9 : Outing

346 55 22
                                    

Moonbyul sampai di rumah Suga hampir bersamaan dengan cowok itu. Moonbyul dan Hoseok lebih cepat. Sedangkan Suga masih mengayuh sepedanya sekitar sepuluh meter dari rumahnya.

Moonbyul turun dari mobilnya, dibantu Hoseok yang lebih dulu membukakan pintu untuk gadis itu.

"Sekalian gih, bawain belanjaannya," ujar Moonbyul sarkastik. Ia hanya menyindir perlakuan cowok itu yang terlalu berlebihan padanya.

Sebaliknya, respon Hoseok malah tersenyum, "Apa sih yang enggak buat kamu?"

Cowok itu sepertinya telah jatuh terlalu dalam pada pesona Moonbyul. Dimatanya Moonbyul yang jutek seperti itu terlihat imut. Tak masuk akal memang. Falling-in-love logic. That doesn't have logic in it, actually.

Gadis itu mengernyit mendengar gombalan Hoseok. Seperti ada sesuatu yang tidak nyaman, masuk ke telinganya.

Hoseok membuka bagasi, dan mulai menurunkan belanjaan gadis itu. Moonbyul juga tahu diri untuk mengurusi belanjaannya, jadi ia membantu cowok itu.

Selama mereka menurunkan barang-barang tersebut, Suga datang sambil menuntun sepedanya. Hoseok yang menyadari kedatangan Suga, segera menyapa cowok itu.

"Oy, bang!" seru cowok itu semangat.

Suga hanya membalasnya dengan mengangkat tangannya. Cowok itu kemudian memarkir sepedanya, lalu mengambil tempat di kursi teras. Mengamati pasangan yang mungkin akan menjadi pasangan, menurutnya.

"Banyak bener lo belanja," cetus Suga tiba-tiba. "Kek orang mau kawinan."

"Punya mulut nggak usah usil gitu bisa nggak?!" Moonbyul memutar matanya lelah. Hari itu sudah terlalu banyak yang menganggap mereka pasangan.

"Aminin aja deh," sahut Hoseok yang tengah menutup bagasi mobilnya.

"Lo juga!" Moonbyul melirik Hoseok judes.

Cowok-cowok itu hanya terkekeh mendengar respon galak Moonbyul.

"Balik sana lo! Gue mau istirahat," pamit Moonbyul, yang kedengarannya lebih seperti mengusir Hoseok.

"Khawatir gue kemaleman ya?" tanya Hoseok. Bahkan kedua matanya berbinar menatap Moonbyul.

"Nggak!" sahut Moonbyul cepat.

"Khawatir juga boleh kok," timpal Suga, masih dengan tampang datarnya.

"Nggak usah. Makasih!" tandas Moonbyul lagi, menyembunyikan salah tingkahnya.

"Ya udah. Gue pamit. Good nite, Byul," pamit Hoseok.

"Bang gue balik dulu," pamit Hoseok pada Suga.

"Yo!" Suga mengangguk.

*

Esok paginya, mobil Hoseok beserta pemiliknya telah berada di depan rumah Suga. Bukan menjemput si pemilik rumah, tapi ia kemarin telah berjanji mengajak jalan-jalan Moonbyul.

Sesekali cowok itu melirik ponselnya yang mencoba terhubung ke line Moonbyul. Gadis itu belum juga menjawab panggilannya. Ia pun lalu mengulangi panggilannya. Di panggilan kedua, Moonbyul mematikan telepon Hoseok. Disusul sebuah pesan masuk.ke ponsel Hoseok.

Moonbyul
5 min!

Hoseok terkekeh kecil. Ia menduga gadis itu terlambat bangun, melihat dari pesannya yang cukup singkat. Ia tersenyum, membayangkan Moonbyul tengah buru-buru bersiap.

Sepuluh menit Hoseok menunggu, Moonbyul akhirnya muncul dari balik pagar rumah Suga. Gadis itu berjalan cepat, sambil merapikan ujung rambutnya yang mencuat ke segala arah. Sampai di depan mobil Hoseok, gadis itu membuka pintu mobil secara kasual. Tak canggung lagi seperti pertama kali mereka bertemu.

selene-o-phile | j.hs & m.bTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang