EPILOG

923 88 9
                                    

High up above or down below

When you're too in love to let it go

But if you never try you'll never know

Just what you worth it  

Sepasang sepatu pantofel itu bergerak perlahan. Jalan tanah setapak yang dilewatinya tidak terlalu lebar. Indra penciumannya juga bisa mengenali petrikor yang menguar begitu khas di udara. Salah satu aroma alam favoritenya. Bau ketika hujan membasahi tanah kering.

Menggenggam sebuket bunga matahari, laki-laki itu tersenyum melewati beberapa gundukan tanah di kiri dan kanan jalan setapak itu. Tempat itu sepi. Tetapi begitu asri. Banyak pohon perindang yang menyejukan jalan. Dan jangan lupakan fakta bahwa tempat itu begitu hijau dengan rumput yang terpotong rapi seolah memanggil untuk segera diduduki sambil menggelar tikar dan menikmati sedikit kudapan.

Tapi tak ada orang bodoh yang ingin piknik di tengah pemakaman.

Mark tersenyum cerah ketika mengetahui jika gundukan tanah yang ditujunya sudah tidak terlalu jauh. Laki-laki itu mempercepat gerakannya. Seolah sangat tak sabar untuk bertemu dengan seseorang yang telah terlelap di keabadian dan tertanam di bawah gundukan tanah basah itu.

Ketika langkah kaki lebarnya tiba disebelah pemakaman itu, Mark berjongkok. Diletakannya sebuket bunga matahari itu disana. Bunga matahari adalah bunga favorit orang itu. Yang ternyata baru Mark ketahui setelah dia mengatakan bahwa matahari itu seperti dirinya. Begitu terang, menyenangkan dan menebarkan hawa positif. Dan Mark bilang, dia memang adalah matahari. Matahari yang hanya akan menyinari sekuntum bunga matahari yang paling teristimewa di hatinya.

Laki-laki itu mengelus pelan batu nisan yang tertancap disana. Air matanya sudah tak lagi menetes dari kedua matanya ketika berkunjung kesana. Hatinya sudah menerima kepergian orang itu. Dan Mark juga yakin, jika orang itu sudah tenang di surga sana.

"Hai, aku datang." Sesuatu yang sangat Mark gemar lakukan ketika tiba di pemakaman itu adalah, melakukan monolog dengan orang yang terkubur disana. Meyakini sekalipun Mark tak dapat melihat raganya, tapi orang itu mendengar suara Mark dari atas surga. "Baru saja kembali setelah merawat gadisku."

"Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu." Sekali lagi, laki-laki itu tersenyum lembut menatap kearah gundukan tanah yang penuh ditumbuhi rumput hijua yang tertata rapi itu. "Dia terkadang masih saja seperti dulu. Terkadang menangis, melamun, tertawa, tapi ketika dia dalam keadaan baik maka dia akan kembali menjadi dirinya seperti yang aku kenal dulu."

"Apa kau mendengarku? Dia selalu bertanya padaku apakah aku masih menyayanginya? Apa dia pikir perasaanku padanya hilang begitu saja setelah bertahun-tahun?" Mark tertawa sumbang. Tawa yang didalamnya tersimpan penuh emosi. Laki-laki itu seolah menyimpan perasaan begitu mendalam dalam suara yang ia keluarkan. "Aku begitu menyayanginya. Bahkan sampai detik ini. Dan aku selalu tak ingin untuk kehilangannya. Dia begitu berharga bagiku."

Setelahnya, Mark hanya terdiam. Laki-laki itu merenung. Mengingat seluruh kenangan indah yang pernah ia buat bersama seseorang yang terlelap dibawah tanah itu.

"Ah, sudah waktunya aku pergi." Sambil mengecek rolex yang melingkar manis di pergelangan kirinya, Mark bangun dan menepuk-nepuk celananya pelan. Berusaha menghilangkan debu yang tertempel disana. "Beristirahatlah. Sekarang tak ada lagi yang akan mengganggumu."

Sekali lagi, sebelum Mark berlalu laki-laki itu tersenyum dan menatap ke kejauhan. Disana ia seolah melihat sosok seorang perempuan berbaju putih yang menatapnya dengan senyum menenangkan. Mark tahu, orang itu memperhatikannya. Dan Mark juga akan selalu mengingat bahwa orang itu pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

FIX YOU  ;; mark + koeun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang