tanah, menerobos lampion warna-warni yang tergantung di atas tangga menuju kuil.
Suara berdentum, bayangan itu menghepas tanah, Han Ah dan seseorang berjubah hitam jatuh menggantikan bayangan. Mereka tersungkur di tanah yang berdebu.
"Aduh..."Laki-laki bejubah hitam mengaduh kesakitan, dia berupaya berdiri, melirik Han Ah dengan jengkel.
"Hantu gila!" dia menghardik Han Ah
Han Ah, berdiri menantang seseorang dihadapannya.
"Ku bilang lepaskan! Dasar malaikat maut bodoh!"
"Apa kau bilang??Aigoo...tugas ini menyebalkan. Kenapa dari sekian banyak hantu, aku harus menjemputmu." Malaikat maut sudah pasrah. Dia menyerah, sepertinya tidak mudah menghadapi hantu wanita satu ini.
Malaikat maut menghempaskan jubahnya, lalu duduk di mulut tangga. Sesaat kemudian Han Ah duduk pula disebelahnya. Malaikat maut, berdecak. Tak mampu menghindar.
"waktumu sudah habis. Waktu kelahiranmu di dunia sudah di tetapkan!"
"Apa?!!?" Han Ah terkejut. Sesuatu yang tidak dia inginkan terjadi saat ini.
"Aku minta waktu lagi." Han Ah bangkit, dia berkata lantang. " Katakan padanya, jemput aku musim semi tahun depan." Han Ah berbalik memohon pada malaikat maut yang tertunduk. Ada suatu yang sulit untuk dia katakan.
Malaikat maut kembali mendesah, dia ikut berdiri. Mendekat pada Han Ah, memegang bahunya dengan kedua tangannya, sebagai tanda dukungan bagi Han Ah ketika mendengar apa yang dikatakan.
"Ini tahun terakhirmu Gwishing, tak ada kesempatan lagi. Dia telah memutuskan mengambilmu hari ini jika tidak..."
"Waeyo? Jika aku tetap kabur, dan kau tidak bisa menangkapku, apa yang terjadi?"
"jiwamu akan lenyap, " suara malaikat maut terdengar getir, menusuk hati Han Ah.
"selamanya..." malaikat maut mendekat, matanya memohon ada Han Ah, "Kumohon ikutlah bersamaku..."dia tahu Han Ah tidak akan begitu saja menyerah untuk menerima panggilan untuk terlahir kembali. Dia selalu mengulur waktu. Han Ah tidak siap meninggalkan Yoon Dae kekasihnya.
"Mianhae, aku tidak bisa meninggalkan Yoon Dae begitu saja." Suara Han Ah lirih hampir tidak terdengar. Tubuhnya lunglai, tak siap menerima kenyataan bahwa inilah saatnya untuk terlahir kembali. Jika saja tak ada Yoon Dae dalam kehidupannya sebagai Gwishin, dia tentu dengan senang hati menuruti panggilan malaikat maut untuk lahir kembali, dengan kehidupan baru, tapi hati Han Ah sudah terlanjur mencintai Yoon Dae, dan begitupula Yoon Dae. Yoon Dae akan terluka jika dia meninggalkannya begitu saja.
"Tak ada yang lebih buruk daripada melihatnya terluka..."
"Bahkan jika jiwamu lenyap???" usaha terakhir malaikat maut untuk meyakinkan Han Ah.
"Ya.." Han Ah menjawab singkat dengan keyakinan dalam hatinya.
"Karena aku hanya ingin dicintai..."Lanjutnya.
#####






GWISHIN...
Hantu perawan, memakai hanbol putih dengan rambut terurai karena belum menikah dan tidak berhak memakai konde. Gwishin adalah arwah manusia yang keinginannya belum tercapai saat masih hidup.

1 cepatlah!
2Apa-apaan ini?
3 Hantu perawan
4 Paman
5 Maaf
6 itu
7 astaga!
8 jangan!
9 kenapa?
10 tapi
11 Kita
12 astaga
13 halo
14benarkah?
15 apa?
16 Kakak laki-laki
17 tidak bisa
18 kakak perepuan
19 bodoh
20 iya
21 bibi
22 terimakasih
23 Jangan pergi
24 aku hanya mencintaimu
25 aku mencintaimu



CINTASTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang