"Vrill, are you okay?" Shilla memastikan bahwa sahabatnya itu sudah benar-benar siap untuk masuk ke sekolah hari ini. Ia tidak ingin beban masalah yang Vrill emban membuat gadis itu menjadi frustasi dan murung. Ia sudah bertekad didalam hatinya bahwa ia akan selalu ada untuk sahabat sejatinya itu, kapanpun, dimanapun.
"Gue udah gapapa kok, Shill. Makasih banyak yaaa." Vrill tersenyum hangat kepada Shilla. Membuat hati Shilla sedikit lega karena sudah melihat wajah ceria Vrill seperti sedia kala.
"Ga ada yang namanya makasih sama maaf didalam persahabatan. Lo harus inget itu. Oke?" Ujar Shilla sembari mengacungkan jempolnya tepat didepan wajah Vrill.
Vrill juga mengacungkan jempolnya dengan semangat. "Semoga Tuhan senantiasa ngelindungin lo."
"Aamiin." Jawab Shilla. "Oiya, tadi malem gue udah bicara sama Bunda kalo misalkan lo bakalan nginep di rumah. Dan bunda ngizinin."
"Sayang banget gue gabisa ketemu sama Bunda. Padahal gue mau peluk."
"Iya, tadi malem Bunda pulang larut, paginya malah berangkat buru-buru."
"Semoga Tuhan juga selalu memberkati Bunda."
"Dan, semoga lo juga bahagia selama-lamanya."
Kedua gadis itu saling berpelukan dipagi hari yang cerah tepat di koridor SMA 96 yang sudah lumayan ramai dilewati oleh siswa-siswi yang mulai berdatangan. Beberapa orang menatap meraka dengan tatapan aneh dan takjub. Sebagian lagi ada yang sengaja berhenti sejenak untuk memastikan apa yang sedang terjadi diantara kedua gadis itu.
"Ada acara apa nih main peluk-pelukan?"
Sebuah suara yang datang tiba-tiba langsung membuat Shilla dan Vrill mengurai pelukan mereka.
"Kak Alka, kak Doni." Shilla dan Vrill berucap dengan kompak saat melihat dua orang siswa laki-laki menatap mereka sambil tersenyum simpul.
"Pertanyaan gue belum kalian jawab loh," ujar Doni.
"Ehmm," Shilla bergumam bingung.
"Shilla kemarin dapet nilai UTS paling tinggi di kelasnya, kak. Makanya Vrill senang dan kasih selamat sama Shilla." Jawab Vrill dengan asal.
"Oh ya?" Alka langsung terpana mendengarnya. "Beneran, Shill?"
Raut bodoh langsung menerpa wajah Shilla. Ia tidak tahu harus berkata apa, karena faktanya nilainya lah yang terburuk. "Emm---i---iya, kak." Jawab Shilla ragu.
"Alhamdulillah, ga sia-sia berarti kita belajar bareng." Alka mengucap syukur.
"I..iya, kak. Alhamdulillah. Hehe." Shilla cengengesan tidak jelas. Sementara ia mencubit lengan Vrill karena merasa dijebak.
"Wuiiih, giliran belajar ama cogan aja nilainya langsung naik, apalagi kalo pacaran ama cogaaaan. Wuiiidiih ga kebayang, bisa jadi juara umum dia!" Goda Doni sembari terkekeh mengejek.
"Apaan sih kak Doni." Shilla menjadi salah tingkah.
"Kenapa? Padahal lu juga ngarepkan? Ciaelah, pake malu-malu segala." Doni menatap Shilla dan Alka bergantian dengan tatapan jahil.