3

10 0 0
                                    


"BANYAK HAL YANG TAK KAU DUGA"

"bagaimana dengan sekolah barumu?" Tanya lelaki separuh baya itu pada david.

"ya, begitulah. Biasa saja." Jawab david sambil melangkah kekamarnya.

"bagaimana dengan gadis yang kau cari itu? Apa kau sudah bertemu dengannya?" Tanya lelaki paruh baya itu lagi.

David menghentikan langkahnya. "sudah. Dia satu kelas denganku. Oh ya. Bukan aku yang mencarinya, tapi papa." Ucap david lalu kembali melangkah.

Lelaki paruh baya itu duduk disofa besar sambil bersandar santai. Tiba-tiba ponselnya berdering.

"apa ada berita baru lagi? ___ jadi dia tinggal bersama ana?__ berikan aku alamat rumahnya.____awasi dia terus, jangan sampai dia mengetahui kalau dia sedang diawasi. __ " lelaki itu kembali bersandar.

"tuan bram." Salah satu anak buahnya memanggil lelaki paruh baya itu dengan sebutan bram. Bram melirik kearah anak buahnya itu.

"ini foto-foto nona jessica. Dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik." Ucap anak buahnya sambil memberikan beberapa lembar foto jessica yang diambil secara diam-diam. Bram mengamatinya.

"dia mirip dengan mira, ibunya. Sayang mira sudah tidak ada." Ucapnya tersenyum kecut.

"kau boleh pergi." Bram menyuruh anak buahnya untuk pergi.

***

"Mana jessica? Tumben dia belum turun dan makan malam " tanya ana kepada anaknya itu.

"Lagi datang bulan kali." Ucap jose sambil menyuapkan sesendok nasi penuh kemulutnya.

"Mama tau. Pasti kalian berantem. Jose, berapa kali mama bilang. Kalian itu udah besar, jangan kayak anak kecil deh suka berantem gak jelas. Lagian kamu itu cowok. Masa berantemnya sama cewek sih."  Ucap ana menasehati jose.

"Ma.. Terus aja salahin jose. Dianya aja yang terlalu sensitive. Tempramen nya tinggi  banget.. Emosian."

Jose meninggalkan mamanya diruang makan bersama beberapa pelayan yang selalu siap sedia jika dibutuhkan.

Melihat anaknya itu pergi meninggalkannya ia menghela napas panjang.

***
Jose termenung menatap langit-langit kamarnya. Perasaannya campur aduk sekarang.

"Jessica mikhaila" ucapnya lirih dan hati-hati.  Kenapa hatinya bergetar saat ia menyebut nama itu.

Ia memejamkan mata dan membayangkan wajah cantik jessica. Ia benar-benar cantik. Wajahnya yang polos dan bersih. Mata hijaunya yang indah. Bibir merahnya yang mungil tapi kelihatan seksi dan ranum. Tubuhnya yang mungil terbungkus indah. Senyumnya. Oh, ada apa dengannya?

Jose teringat kalau jessica sedang marah padanya.  Padahal jose hanya bertanya suka apa tidak padanya, kenapa jessica langsung marah? Apa yang salah dengan kata-kata jose tadi pagi? Apa karna tadi dia  memuji chela? Begitu tak sukakah jessica pada chela? Atau jessica ada maksud lain? Oh, yang benar saja. Jose sangat tidak suka dengan situasi ini.

Ia tidak kuat kalau tidak melihat senyum jessica yang manis itu. Ia tidak bisa kalau berjauhan dengan jessica. Apa lagi sekarang ada murid baru yang bernama david itu, sepertinya jessica tertarik. Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Jose menghela napas.

" Ini nggak boleh terjadi. Aku harus minta maaf sama jessica." Ia meremas frustasi rambutnya.

***

Seorang pria paruh baya menghampiri ana seperti yang diduga pria itu adalah pelayan dirumah ini.

"Selamat malam, nyonya." Sapa pria itu ramah kepada tuan rumahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seberkas CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang