Pualaaa~ Gak tau deh harus gimana. Aku adalah penghuni baru di wattpad. Dan map-maap kate yee kalo ceritanya masih kurang "garem" dikit hehe.
Jadi boleh dong ya minta kritik dan sarannya.
So,Happy Reading MbaBroh °\(‾▿‾)/°
People change and love will die. You’re never good enough and you don’t know why. Time passes and things go wrong,but just remember Life Goes On –Autumn,Dec 18th 14:42
***
"Rein..."
"Ada apa?" tanya Reina sambil membuatkan teh hangat untuk Wiraz
"Liat ini, masih inget ga kamu?" pinta Wiraz, membuat Reina bergerak sambil membawa teh ke arah Wiraz yang sedang sibuk dengan Netbooknya.
"Oh.Hahaha ini , iya aku masih inget kok. Ini foto kita yang lagi jaman cupunya yah. Masa-masa dimana kamu ngedeketin aku heheh" Ledek Reina.
"Iya,iya, aku lagi pedekate sama kamu huhuh. aku kangen masa-masa ini Rein..." bisik Wiraz sambil menatap Reina yang langsung mematung mendengar kata-kata itu.
"Raz..." Lirih Reina
Wiraz yang kembali menatap Netbooknya tidak mendengar bisikan Reina. Tanpa ia sadari Reina terus memerhatikan Wiraz yang begitu berbeda.
Wiraz dulu yang ia kenal berbeda dengan Wiraz hari ini,esok dan seterusnya. Wiraz yang sekarang begitu berbeda,begitu dewasa. Kata-kata spontan yang diucapkan Wiraz tadi membuat memori kenangan lama yang begitu indah harus dibuka lagi.
Kenangan yang selama 4 tahun belakangan ini mampu Ia lupakan. Namun,Wiraz datang kembali kedalam hidupnya dengan sosok yang begitu berbeda. Membuat Reina takut untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya.
"Rein! Hei!" ucap Wiraz sambil melambaikan tangan kearah wajahnya, sehingga membuyarkan lamunan Reina akan 4 Tahun silam.
" Heh? Ap..Apa? kamu mau nambah teh nya?" ujar Reina dengan gugup
Melihat tingkah Reina yang aneh membuat Wiraz tertawa terbahak-bahak.
Reina yang baru sadar dari lamunannya melihat Wiraz yang sedari tadi menertawainya langsung menjambak rambut Wiraz yang begitu halus.
Sekejap pun membuat hati Reina berdesir "aku merindukan mu. aku merindukan kita. aku rindu saat-saat bersama mu seperti ini." bisik Reina dalam hati.
Reina masih terus menjambak rambut Wiraz, sedangkan Wiraz membiarkan rambutnya dijambak oleh tangan mungilnya Reina, Ia pasrah. Ia tahu, ia juga menyadari kerinduan ini.
Ia tahu Reina seperti apa, makanya ia lebih memilih membiarkan Reina mencabiknya. Dia juga rindu suasana ini.
Setelah sekian menit melakukan hal bodoh ini. Reina langsung melepas dan terduduk kembali. "Kamu masih inget Raz? aku pikir kamu udah lupa." Sinis Reina
" Hahhahaha... gak mungkin lah gue ngelupain ini. Gue ga mau munafik, Gue masih mikirin lo Rein.." jawab Wiraz dengan enteng
"Nyeh, dragombal kamu! dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah. Selalu membuat aku terbang tinggi,terus dijatuhin lagi! huhu payah kamu ah!" ucap Reina memainkan bibirnya menekuk.
"Hahah lagian mau aja aku terbangin, emang enak! wee!" ledek Wiraz sambil menjulurkan lidah nya seperti anak kecil
"Iye udah seterah lo,emak lo,bokap lo yang cool-cool itu!" Tukas Reina
"Udah lama banget yah rasanya kita gak ketemu. Aku ga nyangka kalau kita bisa bertemu lagi. Aku pikir selamanya kita gak akan ketemu lagi. Aku diBandung,Kamu diJakarta. Dan kita sama sekali gak berhubungan setelah kejadian waktu itu." Lanjut Reina panjang lebar seraya tersenyum sendiri mengingat kejadian 4 tahun silam.
"Lo masih marah sama gue Rein?" Tanya Wiraz
"Kamu ngomong apa sih? Aku bukan pendendam tau. Seorang Reina sekarang bukan seperti Reina yang dulu-dulu. Reina sekarang lebih dewasa dan memahami arti hidup. Ciyeee hahaha" Ujar Reina sambil meliukan badannya.
"Iya, Reina yang sekarang bukan Reina yang gendut kayak dulu. Reina sekarang lebih manis, mungkin tambah manis kayak teh ini. Kamu bikin teh kemanisan Rein!" kata Wiraz memasang tampang kecut,sambil menyeruput teh yang dibuat Reina, dan ternyata memang kemanisan.
"Oh hahaha serius kamu? mana sini coba!"
"Haha iya maaf,manis banget yah. kayak Akyuuu" centil Reina dengan memasang muka paling imut, membuat jijik Wiraz yang melihat tingkah masa lalunya itu.
Reina hanya dapat mencibir melihat respon yang amat kurang menyenangkan dari Wiraz. Tapi,dalam hati ia sangat senang bisa melewati hari-hari dengan Wiraz walau dalam keadaan dan waktu yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears By The Hazel Eyes
Teen FictionEntah mengapa melihat matahari terbenam lebih menyenangkan dibanding harus melihat kau yang telah memilih melodi itu. Seribu nada yang dulu kau buat untukku tidak akan mampu lagi mengubah kunci yang diciptakan. Kunci yang selalu menyimpan kehangatan...