Ketapang.
Entah kenapa setiap kali melihat pohon ketapang, ujung-ujung bibirku selalu berusaha membentuk seulas senyum. Jantungku juga selalu ikut berdebar kencang. Ekor mataku pun senantiasa mencuri-curi pandang, meski langkahku sudah jauh meninggalkan pohon itu.
Ah, iya.
Pasti karena kenangan di bawah pohon itu yang sepertinya enggan dilupakan oleh ingatanku.
Hei, bagaimana denganmu? Masihkah kau mengingatnya juga?
Kenangan kita di bawah pohon ketapang.
Waktu itu kita masih duduk di bangku SMP---Sekolah Menengah Pertama---kelas sembilan.
Musim ujian sedang melanda. Membuat ketar-ketir tak karuan. Saking gugupnya menghadapi ujian, aku sampai lupa membawa uang jajan yang sebenarnya telah disiapkan Eomma untukku. Karena begitu selesai bersiap, aku langsung berlari menuju sekolah, saking tidak inginnya datang terlambat.
Alhasil, hari itu aku menghabiskan jam istirahat di dalam kelas.
Pada awalnya, aku betah saja duduk di bangku dalam kelas seorang diri sambil membaca kembali penjelasan materi yang dibahas tadi.
Namun, lama kelamaan bosan menggerayangi juga, hingga membuatku tak tahan lagi.
Akhirnya kuputuskan untuk keluar kelas, berjalan-jalan di bagian belakang gedung sekolah, sambil tetap menenteng buku dan membacanya sesekali.
Kuedarkan pandangan mengelilingi hamparan rumput hijau merupa permadani raksasa, membentang luas di belakang sana.
Memang, sekolah ini berdiri di atas bukit yang masih hijau. Sangat cocok untuk menyegarkan kepenatan otak setelah dijejali berbagai macam pelajaran beserta prakteknya di dalam kelas.
Padahal, sebenarnya, kau itu bertubuh lebih kecil dariku. Namun, entah bagaimana, ekor mataku yang banyak dikata hampir tak nampak ini menemukanmu!
Kau, pemuda mungil dengan seragam mirip denganku, sedang berjongkok dan memungut sesuatu di bawah pohon ketapang. Dan entah kenapa, kakiku justru melangkah cepat menujumu.
Setibanya di bawah pohon ketapang itu, lidahku lantas meluncurkan sebuah tanya untukmu. Padahal, aku ini tergolong orang yang pendiam.
Ketika kau menoleh untuk menanggapi pertanyaanku, dengan wajah polos merona, barulah aku tahu jawaban mengapa tubuhku bergerak sendiri ketika melihatmu. Tentu saja karena kau adalah orang itu.
Orang yang menjadi alasan tumbuhnya benih merah muda di dalam hatiku.
Hari ini memang bukan pertemuan pertama kita. Sebelumnya sudah pernah ada pertemuan lain di bawah pohon yang sama. Namun, saat itu aku hanya mencuri-curi kesempatan melirikmu di antara teman-teman yang lain.
Dan pertemuan ini yang menurutku paling berarti.
Kita bicara banyak. Sesekali berbagi tawa. Bahkan kau mengajakku mencicipi buah ketapang yang rasanya mirip kacang kenari.
Renyah, seperti gelak tawamu. Manis, seperti senyummu. Juga gurih.
Sejak saat itu, kita selalu bertemu di bawah pohon ketapang. Tanpa ada janji yang terucap. Langkah kita masing-masing bergerak sendiri, sesaat setelah lonceng tanda jam istirahat berdentang.
Waktu berlalu begitu cepat. Seperti sedang berlari. Sama cepatnya dengan kalimatku yang meluncur waktu itu.
"Aku menyukaimu, Ji,"
Seperti biasa, lidahku mengalirkan kalimatnya sendiri. Seperti sudah bekerja sama dengan anggota tubuh lain untuk melakukan semua itu tanpa meminta ijin padaku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love
Fanfiction[One Shoots] - [Soonhoon] - [BXB] There is no 'END' for us! . Disclaimer: Seluruh karakter asli merupakan milik pribadi, keluarga, dan agensi masing-masing serta Tuhan YME semata. Sebagian dan atau seluruh kisah berikut ini adalah murni fiksi rekaan...