Arti Kematian

28 1 0
                                    

"Aku percaya pada takdir, namun aku tak percaya bisa mengubah takdir Tuhan."
-Sasya Lilyana-

Author POV:

"AOKIGAHARA!" Teriak batin Sasya.
"Apa tidak ada cerita lain? Aku bosan mendengar cerita ini." Umpat Sasya.
"Hei! Kau mulai melamun lagi." Ucap Bella menghentikan lamunan Sasya.
"A-ada apa?" Sasya balik bertanya. "Kau yang kenapa?" Tanya Bella.
"Ti-tidak. Aku sedang mengartikan ceritanya." Alibi Sasya.

"Sasya. Kamu kan orang Jepang. Pasti kamu tahu cerita ini." Miko tiba-tiba menghampiri bangku Sasya.
"Hah? I-iya benar. Tapi aku tidak terlalu tahu tentang hutan ini." Jelas Sasya walaupun dia berbohong.
"Ku dengar ini hutan kematian yang menyeramkan. Apa itu benar?" Sahut Mila dari bangku depan.
"Ah.Ya, Sasya apa kau bisa menceritakannya?" Pinta Bella.
"Ya. Bukankah kita akan mengadakan study tour kesana?" Tanya Miko.
"Ayo Sasya ceritakan pada kami!." Seru Bella.

Semua murid menunggu jawaban dari mulut Sasya. Mereka berharap Sasya akan menceritakan kisah Aokigahara lebih detail. Rasa penasaran mulai menggantung di ubun-ubun mereka.

Sebenarnya Sasya tidak ingin lagi menceritakan kisah hutan itu. Namun saat Sasya melihat teman-temannya menatap penuh harap kearahnya. Pendiriannya goyah begitu saja dan membuatnya terpaksa menceritakan apa yang terjadi dengan hutan Aokigahara.

Baru di awal cerita teman-teman Sasya sudah bergidik ngeri mendengar kisah Aokigahara. Sebenarnya Sasya jauh lebih ketakutan dari yang mereka rasakan. Sasya menceritakan semua yang ia ketahui tentang hutan Aokigahara. Ia tidak banyak menceritakan keindahan aokigahara. Melainkan Sasya lebih banyak menceritakan kisah pilu dari hutan tersebut.

Semua murid merasa sedang melihat kejadian tersebut secara nyata. Tak terkecuali Sasya yang bercerita. Sasya merasa saat ini dia kembali menjelajahi hutan kematian yang sudah mengusik hidupnya. Sasya kembali mengingat semua cerita yang pernah ia baca. Namun Sasya tidak berani menceritakan tentang mimpinya.

***

Sasya terbaring kelelahan di atas sofa ruang tamu. Ia masih menggunakan seragam lengkap bahkan tas yang di sandang Sasya masih melekat di punggungnya.

"Hooamm. Mama, Sasya pulang." Ucap Sasya. Namun tidak ada jawaban.
"Ma? Mama?" Panggil Sasya. Lagi-lagi tidak ada jawaban.
"Pintu gak dikunci. Tapi Mama gak ada didalam." Sasya bicara sendiri.
"Ada yang aneh." Sasya segera berlari ke arah kamar Mamanya.
Tetap saja ia tidak menemukan siapa-siapa.
"Apa mama lupa mengunci pintu?" Pikir Sasya.

Sasya memutuskan menunggu Mamanya pulang. Ia segera mandi dan mengganti pakaian. Sasya langsung menuju ke dapur mencari makanan. Ia menemukan snack dan susu kotak di dalam kulkas.

"Mama kemana sih? Kan sasya ga berani sendirian dirumah." celotehnya membawa makanan ke arah ruang keluarga.

Sasya menghidupkan tv untuk menememaninya. Setidaknya rumah tidak terasa sunyi. Suara tv bisa memecah keheningan yang ada. Sebenarnya Sasya tidak berani sendirian di rumah yang cukup luas untuk dirinya sendiri. Sasya jadi paranoid setelah membaca buku yang waktu itu ia beli. Buku itu juga yang memulai semua mimpi buruk Sasya.

"Aahhh... Kok acaranya gak ada yang asyik ya." Omel Sasya mulai menyantap snack yang ia pegang.

Bruukk!

Tiba-tiba ada suara benda jatuh dari arah dapur. Sontak Sasya terlonjak kaget dan menoleh ke sumber suara. Seketika tubuh Sasya membeku. Bahkan detak jantungnya mulai tidak teratur dan nafasnya pun tercekat.

"Mama..." Lirih suara Sasya memanggil Ibunya.
"Siapa disana? Kucing ya? Jangan nakut-nakutin dong." Sasya bicara sendiri.

Ceklek- suara pintu dibuka. Sasya menatap gagang pintu yang bergerak sendiri. Pintu mulai terbuka dan menampakan sosok tubuh berdiri tegak.

"Eh Sasya udah pulang ya." Sapa Ibunya. Ternyata ibu sasya yang membuka pintu.
"Mama dari mana sih?" Tanya Sasya yang masih duduk di sofa.
"Mama dari rumah Bella. Mama tadi belanja sama Ibunya Bella untuk keperluan kalian besok" Jelas Ibunya sembari meletakan kantong belanjaan ke atas meja.

"Mama sudah telpon ayah?" tanya Sasya.
"Sudah. Ayah bilang dia tidak bisa menemanimu. Karena dia sedang ada penyelidikan." jawab Ibunya.
"Penyelidikan? Dimana?"
"Hutan aokigahara" Singkat Ibunya.
"Sasya besok ada tour disana juga." histerisnya.
"Kok mainnya sampai ke hutan aokigahara" Ibunya terkejut mendengar ucapan Sasya.
"Memangnya kenapa, Ma?" tanya Sasya.
"Hutan itu tempat orang jepang bunuh diri. Jadi banyak mayat tersebar disana. Ayah saja bilang tidak kuat kalau di tugaskan disana." jelas Ibu Sasya
"Iiihh... Mama jangan nakutin Sasya" Decak Sasya yang langsung pergi meninggalkan Ibunya.

***

Sasya POV

"Sasya bangun!" Teriakan Mama menggema di seantero kamarku.
"Jam berapa Ma?" Tanyaku yang masih mengeliat diatas kasur.
"Jam tujuh..."
"Hah? Sasya terlambat!" Tanpa basa-basi aku bangkit dari kasur lalu berlari masuk kamar mandi.

Dengan kekuatan sailor moon aku mandi secepat kilat. Aku mandi hanya dalam 3 menit. Untungnya tadi malam Mama sudah menyiapkan baju.

"Ma, Sasya pergi ya" Aku memeluk Mama.
"Kamu hati-hati ya, jaga diri disana. Jangan lupa temui ayah."pesan Mama. Aku melambaikan tangan dan bus yang ku tumpangi mulai menjauh. Sosok Mama pun tinggal bayangan.

"Kok sedih Sya?" tanya Bella yang kebetulan duduk disebelahku.
"siapa yang sedih?" Aku langsung mengusap air mataku.

Sepanjang perjalanan menuju bandara aku hanya menatap keluar jendela. Langit begitu cerah, aku seakan melihat lautan diatas sana.




*hai semua ada yg masih setia nunggu publish kisah aokigahara?

Aku update sedikit dulu yah, maaf bikin kalian nunggu. Seolah ceritanya digantungin. Sampai jumpa di kisah selanjutnya

Salam horor

Rue milenya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aokigahara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang