2

6.4K 715 179
                                    

Maaf kalau banyak typo:))

Bruukkk

Suara yang berasal dari tempat tidur itu terdengar keras setelah guanlin mencoba membanting tubuh jihoon diatas kasur

"Akhh"

Jihoon menjerit tertahan merasakan pungungnya yang berdenyut.

"Oh, maaf"
Ingin sekali jihoon melayangkan sebuah pukulan di kepala pemuda tampan yang kini tengah menghimpitnya diatas kasur, tapi apa daya tangannya yang terikat membuatnya tak bisa melakukan perlawanan.

"Menyingkirlah hyung"

Guanlin tak mengindahkan permintaan jihoon, dia kini malah asik membuat tanda kemerahan di sekitar leher jihoon.

"Ugh hyung! Apa yang kau lakukan?"

"Kau bisa liat sendiri bukan?"
Guanlin makin menghimpit tubuh jihoon dibalik kukungannya, tangannya yang tadi menganggur kini tengah asik memainkan kedua tonjolan kecil di balik kemeja tipis jihoon.

"Hyung hentikan! Kumohon" jihoon hampir saja menjerit ketakutan ketika merasakan tangan guanlin sudah mulai menguasai daerah privasinya.

Sendari tadi tubuh mungil jihoon tak berhenti bergerak, jelas saja ia tidak nyaman di posisi seperti ini.

"Kau sudah siap kan?"
Guanlin sudah siap untuk menarik turun celana yang digunakan jihoon.
Mengetahui itu, jihoon dengan kuat menggelengkan kepalanya, dan berusaha menyingkirkan tangan guanlin pada pinggangnya.

"Hyung jangan---







































"GUAN, IBU PULANG"

"akh sial"

.....

"Jihoon kau sakit sayang? Mukamu pucat sekali"
Ibu guanlin mencoba membuka suara  untuk memecah keheningan diantara mereka bertiga sendari tadi.

Jika saja jihoon berani, ia pasti akan mengatakan 'aku tidak sakit bibi, aku itu takut pada anakmu'

Jihoon menggeleng pelan, sambil melanjutkan acara makannya. Guanlin tersenyum dibalik wajah datarnya itu. Dia senang ternyata lelaki seperti jihoon tak punya keberanian untuk melaporkan tindakannya, jadi setelah ini mungkin ia bisa melakukan yang lebih?

"Kau tidak kepanasan menggunakan syal itu sayang?"
Jihoon menolak halus ketika tangan ibunya guanlin ingin melepaskan syal merah yang terpasang manis dilehernya.

"Ti-tidak bi, aku malah merasa kedinginan disini. Udara disini sungguh berbeda dengan udara dirumahku"

Ibu guanlin hanya mengangguk paham.

Astaga, hampir saja   -jihoon bergumam pelan.

......

06.00

Alarm dari ponsel jihoon terdengar. Mata pria manis itupun terbuka. Tangan putihnya menggapai sebuah benda pipih diatas meja.

Matanya tanpa sengaja melihat  sebuah pesan masuk. Namun jihoon mengabaikannya. Ia lebih memilih menarik selimut tebal dikamar itu lalu kembali memejamkan matanya.

5 menit kemudian jihoon sepenuhnya bangun dari tempat tidur kemudian ia menuju dapur. Entah kenapa tenggorokannya rasanya kering sekarang. Ia butuh minum

"Hyung?"

Manik kecoklatan jihoon menangkap sosok tinggi yang sedang berkutat dengan pisau di dapur.

Ntah tidak mendengar atau memang sengaja mengabaikan panggilan jihoon, orang itu masih sibuk dengan kegiatannya, membuat jihoon akhirnya berjalan mendekatinya.

"Hyung kau sedang apa?" jihoon bertanya dengan polosnya padahal dia sudah melihat orang di depannya ini sedang mencoba memasak makanan.

Dan seperti yang diduga tidak ada jawaban lagi dari sosok itu.

"Hyung, aku boleh coba tidak?"
Jihoon dari tadi sudah penasaran bagaimana rasanya memotong bahan bahan makanan itu, karna selama ini ibunya melarang ia ikut campur dalam urusan dapur, bukannya membantu ia malah bisa saja mengacaukannya.

"Kau bisa memasak?" tanya guanlin ragu. Jihoon menggeleng kecil.

"Aku baru ingin mencobanya" setelah mengatakan itu jihoon langsung mengambil alih pisau dari tangan guanlin.

Awalnya berjalan dengan lancar, namun tak lama kemudian...

"Akhh hyung....
















































"Tanganku berdarah huaaaa"
Jihoon sudah menangis melihat tangannya yang dipenuhi darah. Sedangkan guanlin hanya melihatnya saja sambil tersenyum.

Katakan guanlin gila sekarang, ia malah sangat suka melihat wajah jihoon yang kesakitan itu. Dan jangan tanya kemana pikiran guanlin ketika mendengar jeritan jihoon.

"Hyung tolong hiks"
Jihoon memang anak manja, dia juga tidak pernah terluka sekecil apapun karena orang tuanya sangat menjaga anak satu-satunya ini. Jadi wajar saja dia panik ketika melihat cairan merah itu terus membasahi tangannya.

"aku akan menolongmu, tapi kau harus menuruti perintahku setelah ini"

Jihoon mengangguk cepat. Dia sudah tak tahan dengan rasa sakit ditangannya akibat tergores oleh pisau tadi.

"Kau yakin?"

"Iya hyung, aku janji akan menurutinya, tapi tolong cepat obati tanganku"
Rengek jihoon. Guanlin kini hanya bisa menampilkan smirknya yang jelas saja tidak terlihat oleh jihoon.

.....

Sekarang sudah menjelang sore, jihoon sudah bersiap siap untuk mandi karena hari ini sangat panas, jadi jihoon ingin mendinginkan diri dengan mandi.

Jihoon sengaja berendam di bathup cukup lama, matanya juga mulai terpejam dengan kepala yang bersender di ujung bathup . Sampai sebuah suara menganggu ketenangannya.

Krekk

Pintu kamar mandi terbuka, dan terlihatlah sosok guanlin di ambang pintu.

"Hyung!!"

Jihoon menjerit kaget, pasalnya dia disini sedang tidak mengenakan pakaian sama sekali, untung saja busa busa didalam air tersebut mampu menutupi tubuh polosnya.

"Hyung! Kenapa kau masuk kesini? Akukan lagi mandi"

Guanlin belum menjawab dia malah menutup pintu kamar mandi lalu berjalan mendekat kearah jihoon yang kini sedang menatapnya dengan wajah gelisah.




































"Aku hanya ingin menagih janjimu, sayang"

"Janji ap---akhhh"






TBC

Gajelas ya?:')
Gua kehilangan inspirasi masa:(
Lanjut tida ya, atau unpub aja:'

gua bakalan lanjut kalau vomentnya udah dapet 100:'v
/canda

Btw, makasih buat yang udah mau mampir di cerita gua:))

dititipinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang