Ilusi nyata

68 5 0
                                    

"Ilusi semata yang kau buat dengan cara nyata."Sasya Lilyana

***

Aku masih di hantui oleh mimpi buruk yang aku alami beberapa hari lalu. Dan mungkin mimpi itu akan menjadi kenyataan.

Kemarin sebelum pulang Bella memberikan sebuah undangan. Setelah ku buka ternyata undangan study tour ke Jepang.

Kau tahu apa yang aku rasakan? Seluruh badanku mati rasa. Sekarang aku sudah memegang undangan dari sekolah.

"Apa aku harus beritahu Mama atau pura-pura tidak tahu?" Gumamku sambil mondar mandir di kamar.

Study tour itu akan diadakan minggu depan. Jika Mama tahu hal ini dia pasti langsung menyetujuinya.

Entah kenapa aku semakin takut. Aku berpikir hidupku akan berakhir seperti didalam mimpi.

Hari ini ku habiskan waktuku di depan meja belajar. Aku sedang merancang strategi untuk tidak mengikuti study tour.

Beberapa kali aku merobek dan membuang kertas. Aku sudah tidak punya ide lagi. Mimpi itu selalu membayangi pikiranku.

***

Enam hari telah berlalu. Besok? Ya, besok adalah hari dimana kisahku berakhir. Semua mimpi dan cita-citaku tinggal cerita. Dimana semua skenario yang Tuhan berikan berakhir mengenaskan.

Namun aku tidak boleh berpikir semuanya sudah selesai. Sampai hari itu benar terjadi aku belum boleh menyerah.

Siapa tahu Tuhan mengubah takdirku. Paranoid? memang tapi nyatanya inilah hidup. Takut mati itu wajar, tapi jangan sampai kau berpikir semuanya usai setelah kau mati.

Kau tahu? Mati adalah awal kehidupan sebenarnya. Jadi sambutlah kematian itu dengan ikhlas, karena sebenarnya Tuhan menyelamatkanmu dari dunia yang kejam ini.

***

Mentari pagi, kicau burung, dan sejuknya udara menyambut dunia, Kecuali diriku. Seperti biasa suara kendaraan yang bising dan omelan mama menyambut pagiku.

Ku harap hari ini sedikit berbeda dari kemarin. Sudah hampir satu minggu tidurku terganggu oleh cerita mengerikan hutan Aokigahara.

Dan kamu tahu? Hari ini adalah hari terakhir mengembalikan surat izin obeservasi. OMG... apa yang harus aku lakukan?. Gumamku dalam hati.

"Sasya. Bengong aja sarapannya dimakan!" seru Mama.

"Hah? Ya Ma, ini baru mau dimakan." Aku menyuap nasi yang sedari tadi hanya ku pandangi.

"Mama dengar sekolahmu akan mengadakan study tour?" tanya Mama sembari memberikan bekal siang.

"Hah? Sudah siang nih! Aku pergi dulu Ma. Daahh"

Bagai angin aku berlalu meninggalkan Mama yang tampak kebingungan. Pasti Mama akan menanyakan undangan sekolah.

Suasana hatiku tidak secerah mentari pagi. Tepat di depan gerbang aku terdiam sejenak. "SMA Bangsa" itulah nama sekolahku.

Entah mengapa beberapa hari ini aku membenci sekolah. Mungkin karena undangan itu sebentar lagi hidupku berakhir.

Bangunan megah nan kokoh berdiri gagah di depan mataku. Sekolah elite begitulah orang-orang menyebutnya. Wajar saja semua anak terpandang dari pejabat sampai pengusaha sukses semua berkumpul di sini.

Meskipun Ayahku seorang kepala detektif kepolisian Jepang. Tapi aku sekolah di sini bukan karena jabatan Ayah, melainkan sewaktu SMP aku mendapatkan beasiswa.
Ku pikir ini tidak penting untuk dibahas. Hal ini membuatku merindukan Ayah. Hikss...

Aku berjalan menyusuri koridor. Ku lihat semua orang asyik bercengkrama satu sama lain. Kelasku berada di lantai tiga, tepatnya kelas 2-3.

Bagaikan rumah kedua, Aku sangat nyaman dengan kelasku. Tempat dimana Aku merasa mimpi itu nyata. Yap. Nyata seperti waktu itu Aku melihat hantu di depan mataku. Itu karena aku terlalu sering melamun. Cerita Aokigahara sudah mendarah daging padaku.

"Sasya! Kamu sudah menerima undangannya?" Sapa Miko, ketua kelas 2-3. Dia menanyakan pertanyaan yang ku benci saat ini.

"Ya." Jawabku singkat.

"Ada apa denganmu?" lagi-lagi Miko bertanya.

"Ihhh banyak tanya nih Miko, gak tau aku lagi kesel. Pengen aku tonjok itu muka!" Cerutuku dalam hati.

"Gak ada. Udah aku mau masuk kelas."

Aku berdiri sejenak di ambang pintu kelas memperhatikan keadaan. Tepatnya Aku sedang mencari si kepo alias Bella. Sepertinya dia belum ada di kelas.
"Sasya!!!" teriak bella tepat di sebelah daun telingaku.
"Aaghh" sontak aku berteriak histeris dan membuat seisi kelas hening. Semua mata tertuju kearahku. Benar-benar pagi yang menyebalkan.

Meninggalkan kejadian yang memalukan tadi. Pelajar pertama sudah dimulai. Ibu Miako guru bahasa Jepang, tidak biasanya dia terlambat masuk.

"Woii! Guys. Ibu Miako gak masuk. Kerjain aja latihan halaman 23." tiba-tiba Miko datang dan berteriak tidak jelas, eh maksudku kegirangan. Dia bilang Ibu Miako gak masuk.

"Hadeh. Tugas lagi.".

"Bisa gak sehari tanpa tugas?".

"Woi! Tadi halaman berapa?".

"Etdah kacang loh pada! Jawab oi".
"Males gua buat tugas".
"Miko tugasnya dikumpul gak?"."Gimana sih tugasnya?".

Ok. Ini sudah keterlaluan. Kebiasaan anak kelas kalau dikasih tugas ributnya minta ampun. Tanya ini ngomel itu lari sini jalan sana. Pusing.

"Bisa diem gak sih!" teriak Miko menengahi celotehan para perusuh kelas.
"Ok. Gue jelasin tugasnya kalian cukup artiin cerita itu kedalam bahasa Indonesia. Selesai." sepertinya bukan cuma aku yang kesal dengan anak kelas. Miko juga kelihatan kesal melihat kelas rusuh kayak tawuran.

Daripada aku semakin pusing lebih baik aku lihat tugasnya dulu. Betapa terkejutnya setelah membuka halaman 23. Aku melihat hal yang paling menakutkan. Apalagi kalau bukan...


***

Apa yang dilihat Sasya? Bagaimana kelajutan cerita selajutnya? Akankah takdir Sasya benar benar berakhir mengenaskan?.


See you 😁
Salam horor
👻👻👻

Rue milenya

Aokigahara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang