TwO-She Came

113 9 2
                                    

Pagi itu aku bergegas ke sekolah, dengan menaiki sepeda. Aku melihat Yenny dari jauh, aku langsung menepuk pundaknya.

"Hai, Yen," sapaku.

"Hai juga, Mia. Pitamu bagus. Menurut kamu, anak barunya kayak gimana?" tanyanya.

Aku berfikir sejenak. "Sepertinya rambut lurus poni agak nge-roll dikit dan tanganya memakai jam tangan,"

"Analisa yang cukup bagus. Oh, iya! Kamu udah ngerjain pr MTK?" tanya Yenny lagi. Memang, kalau mengobrol bersama Yenny tak bisa sebentar.

"Udah. Buat presentasi juga udah. Kamu?" aku balas tanya. "Udah, tapi presentasi baru setengahnya," jawabnya.

Aku memarkir sepedaku, dan berlari ke kelas. Tapi, di koridor, aku tak sengaja menabrak sesesorang.

"Megan, ya? Ngapain buru-buru ke kelas? Nyantai aja kali. . . kan bel masih lama," kata Jessica lantang.

Aku terdiam, dan berkata, "Sori, kak. Aku pingin ngambil buku tulis-ku dulu dikelas," Aku berjalan melewatinya. Dia geram, dan berjalan lagi.

Di kelas...

"Fiuh... buku tulisnya ada," ucapku dan langsung memasukkannya ke dalam tas.

"Anak-anak, ini ada anak baru, namanya Bella Anastasia Putri," ucap Bu Upit, wali kelas 8-2 sambil memengang kedua pundak Bella.

"Halo, semua. Aku Bella Anastasia Putri, panggil Bella aja," ucapnya sambil tersenyum.

"Hai, Bella!!" Sekelas langsung mengeluarkan seluruh suaranya. Dia memang cantik. Dan, analisaku tepat--dugaan doang, sih.

"Bella, kamu duduk disamping Megan, ya." ucap Bu Upit lagi.

Bella duduk, dan menyapaku, "Hai, aku Bella,"

Aku menjawab, "Megan, Panggil Mia aja," Dia tersenyum dengan lesung pipit di kiri pipinya.

"Oke. Pelajaran dimulai,"

KRINGGG.....

"Bella, kayaknya kamu sendirian. Bareng kita aja," ucap Sasha memegang tangan kami ber-8.

"Oke. Makasih, ya," ucapnya. Dia mengambil tangan Yenny--karena dia yang paling ujung.

Kami berjalan ke kantin.

"Pesen nasi uduk, ayam serundang, dan serundengnya banyakin, ya,  Mba Wati. Yang lain?" tanyaku pada teman-temanku.

"SAMA, YA, MBAK," ucap mereka dengan cepat. Mereka tertawa geli, dan berkata lagi, "Kita sama," Aku hanya geleng-geleng kepala.

"Tiap hari ngomong itu terus," ucapku. Hidangan kami sudah sedia, dan kami langsung makan.

"Oh iya, Bell. Kok kamu bisa pindah ke sini?" Tanya Lindsay dan Farhan bersamaan.

"Soalnya, sekolah aku yang dulu jauh, di Semarang. Karena rumahku di Jakarta, akhirnya ini sekolah yang aku pilih," jawab Bella panjang lebar.

"Jadi, kamu pindah bukan karena bosen atau semacamnya?" Tanya Edwan. Bella menggeleng sambil menyeruput Teh Manisnya.

"Mama-ku meniggal waktu aku umur 4 tahun. Sekarang aku tinggal sendirian sama papaku," tutur Bella sedih. "Mama meninggal terlalu cepat, sehingga rasa kangenku nggak ilang-ilang.... Kakakku sekolah di luar negri, papa sering dinas. Paling cuma sama Mi-kun,"

"Siapa Mi-kun?" tanyaku. Dengan cepat, Bella menjawab, "Kucing peliharaanku. Sebenernya, aku punya 12 kucing di rumah. Tapi dia yang paling aku sayang,"

"Mamamu meninggal karena apa?" Tanya Rudy.

"Karena kanker. Baru pengen dibawa ke rumah sakit, tapi udah nggak tertolong," ucap Bella mengusap air matanya. "Aku seneng banget punya temen kayak kalian. Bisa diajak curhat,"

"Don't worry, Bell. Kita slalu ada buat kamu," ucapku. Kami berjalan ke taman sekolah yang sejuk nan rindang, kami duduk di kursi tamannya.

"Disini kita sering ngadem sambil cerita-cerita. Masuk masih setengah jam lagi, kok," ucap Sasha.

Kami mengorol, dan masuk ke kelas

 =====================================TCATS====================================

"Gimana sekolahnya?" ucap Mum sambil menaruh sepiring roti yang sangat tipis, dalamnya selai kacang dan coklat.

"Menyenangkan. Anak barunya ramah dan cantik," ucapku sambil mencuci tangan. "Minta, ya Mum," ucapku memakan roti sambil melepas sepatu dan menaruhnya di rak sepatu.

Aku ke kamarku, mandi, dan bersiap dengan kedatangan guru privat.

=====================================TCATS====================================

Hari ini ngebosenin mulu di kelas. Apalagi kadang - kadang kelas 9 sama 8 suka ngasih pr aneh-aneh (Q_Q) pengen ku bejek tuh pada!!

"Aku pulaang!!" ucapku. Seisi rumah hening. Sepi. Aku pun mengambil keripik pedas 'Mak Icih' (yaahh walau udah gak jaman, aku masih suka). Aku pun menelpon semua sahabatku, dan menantang mereka siapa yang paling tahan pedas

The Cafe Across The StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang