Andra memantaskan dirinya didepan cermin. Kuliah memang telah dimulai 1 bulan yang lalu. Tapi bagi Andra ini adalah hari pertamanya. Ada keraguan yang menyelimuti hati Andra. Dentingan ini masih saja terus menghantui harinya. Bagaimana nanti jika teman-temannya tahu ada yang tidak beres didalam dada Andra. Akankah mereka menganggap Andra aneh, apakah ia akan diterima disana? Lalu Andra melirik kearah kedua telapak tangannya, dan ini apakah mereka juga bisa menerima ini?
Tapi melukis, bagaimana ia bisa mengabaikan satu kata itu. Betapa ia ingin segera mengenggam kuas. Tangannya begitu rindu untuk segera membelai kanfas putih yang kasar. Andra masih termangu didepan cermin. Matanya terpejam sesaat, dalam kesunyian seperti ini suara dentingan itu terasa begitu kuat didalam dirinya. Dua kali ia harus menghembuskan nafas kuat untuk benar-benar bisa meyakinkan dirinya sendiri kalau dia bisa pergi ke kampus hari ini.
Diam-diam dari balik celah pintu yang terbuka nyonya dan tuan Marta menyaksikan kegelisahan Andra.
"Betapa tampan dan gagahnya anakku" kata nyonya Marta menghampiri Andra, dengan mata yang nampak berkaca-kaca.
"YA..!!! Ibuu.... Aku ini sudah besar, bisakah ibu mengetuk pintu dulu sebelum masuk kedalam kamarku?' oceh Andra kepada ibunya.
"Sejak kapan kau malu kepada ibumu sendiri. Ahh...!! aku sampai lupa kalau anakku sekarang telah benar-benar tumbuh dewasa dengan begitu tampan" ucap nyonya Marta sambil membenarkan baju Andara yang sebenarnya baik-baik saja.
"Apakah hari ini ayah perlu mengantarmu?" kata ayah dengan suara lembutnya.
"Tak perlu, ayah istirahatlah hari ini. Aku akan pergi dengan mengendarai sepeda motorku. Lagipula aku bosan naik mobil terus, aku ingin menghirup udara segar hari ini" balas Andra kepada ayahnya.
"Tapi kau harus hati-hati, jangan kebut-kebutan. Jalanan sekarang ramai sekali jadi kau harus waspada" ujar nyonya Marta dengan penuh perhatian.
Andra mengangguk.
"Dan.. jangan lupa pakai sarung tanganmu" ucap nyonya Marta lagi.
ᴥ ᴥ ᴥ
Ini pertama kali sejak kejadian itu Andra dapat pergi sendiri. Menghabiskan waktu satu bulan dirumah sakit, tak terasa ternyata telah banyak yang berubah. Ahh..!!! kenapa dunia ini terlalu cepat berubah, desah Andra dalam hati.
Sepeda motor berwarna hitam pekat itu mulai memasuki kawasan kampus. Begitu ramai disini. Ahh...!!! andaikan kecelakaan itu tak terjadi mungkin sekarang ia sedang berada disebuah cafe atau perpustakaan bersama teman-temannya menghabiskan waktu bercanda bersama, atau mungkin sedang berdiskusi ringan tentang tumpukan tugas yang menggunung.
Setelah memarkirkan motornya, Andra langsung mencari ruang kelasnya. Karena ini adalah hari pertamanya, makanya ia sedikit kebingungan. Setelah bertanya kepada beberapa orang, akhirnya Andra menemukan sebuah ruang seni yang ia cari, ruangan ini berada dilantai paling atas digedung ini.
Dengan ragu ia mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya keluar. Dari baju dan gaya rambutnya sepertinya ia adalah wanita yang berusia sekitar 40 tahun.
"Ohh... akhirnya kau datang juga. Silahkan masuk" ajak wanita itu tanpa mendengarkan sepatah katapun dari Andra. Sepertinya ia telah tahu kalau hari ini Andra sudah mulai masuk kuliah lagi.
Ada sekitar 20 mahasiswa dikelas ini, semuanya sedang sibuk dengan kanfas dan sebuah patung berbentuk lelaki setengah telanjang yang berada ditengah-tengah mereka. Ini melegakan, setidaknya mereka tak terlalu memperhatikan kedatangan Andra.
"Anak-anak, mohon perhatiannya" ucap wanita itu lantang, membuat konsentrasi para mahasiswa ini teralih kepadanya.
"Seperti yang kita dengar waktu itu, kalau salah satu teman kalian ada yang tidak bisa mengikuti perkuliahan dari awal karena mengalami kecelakaan. Dan sekarang sepertinya ia telah pulih dan sudah bisa kembali belajar bersama kita. Silahkan memperkenalkan diri" ucap wanita itu kepada Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART BEAT
Teen FictionFoto rontgen itu menunjukkan ada dua buah titanium yang tertanam didalam katup paru-paru Andra, jadi disinilah sumber suara dentingan itu berasal. Andra meraba dadanya, bagaimana ini, apakah ia akan baik-baik saja setelah ini? Bagaimana jika dengan...