Spongebob : “What do you usually do when I’m gone?”
Patrick : “Wait for you to come back.” – October 19:46
Beberapa hari ini Reina sedang mengidap penyakit galau super akut. Sejak pertemuannya dengan Wiraz yang tidak disengaja beberapa waktu lalu membuat rasa ingin tahu Reina akan sosok tersebut semakin menggebu.
Dulu Dia sangat tidak peduli dengan apapun yang dilakukan Wiraz, menurut Reina, Wiraz hanya bisa membuat hatinya terluka. Bukankah didalam hati yang terluka terdapat cinta? Kenapa harus ada yang terluka?
“Kan, gue nyari facebook Wiraz ko ga ada yah? Jangan-jangan gue di Block? Mungkin ga sih? Dia apa kabar ya? Aduh ko gue jadi kepo gini sih?” Tanya Reina tanpa henti sambil menatap layar computer dikantornya.
Kikan yang baru datang sambil membawa segelas kopi langsung terhentak kaget mendengar pertanyaan Reina, “Na, udah sih! Buat apa lo nyari-nyari tentang dia. Inget Na apa yang udah dia lakuin waktu dulu ke lo. Ga cukup apa dengan cara Tuhan ngasih liat apa yang gak pernah pengen lo liat? Inget Na, Inget waktu lo terpuruk. Inget Revi Na, dia selalu ada disamping lo. Udah cukup sih Revi kurang baik apalagi sama lo. Pinta gue cuma satu Na. Lo lupain yang namanya Wiraz, dia ga baik buat lo. Dia masa lalu lo!” Tukas Kikan dengan tegas.
Ucapannya yang sederhana namun begitu menusuk kedalam hati membuat Reina terdiam terpaku. Tanpa berkata-kata lagi, Kikan meninggalkan Reina yang sedang terpaku menatap layar komputernya sendiri didalam ruangan mereka.
Maksud Kikan baik, agar Reina berpikir bahwa dia gak pantas untuk menatap kebelakang,apalagi mencari tahu tentang Wiraz lagi.
“Padahal aku cuma mau tahu tentang kabar dia. Apa aku salah? Apa aku yang terlalu bodoh? Dasar bodoh! Bodoh! Kikan benar,aku salah. Dia hanya masa lalu.” Ucap Reina dalam hati sambil tersenyum kecut dan meremas majalah yang sedang digenggamnya.
Masih menyesali perbuatannya yang tadi, tiba-tiba ponsel Reina berdering. Ternyata Revi yang menelpon, namun Reina hanya menatap handphone tersebut.
Dia masih mencerna perkataan Kikan tadi. Ada benarnya juga Kikan mencabik Reina dengan perkataannya itu. Revi masa depannya. Wiraz hanya masa lalu.
Tiba-tiba Kikan datang dan langsung menyambar ponsel Reina yang masih berdering membuat Reina terperanjat kaget dan langsung mencoba mengambil ponselnya.Namun ditepis oleh Kikan yang matanya langsung melotot dan menunjukan sebuah kode agar Reina diam. Apa mau dikata akhirnya Reina menuruti maunya Kikan.
“Halo? Kenapa Rev? Reinanya lagi dikamar mandi sori ya gue angkat. Ada pesan ga? Ntar gue
bilangin doi.” Ujar Kikan ketus
“Oh oke, ntar gue bilangin yaudah kita juga dikit lagi mau makan ko. Lo mau gabung? Oh,oke yaudah bye!” percakapan yang begitu singkat akhirnya ditutup juga oleh Kikan tanpa lecet satupun.
“Dia nanya apa aja Kan? Lu gila? Ngapain sih pake segala diangkat. Ah,bikin makin bête aja sih.” Kata Reina
“Lo yang lebih gila! Lo ngediemin dia,sedangkan lo mikirin orang lain yang udah gak pantes lo pikirin. Lo yang lebih gila. Gue tuh capek yah Rein bilangin lo tentang ini. Gue gak kenal lo sehari dua hari,tapi gue udah kenal cukup lama luar dalam. Gue tahu kalau lo lagi bête,marah dan galau seperti sekarang ini. Gue ga akan ngebiarin keadaan semakin rumit Rein, Gue Cuma ga ingin kalian putus karena kesalahpahaman antara kalian berdua. Gue juga Cuma gak pengen ngeliat lo sedih lagi. Cukup Rein, Jangan sia-siain Revi.” Balas Kikan panjang lebar sedangkan Reina hanya mampu terdiam.
“Oya, Sori kalau gue udah lantang berbicara seperti ini. Jangan pernah berpikir kalau gue suka sama Revi. Karena sejujurnya gue gak ingin kehilangan sahabat lagi. Kalian satu-satunya sahabat sekaligus saudara yang gue punya. Gue ga ingin kalian pisah Cuma masalah sepele seperti ini. Maaf Rein,gue ga akan ikut campur urusan lo lagi.” Lanjut Kikan yang pergi seketika meninggalkan Reina sendiri.
Suasana kantor yang sekarang sudah sepi karena jam makan siang emakin menambah kegalauan Reina. Hanya terdengar suara desiran angin dari jendela di pojok ruangan ini. Sesaat kemudian tangisnya pun pecah,tangan yang kini berada diatas meja pun sudah menutupi wajahnya.
Sepupuk harap yang ingin ia ketahui dari masa lalunya ternyata pupus sudah. Kikan,Revi, mereka adalah harta berharga bagi Reina saat ini. Sudah terlalu banyak yang membuatnya terluka. Jangan sampai mereka terluka karenanya. Biarkan angin yang menjadi saksi bisu akan kekalutannya kali ini. "Aku rindu." bisik Reina ditengah tangisnya kian menjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears By The Hazel Eyes
Teen FictionEntah mengapa melihat matahari terbenam lebih menyenangkan dibanding harus melihat kau yang telah memilih melodi itu. Seribu nada yang dulu kau buat untukku tidak akan mampu lagi mengubah kunci yang diciptakan. Kunci yang selalu menyimpan kehangatan...