Sore ini, Alka, Shilla, Vrill, dan Doni sedang belajar kelompok di Star Cafe, sebuah kafe yang sengaja didesain sedemikian rupa untuk tempat makan dan belajar santai. Kafe itu memiliki sebuah perpustakaan mini, setiap tempat duduk dan mejanya memiliki ruangan. Dan pastinya, tiap-tiap ruangan dilengkapi fasilitas kedap suara. Jadi, jika sedang berdiskusi tidak akan terlalu mengganggu pada pengunjung yang lain.
"Gimana? Udah paham belom?" Tanya Alka kepada Shilla.
"Hah?" Shilla mengerjap. "Iya kak, iya paham kok."
"Alhamdulillah kalau udah paham. Kalau gitu, coba deh kamu kerjain yang ini." Alka menunjuk sebuah soal di buku Matematika Shilla.
Shilla menelan salivanya dalam-dalam. Gila! Gue kan dari tadi ga ngedengerin apa yang kak Alka bilang!
Doni yang dapat menebak ekspresi wajah Shilla langsung terkekeh mengejek. "Yaelah, Ka, paling juga dia ga ngedengerin apa yang lo bilang. Dia mah fokus natap wajah lo doang."
Mata Shilla membulat mendengar ucapan frontal dari mulut Doni. Ingin rasanya ia memasukkan batu gilingan cabe kedalam mulut cowo julid itu. Lalu kepalanya ia hempas, tangannya ia cubit sampai meleleh, kemudian ditendang jauh-jauh sampai ke segitiga bermuda, dan jangan kembali, parasit. Yaolohhh, malah nyanyi.
"Oh, atau gini aja, kita kan udah lumayan lama belajarnya, gimana kalau kita makan dulu." Alka berusaha mencairkan suasana. "Shilla sama Vrill, kalian boleh simpen buku kalian ke dalam tas."
"Terus tugasnya, kak?" Tanya Shilla.
"Besok lagi aja. Besok kita masih belajar lagi 'kan?"
Shilla mengangguk antusias. Dalam hati, ia bersyukur sedalam-dalamnya. Ia melirik kearah Doni sekilas, kemudian memamerkan senyum penuh kemenangannya ke arah pacar sahabatnya itu.
"Yaudah, kalian pesen aja dulu, gue mau ke toilet bentar." Pamit Alka.
"Oke," jawab Shilla.
"Sayang, kamu mau pesen apa?" Tanya Doni kepada Vrill. Namun, tidak ada sahutan dari gadis itu. Vrill hanya diam, tampak sedang melamun dan memikirkan sesuatu. Doni langsung menyentuh punggung tangan pacarnya itu. "Vrill?"
"Eh?" Vrill tersadar dari lamunannya. "Kenapa, kak?" Ia menatap Doni dengan tatapan heran.
"Kamu ngelamunin apa sih?"
"Enggak, ga ngelamunin apa-apa."
"Terus kenapa dari tadi aku panggil, kamu ga nyahut?"
"Emmm--- itu--- aku lagi mikirin materi yang tadi kak Alka bilang, aku masih rada-rada ga paham gitu."
"Bener?"
"Iya, kak Doni."
"Kalau ga paham kan kamu bisa nanya sama aku. Gaperlu lah kamu nyiksa otak kamu cuma gara-gara mikirin hal sepeleh kaya gitu. Mending kamu mikirin aku, biar hati kamu berbunga-bunga terus."
"Ohok!" Shilla terbatuk mendengar gombalan super receh dari Doni tersebut.
"Kesedak sianida lu, mblo?" Sinis Doni.