-
"Kalo gakuat ke pinggir," Desis Nantha yang berdiri di samping Ab. Keduanya dihukum berdiri menghormat pada Bendera di tengah lapangan. Ya, sebab keduanya tidak menuruti perkataan guru B. Inggris mereka, yakni Pak Anjar untuk membeli buku.
Ab yang meskipun anak baru, juga ikut dihukum. Guru tersebut tidak mau terima alasan apapun, sebab katanya kelas mereka sudah diberi kesempatan membeli selama satu bulan. Dan kebetulan, ini merupakan hari terakhir kesempatannya.
"Aku kuat, kok!" Balas Ab dengan wajah yang sudah memerah, kepanasan. Membuat Nantha mengedikkan bahunya acuh, tak ingin memperpanjang obrolan. "Lagian bentar lagi istirahat, hukumannya selesai." Lanjut Ab setelah ikut melihat Jam yang ada di pergelangan tangan Nantha.
Nantha berjengit kaget, ketika melihat Ab ikut melihat Jam yang sedang ia lihat di pergelangan tangannya. Wajahnya terlalu dekat, "Mundur!" Ucapnya penuh penekanan, matanya menajam, ia memundurkan kepala Ab dengan telunjuknya lewat dahi.
"Maaf, hehe.." Ab tertawa kikuk setelah sadar dengan kelakuannya. Membuat Nantha memutar kedua bola matanya malas.
"Kamu, kenapa gak beli buku?" Tanya Ab tanpa melihat Nantha, matanya menatap lurus ke depan."Gaada duit." Balas Nantha asal, tak mau memperpanjang obrolan.
"Kok bisa? Perasaan aku liat-liat kamu kayak anak orang kaya, kok." Jelas Ab seraya melihati Nantha dari atas ke bawah.
Nantha diam, tak berniat menjawab. Malas. Lagipula, kok ada manusia bego kayak Ab? Padahal tadi Nantha jawab asal, tapi malah percaya gitu aja.
"Kok diem? Kamu pusing? Atau kepanasan? Gapunya riwayat penyakit tapikan?" Tanya Ab karena tak kunjung mendapat jawaban.
Hening.
"Nantha? Heh, kenapasih? Pusing ya kepala kamu? Kalo pusing udahan aja, ke pinggir. Nanti biar aku yang ngomong ke Pak Anjar, kalo kamu sak---
BRUK!
Nantha, menoleh dengan terkejut. Lalu menghela nafas lelah, tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Daritadi ngebacot, sih. Jadi kurang oksigen kan lo! Sok sok an khawatirin gue, malah sendirinya yang pingsan." Gerutu Nantha seraya berjongkok lalu menolong Ab yang tergeletak di bawah kakinya.
Ia membawa Ab dalam gendongannya dengan wajah datar, bertepatan dengan bunyi bel istirahat, banyak pasang mata yang menatapnya iri dan juga kesal sebab Nantha menggendong seorang wanita, terlebih wanita tersebut adalah gadis cupu. Bisik-bisik para penggosip mulai terdengar, membuat Nantha yang menggendong Ab menjadi kesal.
"Minggir," Ucapnya datar pada seorang wanita yang menghalangi jalannya. "Gue bilang minggir! Tuli, lo?!" Lanjutnya menyentak wanita tersebut yang malah melamun di hadapan Nantha. Membuat Nantha emosi. Nantha habis dihukum, panas, kepalanya agak pusing, menggendong Ab, lumayan berat juga. Maunya cepet-cepet sampe UKS, tapi malah dihalangi. Gimana enggak emosi?!.
Nantha kembali melanjutkan langkahnya setelah wanita yang disentaknya buru-buru minggir dari hadapannya dengan raut gugup, takut. Lalu ia membaringkan Ab di atas brankar UKS ketika sampai. Ia menghela nafas lega, "Nyusahin!" Desis Nantha, kemudian membaringkan tubuhnya di brankar sebelah Ab yang kosong.
Setelah berbaring, Nantha mengeluarkan Smartphone nya, membuka fitur whatsapp, mengetik beberapa kata lalu mematikan dan menyimpannya kembali setelah selesai mengirim chat.
***
"Lo gak papa?" Tanya Ran seraya menyimpan semangkuk bubur di atas lemari kecil UKS.
"Aku gapapa, kamu kok bisa tau aku disini?" Tanyanya.
"Nantha chat gue, tadi. Terus di koridor juga anak-anak rame pada ngomongin lo pingsan, digendong pangeran sekolah haha. Tapi, heh bisa-bisanya jelmaan setan disebut pangeran," Celetuk Rani.
"Ran!" Sentak Ab.
"Apa? Ada yang salah? Kan emang bener, mana ada pangeran kelakuan kayak gitu." Jelas Rani seraya mengedikkan bahunya, heran.
"Ck, berisik!" Desis Nantha yang berada di brankar sebelah. Rani tak melihatnya, sebab terhalang gorden pembatasnya.
"Heh? Siapa?" Tanya Rani memelankan suaranya.
"Nantha, Ran" Ringis Ab seraya menepuk pundak Rani dua kali. Membuat Rani ikut meringis sebab ketahuan telah mengata-ngatai Nantha.
Ab tahu, sebab sebelum Rani datang Nantha memang membuka gorden sebelah untuk mengawasi dirinya. Lalu menutup gorden, pamit tidur.
"Kok gak ngasih tau, sih Sri?" Tanya Rani berbisik.
"Gak sempet, kamu langsung nyerocos tadi." Ucap Ab ikut-ikutan berbisik.
Rani merutuki dirinya sendiri, sedangkan Ab tertawa dalam hatinya. Bisa-bisanya Rani yang terkenal galak malah kalah galak dari Nantha.
Sraaak!
Terlihat Nantha sedang duduk dengan raut datar menghadap ke arah Ab dan Rani yang melihatinya.
Nantha melirik kecil semangkuk bubur di atas lemari kecil UKS, lalu mengalihkan pandangan dan berdiri. "Makan, jangan sampe pingsan lagi. Ngerepotin!" Ucapnya datar seraya menyentil dahi Ab lalu pergi meninggalkan UKS.
Rani melongo melihat kelakuan Nantha, sedangkan Ab meringis seraya memegangi dahinya yang lumayan sakit. Sentilan Nantha bukan main, kini dahinya terlihat memerah.
"Heh, Nantha waras kan Sri?" Tanya Rani heboh tanpa mengalihkan pandangan dari pintu UKS.
"Hah? Kenapa? Aku kok gak paham," Ucap Ab dengan tangan yang mengusap-usap dahinya.
Rani mengalihkan pandangan, " Ya ituu barusannn.... Dia ngomong lebih ke perhatian gitu sama lo, anjir!" Pekiknya heboh seraya memegang bahu Ab.
"Hah apasih? Dia tuh nindas aku, bukan perhatian. Perhatian apaan kayak gitu?" Keluh Ab.
"Sriiii masa gabisa ngebedain, sih ih?" Tanya Ran greget.
"Bedain apaa? Orang aku baru beberapa hari disini. Lagian mukanya juga datar-datar aja, malah sengaja nih liat nyentil aku, sakit ini Ran.." Balas Ab agak kesal.
"Iyasih, mungkin perasaan gue aja kaliya?"
Ab mengangguk dengan antusias. Ia tak mau berharap lebih, sebelum benar-benar tahu faktanya. Lagipula, mana mungkin sih cowok se cool dan se kece Nantha bisa suka sama cewek cupu macam dirinya?
"Udah ah, nih mending makan dulu, terus ntar minum obat. Biar bisa ikut pelajaran selanjutnya." Ucap Ran seraya menyodorkan bubur yang sebelumnya disimpan di atas lemari kecil.
"Siapppp cikguuu, hahaha"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupu
FanfictionREVISI Gadis cantik yang menyamar jadi seorang yang cupu di sekolah barunya yang dimana sekolah itu sekolah milik orangtuanya. Demi mendapatkan sahabat dan Cinta sejatinya. yang mau berhubungan dengannya tanpa memandang harta dan fisiknya. Setelah m...