Chapter 4

154 9 1
                                    

Warning ⚠️ Ada sedikit uwuuwu. Typo bertebaran. Coba tandain biar saling koreksi :)

Setelah menggemparkan beberapa saat, Nara sudah dibaringkan di kamarnya bersama Taeyong dan Sehun, Suho sedang membuat teh jahe untuk Nara di dapur. Para orang tua juga sudah keluar dari kamar gadis itu, dan masih membicarakan tentang bagaimana pernikahan Sehun dan Nara. Yang heboh ibu-ibu sebenarnya. Bapak-bapak mah cuman jadi pendengar dan pemberi masukan. 

Di kamar Nara, gadis itu sedang mendapatkan servis pijat gratis. Sehun bagian pundak, Taeyong bagian telapak kaki. Wajahnya masih pucat, dan belum mengeluarkan kata barang sepatah pun sejak kata aduan ke Sehun yang dia ingin muntah. Nara pasrah saja, karena dia benar-benar lemas dan kepalanya pusing sekali, seperti ada yang menggenggam kencang kepala bagian atasnya.

"Udah bang, udah cukup. Mau rebahan." Sehun yang berada di belakang Nara pun berpindah, turun dari tempat tidur gadis itu. Taeyong juga berdiri dan memasukkan kaki Nara ke dalam selimut, kakinya benar-benar dingin.

Suho masuk tanpa mengetuk pintu. "Minum tehnya dulu, baby." diletakkannya nampan teh di meja belajar Nara, dan membawa tehnya ke dekat Nara. 

"Nanti aja." lemah Nara.

"Nanti keburu dingin." Suho bersikeras. "Biar ilang mualnya, baby."

"Ayo bangun dulu. Abis minum teh, baru tidur." Sehun membantu Nara bangun kembali.

"Biar tidurnya nyenyak. jadi cepet baikan." itu Taeyong yang memijat-mijat kaki Nara dari luar selimut.

"Sini abang yang suapin." Sehun mengambil alih teh jahenya Nara yang semula dipegang Suho.

"Masalah nikahan kamu sama Sehun gak usah dipikirin dulu. Oppa tahu kamu kaya gini pasti gara-gara mikirin itu, kan." Yap Suho pasti sudah hapal sekali dengan adik perempuan satu-satunya itu. Saat masih di ruang keluarga pun Suho sudah sangat was-was terhadap reaksi adiknya, dan benar kan adiknya langsung muntah-muntah.

"Iya, gak usah dipikirin dulu, Nar." kata Taeyong.

Nara tidak menjawab dia masih bingung harus bagaimana. Menolak, dia ada rasa sama Sehun. Terima, Sehun sudah punya pacar. Bingung. Gadis itu tidak tahu apa yang harus dia keluarkan untuk responnya. 

Suho mendekati Nara mengelus rambut gadis itu. "Oppa keluar dulu, ya." Nara hanya mengangguk dan tersenyum lemah.

"Kamu mau bubur?" tawar Taeyong. "Dari tadi kamu belom makan kan. Abang beliin yah?"

"Mau bubur kacang ijo aja."

"Ya udah, tunggu ya. Teh jahenya abisin ya." Taeyong keluar setelah mendapat anggukkan dari Nara.

Setelah Taeyong pergi Sehun terus menyuapi Nara dengan perlahan. Sejak tadi, Nara terus menunduk, dan itu aneh. Sehun merasa Nara seperti mendiaminya? atau menghindarinya? apa karena berita itu yah.

"Enakan gak, Nar?" Mengelap sisa teh di bibir gadis itu. Langsung Nara tepis pelan, kemudian mengangguk. Tapi perlakuannya itu membuat Sehun yakin Nara sedang menghindarinya. Sehun sudahi acara suap-suapannya, dia taruh gelas itu di meja kecil samping tempat tidur Nara. Sehun genggam kedua tangan gadis di depannya. "Kamu marah sama abang? Kamu gak suka nikah sama abang?" Nara menarik tangannya dan langsung kembali digenggam oleh Sehun. Nara diam, terus menunduk. "Abang lagi nanya loh. Kok diem aja?" Nara tetap diam. "Atau kamu marah gara-gara tadi pagi abang cium?" Nara langsung mendongak. Diingatkan lagi, padahal Nara sudah lupa perihal ciuman basah mereka tadi pagi loh. Nara merutuki Sehun dalam hati. Sehun mengangkat alisnya.

"Padahal aku udah lupa. Diingetin lagi."

Sehun tersenyum. "Jadi gara-gara mau nikah sama abang." "Kamu gak suka?" lanjut Sehun tanya.

Friendzone (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang