Entah mengapa melihat matahari terbenam lebih menyenangkan dibanding harus melihat kau yang telah memilih melodi itu. Seribu nada yang dulu kau buat untukku tidak akan mampu lagi mengubah kunci yang diciptakan. Kunci yang selalu menyimpan kehangatan dalam setiap hening. Kini kau dan aku terjebak dalam hitamnya kemunafikan hati. Dalam setiap harap yang muncul dan tidak akan pernah terulang kembali. Karena yang ku tahu sampai jiwa ini mampu melayang ke langit ke tujuh pun takdir takkan membalasnya. Bukankah kita dilahirkan untuk saling menyatu? Jiwa ini bukankah sudah menjadi milikmu seutuhnya? Bagaimana dengan sejumput kehangatan yang pernah kita temui? Melihat senja dengan deburan ombak yang menari-nari. Haruskah ku menahan kerinduan ini? Menahan luka disetiap detik yang akan membunuhku?