Ma ikke elske...(Jangan Cinta...)

65 7 0
                                    

Jangan cinta...

Hai namaku Freja, lima tahun ini aku memilih pindah ke Copenhagen, ibu kota Denmark. Kembali ke tempat yang sama setelah hidup 'nomaden'. Copenhagen kota yang menyenangkan, dingin dan langit yang selalu redup. Sungguh menyenangkan, Kalian tahu, sejak lahir, aku tak boleh terkena cahaya matahari langsung. Alasannya? Aku tak pernah bertanya, tapi kupikir itu karena keturunan. Mama dan papa juga, Anna kakak perempuanku juga. Yah...kalian boleh membayangkan betapa malangnya aku.

Oh ya...di sini hariku sangat indah, itu karena Oliver, dia pacarku. Ya walaupun aku tahu dia sama sekali tidak mencintaiku. Tak masalah, aku akan lebih takut kalau dia mencintaiku. Dia pernah mengajakku tinggal bersama di apartemennya, Apa ya itu namanya? Ya...paperlies marriage, sebutan untuk pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Tapi aku menolak. Aku sudah terbiasa tinggal di Nyboder.

Jam makan siang ini dia mengajakku bertemu. Katanya dia rindu. Asal kamu tahu, setiap kami bertemu selalu saja diakhiri pertengkaran, ya dia suka berulah, dia selalu berusaha membuatku jengkel. Dan itu selalu gagal, aku tak pernah marah kepadanya. Aku senang, benar benar senang, bukankah itu berarti dia tidak mencintaiku. Pernah malam itu dia bertanya, saat kami menikmati malam di Jembatan Oresund.

"Freja, det fortrar jeg ikkle1" Oliver memeluk pinggangku
"Ja?"
"Mengapa kau menerima tawaranku?"
"Menjadi kekasihmu?" Aku bisa menebaknya, pasti. Aku sudah mengenal oliver sejak lama, selalu itu saja yang dia tanyakan. Dan sama dengan sebelumnya, aku tak akan menjawabnya.
"Ja." Oliver melepas pelukannya, dia menatapku. Mata birunya memantulkan cahaya lampu jalanan, indah seperti kembang api di langit biru.
"Karena dengan begitu tidak akan ada yang menggangguku lagi di sekolah. Seperti katamu dulu."

Ya, kalian harus tahu bahwa hubungan kami tidak berdasarkan cinta, setidaknya biarkan aku mencintainya diam-diam. Tanpa dia tahu, dan tanpa balasan cinta darinya, atau semua akan hancur. Aku yakin kalian bisa membayangkan apa yang terjadi padaku. Yup!! Benar, aku mendapat predikat gadis teraneh di sekolah. Tak ada satupun yang mau berteman denganku. Ketika ada beberapa gadis yang mendekatiku dan mulai akrab, aku tak pernah bisa bergabung dengan mereka. Kalian tahulah, mana ada teman yang mau menemaniku. Aku gadis aneh. Paling tidak begitulah anggapan mereka. Itu terjadi sejak pertama aku pindah ke sekolah ini.

"Sial, kenapa langsung pelajaran olahraga." Umpatku, mengutuk siapapun yang menggagas ide olahraga sebagai pelajaran di sekolah. Olahraga berarti matahari, dan aku harus menjauhinya.
"Hej," seorang gadis berambut ikal pirang menyapa, namanya Karla, dia mendatangi bangkuku bersama tiga temannya. "Ayo, kita turun!" dia menyeringai, menyebalkan.
"Undskyld2, aku tidak ikut olahraga."
"Kenapa?" Karla ingin tahu, wajahnya terlihat kecewa. Em..aku yakin tepatnya dia berpura-pura kecewa. Selama aku hidup, aku bisa membedakan mana orang yang tulus atau tidak. Dan Karla, dia bukan orang baik.
"Aku tak bisa kena matahari."
Benar, setelah kujawab, Karla langsung terkekeh,
"Okay." Karla meninggalkanku dengan cekikikan bersama ke tiga temannya, sudahlah pasti mereka menjadikanku lelucon.

Apa kalian pikir, hanya itu saja. Tentu tidak, selang beberapa jam saja rumor tentangku yang takut matahari menyebar satu sekolah. Dan sejak itu, setiap aku berjalan di koridor mereka menyapaku dengan kata, vampire. Sungguh menyebalkan. Sejak itu aku memutuskan menjaga jarak. Aku lebih memilih sendiri.
"Freja, vampire?" Oliver mengejutkanku. Saat itu jam pelajaran musik, dan aku suka berlama-lama di hadapan piano tua, yang diletakkan di ruang kesenian. Kupikir semua sudah kembali ke kelas, ternyata Oliver tiba-tiba menopang tubuhnya dengan siku di bibir piano. Cowok menyebalkan, kenal aja enggak sudah berani memanggilku vampire. Oh...terimakasih Karla, kau membuatku popular di hari ketigaku di sekolah baru. Freja si vampire.

Aku memilih beranjak, tapi tangan Oliver menarikku.
"Et ojeblik3" katanya. Aku gontai, lalu terduduk kembali.
"Apa lagi? Mau mengejekku seperti yang lain? Enggak usah repot-repot, aku Freja si vampire yang takut matahari, yang tinggal di bangunan kuno Nyboder." Aku malas meladeninya, lebih baik aku sendiri yang mengatakannya. Sama persis seperti yang aku dengar. Aku melihatnya bengong beberapa detik, lalu tawanya pecah. Dia tertawa terbahak, sampai mata birunya yang indah itu berair.

CINTASTIK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang