Lima belas tahun lalu..
Gadis cilik itu menangis sejadi-jadinya disudut kamarnya. Kamar yang tak bercahayakan sama sekali. Ia tak menyangka ayahnya tega membunuh kekasih kakak lekakinya itu. Seorang gadis yang sedang mengandung cucunya sendiri. Kenapa ayahnya begitu tega? Tidakkah ayahnya sadar kalau dia telah menghancurkan keluarganya sendiri? Demi menutup aib, dengan mudahnya ia menyingkirkan gadis yang sedang hamil muda itu. Dan ayahnya juga tega membunuh calon cucunya sendiri yang masih berada dalam rahim gadis itu.
Meskipun ia masih kecil, bukan berarti ia tak tahu apa yang terjadi. Hanya saja ia tak tahu harus berbuat apa.
"kakak..kakak..pulang.." Suaranya tersendat-sendat. Ia merindukan kakak lelakinya yang sudah beberapa hari ini tak pulang kerumah. Hiks...hiks. Siakkan tangisnya itu membuatnya sulit untuk bernapas.
"seharusnya kau berpikir!!" Suara nyaring yang penuh emosi terdengar sampai kekamar gadis cilik yang sedang menangis itu. Gadis cilik itu kaget dan segera mencari dari mana asal suara itu.
"mama? Papa?"
"kenapa mama marah-marah? Mama lagi ngapain? Apa papa udah pulang kerja?" Pikir gadis cilik itu. Ia berlari kearah kamar orangtuanya. Suara nyaring tadi berasal dari kamar itu. Ia mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Cahaya dikamar itu remang-remang. Hanya lampu tidur yang masih menyala menerangi ruangan itu. Dilihatnya sepasang suami istri itu sedang bertengkar hebat. Penuh dengan emosi yang meledak-ledak.
"aku tidak mau hidup bersama pembunuh!" Wanita itu menatap suaminya dengan mata menyalang. "kau.. Kau pembunuh!" Ia mengacung jari telunjuknya kearah suaminya itu.
Pria itu terkekeh. "aku seorang pembunuh,," ia merentangkan tangannya seperti meminta pelukan. "aku pembunuh, sayang.." Ia tertawa terbahak-bahak. Apa yang ada dibenak suaminya itu? Bau alkohol menyeruak diruangan itu. Pria itu mabuk.
"papa..." Gadis cilik itu masih berdiri disana. Berdiri menyaksikan pertengkaran orangtuanya. Tapi, ada apa dengan ayahnya? Ayahnya tertawa? Apa yang sebenarnya terjadi? Ia tidak bisa mendengar apa yang diucapkan ayahnya.
"kau.. Kenapa tidak sekalian kau bunuh aku?!!" Wanita itu melemparkan semua benda yang ada didekatnya kearah suaminya itu.
"bunuh aku, bram! Bunuh!!" Teriak wanita itu dengan histeris. Pikirannya begitu kacau. Ia tak sanggup menghadapi semuanya lagi. Rasanya ia ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.
"mama.." Gadis cilik itu tersiak-siak. Ia tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk ibunya itu. Meleraikan pertengkaran ini. Tapi kakinya tak mampu untuk melangkah lagi. Tubuhnya bergetar hebat.
"sayang, kau mau aku membunuhmu?" Pria itu mengeluarkan sebuah benda yang dari dalam jasnya. Astaga! Sebuah pisau. Pisau yang sangat tajam. Dan.. Pisau itulah yang telah meleyapkan gadis yang sedang hamil muda itu.
"Mira sayang.. Kau yakin dengan permintaanmu?" Pria itu menempelkan pisaunya diwajah istrinya. Pisau itu terasa dingin diwajah wanita itu. Sesaat wanita itu merasa ngeri. Tapi emosinya mengalahkan rasa takutnya.
Apakah pria ini tak punya perasaan? Sadarkah ia akan apa yang sedang dilakukannya itu? Sadarkah dia?
"mama..papa.." Gadis cilik itu menangis sejadi-jadinya. Tapi kenapa orangtuanya tak mendengar tangisannya? Kenapa mereka sibuk bertengkar. Dan.. Pertengkaran macam apa ini?
"lebih baik aku mati, Bram. Aku tak mau hidup bersama pembunuh! Bunuh aku, Bram!!" Teriak wanita itu sambil memejamkan matanya. Ia siap untuk mati.
Gadis cilik itu tercengang. Apa yang ada dipikiran ibunya itu? Bagaimana jika ayahnya benar-benar membunuh ibunya? Tidak! Itu tidak akan terjadi. Ya. Dia yakin itu. Ayahnya itu sedang bercanda. Ayahnya sangat mencintai ibunya. Jadi ayahnya tidak akan melakukannya. Tidak akan pernah.
"Bunuh!!" Teriak wanita itu lagi. Tapi matanya tetap terpejam.
Pria itu menjauhkan pisaunya dari wajah istrinya itu. "kau ini kenapa?! Aku sedang banyak pikiran. Kau malah memperburuk situasiku!! Apa mau mu?!" Emosi pria itu tiba-tiba meledak.
"aku ingin mati!" Wanita itu membuka matanya menatap nyalang suaminya itu.
"kau ingin mati?" "matilah!!" Ditancapkannya pisau itu tepat dijantung istrinya. "matilah!"
"permintaanmu terkabulkan sayang! Kau yang memintanya." Ia mencabut pisau yang tertancap didada istrinya itu. Wanita itu tersungkur tak bernyawa lagi.
Napas gadis cilik itu tercekat tak percaya apa yang telah dilakukan ayahnya itu. Ia kira tadi ayahnya hanya bercanda. Tapi ternyata..
Ia mundur, ia tak sanggup melihat darah yang mengotori gaun tidur malaikatnya itu. Darah itu mengalir deras. Bau amis mulai menyeruak masuk kedalam hidungnya.
" nggak. Nggak! " ia berlari sekuat tenaganya keluar dari rumah megah yang berdarah itu. "kau pembunuh! Kau membunuh mamaku!! Kau iblis!" Ucapnya berulang-ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberkas Cahaya
RomanceSeorang gadis yang hatinya penuh dengan dendam yang mendalam terhadap ayahnya sendiri. Dendam yang hadir semenjak melihat tubuh ibunya yang tak bernyawa lagi. Seorang ayah yang merusak kebahagiaan masa kecilnya, kini sosok itu hadir kembali dengan...