Chapter 7

117 11 1
                                    

Aku cuman minta kalian vote dan saran aja kok. Selamat membaca.

Tiba di mana sudah waktunya Taeyong berangkat ke Amerika untuk beasiswanya. Taeyong sedang sibuk menuruni semua barangnya ke lantai bawah, dibantu oleh Sehun dana Suho. Terdapat empat koper besar dan satu koper sedang. Dan para orang tua juga sudah berkumpul untuk mengantar kepergian Taeyong ke negara Paman Sam tersebut. Mama Barbara terus menuahkan nasihatnya, agar supaya Taeyong tetap menjaga kesehatan walau tidak ada yang mengawasinya di negara orang sana. Beda dengan gadis yang sejak tadi hanya duduk bersama eommanya karna matanya sudah berembun. Gadis itu juga tidak tahu mengapa matanya terus saja mengembun, padahal tadi malam dia sudah menyiapkan diri untuk hari ini. Nara terus mengeluarkan hembusan napasnya kasar, dia menahan tangis sejak sampai di rumah keluarga Lee.

"Udah semua, Wai?" Tiwai, panggilan untuk beberapa orang saja, Sehun dan teman-teman kampus. Taeyong yang di kamar sedang membereskan barang-barangnya yang akan ia tinggal, lalu Sehun masuk menanyakan perihal barang bawaan.

"Udah kok, yuk." Taeyong menghampiri Sehun lalu mereka berdua keluar dari kamar Taeyong dan segera menuju orang-orang berkumpul.

Di bawah bang Suho lagi angkutin barang Taeyong ditaruh dibagasi mobilnya dan mobil papa Eko. Anak-anak akan pakai mobil Suho dan para orang tua pakai mobil masing-masing.

Semuanya sudah siap, tinggal lepas landas saja dari rumah Keluarga Lee. Sejak tadi memang ketiga pemuda itu tahu jika Nara hanya diam saja, mereka menyadari betul bahwa Nara sudah masam sejak tadi. Hingga saatnya menaiki mobil. Suho mengemudi, Sehun yang tahu keadaan memilih untuk duduk di samping Suho, dan mau tidak mau Taeyong duduk di tengah bersama Nara.

Ke empat mobil itu sudah masing-masing melaju sedang. Taeyong jadinya kasian pada Nara yang terus menahan tangisnya. Pemuda itu mendekati sahabat sejak kecilnya lalu mengelus rambutnya sayang.

"Jangan kaya gini dong, Nar. Abang jadinya gak ikhlas ninggalin kamu."

Sehun melirik dari kaca dashbort, tidak mau mencampuri urusan kedua sahabatnya yabg sedang mellow. Suho pun demikian.

"Nara gak papa, bang."

"Gak papa apanya? Hidung kamu merah terus loh."

Nara menarik kelenjar hidungnya, yang biasa kita bilanv ingus terus berusaha untuk keluar.

"Abang janji bakalan sering kabaran sama kamu. Tenang aja. Lagain kan nanti bisa telpon atau vidcall. Kalau kamu mau ke sana juga boleh. Barengan sama Sehun tuh."

"Iyaaa, tapi gak tahu nih. Nara tetep sedih banget." Barulah Nara mengangkat wajahnya yang sejak tadi ia tundukkan. Dan air matanya saat itu turun meluncur seperti memakai papan seluncur karena saking derasnya.

"Ihh, kok gitu sih. Jangan nangis dong, baby." Taeyong benar-benar tidak tega melihat wajah Nara yang sudah banjir oleh air matanya sendiri. Dipeluknya Nara, lalu mengelus punggung gadis itu lembut isyarat menguatkan. Terus seperti itu sampai suara tangis Nara tidak bisa gadis itu tahan. Tumpahlah suara tangisannya, terdengar sangat pilu, sambil melontarkan kata-kata jangan pergi.

"Abang gak usah pergi aja yah. Aku nanti kangen banget." Nara terus merengek, gadis itu memeluk Taeyong sangat erat. Dia taruh hidungnya di dekat ketiak pemuda itu, layaknya gadis itu berusaha untuk menyimpan memori bau badan dari Taeyong.

Yang dijawab oleh bang Suho pernyataan Nara tersebut. "Gak bisa gitu dong, Nar. Taeyong udah sejauh ini sampe dapet beasiswa ke sana."

"Iya tahu. Tapi kalau aku kangen banget gimana. Kemarin aja gak ketemu dua minggu udah kangen banget, apalagi ini yang gak tahu bang Taeyong pulang kapan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friendzone (Oh Sehun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang