We know full well there's just time
So is it wrong to dance this line?
If your heart was full of love
Could you give it up?
Suara nyala elektrograf adalah satu-satunya pemecah keheningan di ruangan itu. Koeun masih terbaring lemah tak sadarkan diri. Banyak alat-alat medis yang tak Mark ketahui menempel begitu erat di tubuh kakaknya itu.
Koeun terlihat rapuh dengan seluruh alat bantu hidup itu.
Sudah berjalan 12 jam setelah ibu dan Mark berhasil membawa Koeun ke rumah sakit. Bersyukur jika mereka bisa membawa gadis itu tepat waktu. Mark sebenarnya sudah sangat ketakutan ketika mendampingi Koeun di dalam ambulance malam itu. Kejang yang dialami kakaknya itu begitu menyesakkan dada. Mark bahkan sadar jika Koeun sempat mengeluarkan busa dari dalam mulutnya. Dan ketika melihat hal itu, Mark takut jika Koeunnya akan kembali menuju pemilik aslinya.
Jika hal itu terjadi, Mark tahu bahwa semua itu adalah kesalahannya.
Air mata tak hentinya keluar dari mata Mark dan ibu. Ratusan kata-kata penyemangat selalu mereka berdua lontarkan di sebelah telinga Koeun. Berharap gadis itu mendengarnya dan membangkitkan semangat hidupnya. Bagaimanapun, seseorang akan selamat dari kematian jika dia percaya dan masih bersemangat untuk hidup.
Dan Mark percaya, Tuhan akan memberikan kesempatan hidup lain bagi Koeun jika gadis itu percaya roda kehidupan masih terus berputar dalam dirinya.
Ibu duduk dan menatap dengan sedih kearah tubuh tak berdaya Koeun. Tangannya masih tetap setia menggenggam tangan anak gadisnya itu. Berharap jika Koeun sadar dan tahu, ibu masih ada disebelahnya dan menggenggam tangannya. Sehingga Koeun tak hilang dan tersesat. Sedangkan Mark berdiri agak jauh dari ranjang Koeun. Bersandar pada dinding dengan kedua tangan berada didalam saku celana. Wajahnya lusuh dan jejak air mata begitu kentara terlihat disana. Mark hari ini memilih untuk membolos sekolah. Dia tak ingin meninggalkan Koeun barang sedetikpun. Dia ingin menjadi orang pertama yang dilihat Koeun ketika gadis itu terbangun.
"Mark, apa kau sudah makan?" Ibu beralih menatap Mark setelah sekian lama fokusnya hanya berporos pada Koeun. "Pergilah. Isi perutmu. Jangan sampai kau sakit."
"Aku tidak lapar."
"Mark, walaupun kau tidak lapar pergilah makan. Barang 5 suap saja sudah cukup. Paling tidak lambungmu terisi makanan dan mereka bisa tetap bekerja dengan baik."
"Ibu juga belum makan, kan?" Mark berjalan mendekati ibu. Anak itu kemudian memeluk ibu dari belakang. Seolah membagi kekuatan agar mereka bisa tetap bertahan di kondisi seperti sekarang ini. "Ibu juga tak boleh sakit. Kita berdua tak boleh sakit. Koeun akan sedih jika melihat kita sakit. Dia akan menyalahkan dirinya sendiri atas itu."
"Baiklah, kau pergi duluan lalu kita bergantian menjaga Koeun." Mark menangguk kemudian mengurai pelukannya lalu pergi menuju penjual makanan yang ada di rumah sakit.
Ketika Mark sudah menyentuh gagang pintu dan bersiap membukanya, seseorang dari balik pintu ternyata sudah lebih dulu melakukan hal itu. Seorang dokter yang sangat dikenal ibu memasuki ruangan itu.
"Dokter Jung?" Ibu mengenal dokter Jung sebagai salah satu sahabat suaminya. Dokter itu tersenyum ketika melihat ibu dan Mark. Mark yang awalnya hendak pergi mencari makanan urung melakukan tujuannya itu. Sebaliknya pemuda itu justru mengikuti dokter yang hendak melakukan visite terhadap Koeun.
Mark ingin mendengar perkembangan terkahir keadaan Koeun saat ini.
"Selamat pagi." Dokter itu tetap tersenyum ramah. Sambil mengambil stetoskop yang tergantung dilehernya, dokter Jung memeriksa keadaan Koeun. "Jane, bagaimana kabarmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU ;; mark + koeun ✔
Fanfiction'Jika memang bisa memilih, maka aku memilih untuk tak jatuh cinta kepadamu.' -Mark- 'Berapa kalipun Tuhan memberikanku kesempatan untuk memilih, aku akan tetap memilihmu.' -Koeun- Cover by Dkatriana. Thanks ya, ga minta tolong tapi dibuatin😜