Seseorang Itu

35 3 2
                                    

Sinar mentari sore sepertinya sedang malas menyinari bumi saat ini. Warna oranye perlahan berpencar ke seluruh gedung sekolah, seakan-akan mereka sedang mencari tempat untuk berteduh.

Kedua kaki ku terus mencoba untuk menyamai langkahnya, aku menatap dia dari samping.

Dia memberi aura yang menarik perhatian dengan wajahnya yang manis. Rambut panjang itu juga berkibar setiap kali ia melangkahkan kaki dengan anggun. Siku kami yang bersentuhan, memberi informasi kehalusan yang tak terjamah.

Kesimpulan : Dia Cantik.

"Apa sih, ngelihatin aku dari tadi?" dengan manja dia menangkap lenganku seakan mau jatuh.

"Hei, lepasin.. Aku bisa kena serangan jantung, tau gak!" wajahku dipenuhi darah yang mendidih saat ini.

"Ahahaha, kenapa harus malu-malu gitu, sih? Biasa aja kali!"

Memang benar apa yang dia katakan, sejak kecil kami ini sudah berteman, jadi tak perlu sungkan lagi. Hanya saja, bukan berarti dia bisa merangkul lengan ku kapanpun dia mau kan? Kalau teman-teman ku melihat ini pasti mereka akan menggoda kami dengan berteriak 'Cieee, cieee!'.

Lagipula dari mana sih datangnya kebiasaan itu? Waktu Ir. Soekarno mengumandangkan Proklamasi, gak ada kan yang bilang 'Ciee-ciee'?!

"Mengerti posisi mu dong,"

"Kamu ini gadis tercantik di sekolah ini! Jaga image kenapa sih?" kurasa ini sudah yang keseribu kalinya aku menasehati dia.

"..." dia memalingkan wajah, namun aku dapat melihat pipinya menunjukkan rona merah.

Hah? Aku benar-benar tidak mengerti wanita. Adella Amriza, sosok idola di SMA Swasta Polonia ini sedang merangkul sosok biasa yang bernama Danar Prayetno.

"Oh iya, ngomong-ngomong.."

"Bagaimana dengan kak Andi? Udah jadian?"

"K-kamu tau darimana?" mata nya terbelalak kebingungan, kalau orang biasa mungkin akan langsung jatuh cinta melihat manisnya dia saat ini.

"Ya, sebelum dia mau nembak kamu, dia banyak tanya tentang kamu ke aku.."

Benar, setiap ada pria yang mau menembak Adella, mereka akan menanyaiku sebelumnya. Seperti, apa aku punya hubungan dengan dia atau tidak. Atau bahkan menanyai apa saja yang disukainya. Semua itu adalah bekal untuk pergi ke medan pertempuran.

Ingat! Seorang Pria harus mempersiapkan segala sesuatunya.

"Aku gak mau.."

Sudah ku duga..

Memang bukan yang pertama kalinya juga sih, akan tetapi kenapa? Setahu diriku yang notabene sudah mengenalnya dari kecil, dia ini belum pernah pacaran sekalipun.

"Syukurlah!" aku dapat merasakan tatapan mata Adella saat aku mengatakan itu.

"Berarti, kita adalah Sahabat Jomblo! HAHAHAHA" menyedihkan sekali hidupku ini.

Aku berhenti tertawa karena terkejut merasakan tanganku sudah leluasa. Adella mempercepat langkah nya dan meninggalkan ku.

"Gak peka.."

SISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang