VI. BREATH ME

566 74 20
                                    

Help, I have done it again

I have been here many times before

Hurt myself again today

And the worst part is there's no one else to blame  

Koeun pulang dengan wajah sembab. Matanya begitu merah dan hidungnya juga. Gadis itu berjalan terseok seorang diri. Mark tidak bisa ia temukan dimanapun. Anak laki-laki itu seolah menghilang setelah merampas surat yang diberikan oleh pihak sekolah padanya.

Membuka pintu, Koeun masuk kerumah tanpa semangat. Bahkan dia hanya meletakan begitu saja sepatunya tanpa berniat menyusunnya diatas rak sepatu seperti kebiasaannya setiap saat. Gadis itu berjalan melintasi ruang tamu tanpa menyadari keberadaan ibu yang menatapnya penuh tanya. Ada apa dengan Koeun? Kenapa wajahnya sembab?

"Koeun." Suara ibu yang memanggilnya membuat anak gadis itu mengalihkan pandangannya. Oh? Sejak kapan ibu ada disana? Koeun tak melihatnya. "Kemarilah. Ada apa dengan wajahmu? Kau menangis?"

Dengan perasaan sedikit ragu, Koeun mendekati ibu yang duduk dengan sebuah buku ditangannya. Meletakkan tas disalah satu sofa kemudian duduk bersebelahan dengan ibu.

"Hei, kau boleh menceritakan semua masalahmu pada ibu. Kenapa kau menangis?"

Koeun membisu. Haruskah ia memberitahukan ibu tentang surat yang ia terima dari tangan kepala sekolahnya langsung?

"Ibu tak akan memaksamu untuk berbicara. Tapi Koeun, kau harus tahu. Masalah yang kau pendam seorang diri di dalam hatimu semakin lama akan semakin membusuk dan justru balik menggerogoti hatimu jika kau tak membaginya kepada orang lain."

Mendengar perkataan ibu, Koeun menangis lagi. Bagaimana mungkin dia menyakiti hati wanita yang sudah merawatnya selama hidup? Koeun tak akan pernah sanggup melihat ibu menangis sedih. Apalagi jika hal itu disebabkan olehnya. Tidak akan bisa.

"Ibu, jika aku ceritakan semuanya kau berjanji tidak akan marah padaku?" Ibu menatap anak perempuannya itu. Sepertinya masalah ini serius. Sebenarnya ada apa? Apa ada hubungannya dengan Mark? "Berjanjilah. Kumohon."

"Baiklah. Ibu berjanji."

"Aku dikeluarkan dari sekolah."

Hening sesaat. Ibu seolah mencerna seluruh perkataan singkat yang dilontarkan anak perempuannya tadi. Apa barusan yang dikatakan oleh Koeun? Dikeluarkan? Tapi, kenapa?

"Kenapa?"

"Aku menyakiti seseorang."

"Kau, apa?"

"Aku menyakiti kekasih Mark." Dan ibu terlihat tak percaya dengan perkataan Koeun. Begitu terkejutnya hingga ibu tak memberikan reaksi apapun. Koeun menjadi cemas bercampur takut. sepertinya Ibu marah. Dan kali ini, ibu pasti marah besar padanya. "Ibu, aku tau aku salah. Maafkan aku."

"Kenapa kau menyakitinya?" Ibu tetap menatap Koeun dengan wajah terkejutnya. Ini benar-benar diluar dugaan. Ibu tak pernah menyangka. Akhirnya tiba juga saat ini. Ibu merasakan perasaan takut secara tiba-tiba yang muncul dalam dirinya.

"Aku juga tidak tahu. Yang aku ingat sebelum menyakiti Clara adalah suara Herin dan Lami yang memintaku untuk menyakitinya. Aku bahkan tak sadar saat menyakiti perempuan itu. Untung saja Hina segera datang dan menyadarkanku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika Hina tak datang saat itu."

"Siapa itu Herin dan Lami?" Daripada mendengarkan penjelasan panjang lebar Koeun tentang kronologis kejadian saat itu, Ibu justru lebih tertarik dengan keberadaan dua sahabat Koeun itu. Herin dan Lami. Dua nama yang tak pernah ia dengar sebelumnya.

FIX YOU  ;; mark + koeun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang