Andra menyeka keringat yang mengalir didahinya dengan punggung tangan kirinya yang berbalut sarung tangan berbahan tebal, sedangkan tangan kanannya mencengkeram kuat pada sebuah tongkat berujung tajam. Nafasnya masih tak beraturan, beberapa kali ia harus menghembuskan nafas keras untuk kembali menormalkan saluran pernafasannya. Dengan senyum lebar penuh perasaan senang dan haru Andra menantang mentari yang baru mulai menggeliat dari peraduannya.
Benda yang nampak seperti kuning telur itu samar-samar mulai menyumbul dari balik awan. Kedua bola mata Andra nampak ikut bersinar seperti warna mentari dihadapannya yang baru saja bangun dari peraduan. Sedangkan bibirnya tak dapat terkatup karena takjub dengan keindahan yang terhampar dihadapannya. Ahh.. betapa indahnya pemandangan pagi ini. Tak sia-sia Andra rela mendaki gunung untuk menyaksikan sang mentari yang mulai mengeliat di ufuk barat. Sambil merapatkan jaketnya, Andra mulai mencari tempat nyaman untuk ia duduk.
Tak ingin kehilangan kesempatan, Andra langsung mengeluarkan beberapa peralatan yang memang telah ia persiapkan dari tenda tadi, sebuah kertas gambar dan crayon warna warni tertata rapi disampingnya. Karena tujuannya datang ketempat ini adalah memang untuk melukis benda berwarna jingga itu. Didalam keremangan pagi dan hanya bermodal senter dikepalanya yang menjadi satu-satunya alat penerangan, Andra duduk diatas gundukan pasir pegunungan yang sebenarnya cukup rapuh. Ia harus berhati-hati dalam mengambil setiap langkah, karena jika salah sedikit saja tanah pasir yang gembur akan longsor dan itu akan berakibat fatal untuknya. Dengan seksama ia mulai mengamati pemandangan dihadapannya. Tangannya dengan cekatan mulai mengoreskan garis-garis patah yang lama-kelamaan membentuk sebuah sketsa indah persisi seperti pemandangan pagi ini. Dengan senyum yang mengembang sempurna Andra menatap hasil karyanya dengan penuh kepuasan.
Karena ini adalah hari terakhirnya mendaki jadi terpaksa ia harus melukis mentari itu pagi ini, karena sore nanti ia dan rombongan harus sudah turun dari puncak, sayang sekali memang kalau harus meninggalkan tempat indah seperti ini. Terlebih harus membayangkan kalau lusa ia sudah harus masuk kuliah untuk yang pertama kali. Pasti akan banyak kebisingan disana, dan Andra tidak suka itu. Tapi satu hal menyenangkan dari kuliah adalah melukis. Ia akan benar-benar menghabiskan hari-harinya bersama kanfas, kuas dan cat-cat beraroma menyengat itu, tapi bukankah itu yang ia mau selama ini? Keinginannya untuk melanjutkan kuliah melukis akhirnya benar-benar terwujud. Dengan susah payah ia mencoba merayu dan membujuk ibunya agar mengijinkannya masuk ke jurusan itu.
Berlibur ditempat seperti ini bukan sesuatu yang asing baginya. Sejak kecil Andra sudah sering diajak mendaki oleh ayahnya, dan waktu itu mereka masih melakukannya bertiga. Tapi sejak ibu Andra mengalami cedera kaki ia tak bisa lagi ikut mendaki bersama Andra dan ayah. Bagi Andra daripada menghabiskan waktu untuk berlibur ke luar negeri dan hanya menghabiskan banyak uang. Andra lebih memilih untuk mendaki gunung seperti ini.
Pagi yang cerah mulai menjelang, lukisan cantiknya juga telah berhasil ia ciptakan. Ini akan jadi oleh-oleh indah untuk ibunya nanti. Andra memasukkan gambar dan crayon-crayonnya kedalam tas. Baru saja ia bangkit, tanah pasir yang berada disampingnya tiba-tiba longsor. Tak dapat menjaga keseimbangan Andra jatuh mengikuti arus longsor dari gunungan pasir itu, beruntung tangan kirinya berhasil berpegangan pada sebuah batu, sedangkan kaki kanan Andra menggantung ditepi gundukan pasir itu.
Dengan susah payah ia mencoba untuk mendaki ke atas lagi. Namun sial, tanah pasir yang gembur membuat batu tempatnya berpegangan tak kuat lagi menahan beban tubuh Andra. Tak ayal, tubuh Andra berguling-guling menuruni gunungan pasir. Kepalanya terkantuk batu yang sempat menjadi tempat ia berpegangan tadi. Dan seketika pagi yang awalnya cerah berubah menjadi gelap.
ᴥ ᴥ ᴥ
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART BEAT
Teen FictionFoto rontgen itu menunjukkan ada dua buah titanium yang tertanam didalam katup paru-paru Andra, jadi disinilah sumber suara dentingan itu berasal. Andra meraba dadanya, bagaimana ini, apakah ia akan baik-baik saja setelah ini? Bagaimana jika dengan...