enam

2 0 0
                                    

Andra merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan nyaman. Tangan kananya menganjal kepalanya yang bersandar pada sandaran tempat tidur. Matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya yang bercat putih. Entah apa yang sedang ia lihat sehingga menarik perhatiannya sampai membuatnya beberapa kali mengembangkan senyum.

Mungkin ini karena Ralline. Entah sejak kapan ia mulai tertarik untuk mau berurusan dengan seorang gadis. Bukankah pada awalnya Andra hanya menganggap bahwa Ralline hanya gadis tak tahu malu yang memiliki sifat agak narsis. Ya.. permainan pianonya memang indah, dan mungkin karena permainan piano itu Andra mulai tertarik untuk mengintip Ralline saat berlatih. Tapi bukankan hanya permainan pianonya saja yang membuat ia penasaran? Ia tak pernah berniat untuk mengenal gadis itu, sama sekali.

Bahkan bayangan gadis itu sepertinya sudah mulai merasuk kedalam pikirannya. Andra mengacak rambutnya frustasi. Ia baru ingat kalau ternyata sudah banyak hal yang Ralline ketahui tentang dirinya. Bahkan Andra telah menceritakannya pada saat pertemua pertama mereka. Sihir apa yang Ralline gunakan? Bagaimana bisa ia memancing Andra untuk menceritakan semua masalahnya.

Tapi hal baiknya adalah Ralline sama sekali tak memandang Andra sebagai seseorang yang berbeda. Ia bahkan mengutuk teman-teman Andra yang telah tega mengucilkannya. Ia juga telah mengajak Andra untuk menyaksikan opera itu untuk menghibur kegelisahan Andra. Seperti apa sebenarnya dia? Gadis bodoh, bahkan sampai saat ini ia belum tahu nama Andra.

ᴥ ᴥ ᴥ

"Ohh... kau datang lagi?" ujar Ralline yang terkejut melihat Andra yang tengah duduk sambil melambaikan tangan dari bangku penonton.

"Iya... bukankah kemarin kau bilang aku boleh datang kesini kapan pun jika aku sedang merasa bosan atau gelisah?" sahut Andra.

"Memang.. tapi tak bisakah kau hidup dengan damai? Kenapa kau selalu saja merasa gelisah. Ohh iya... apakah kuliahmu sudah selesai?"

"Iya, kenapa?"

"Emm... sebenarnya aku ingin mengunjungi suatu tempat. Maukah kau mengantarku? Tempat itu cukup jauh dan aku tak pernah pergi kesana dengan menggunakan bis, biasanya ayah yang...." pinta Ralline.

"Baiklah, karena hari ini suasana hatiku sedang baik jadi aku akan mengantarmu kemanapun kau mau" sahut Andra.

"Ohh.. benarkah?" wajah Ralline tampak bahagia. "Kalau begitu ayo kita pergi sekarang" ajak Ralline sambil menggandeng tangan Andra. Gadis ini benar-benar tak segan untuk melakukan kontak dengan jarak sedekat ini. Apakah ia memang telah terbiasa sedekat ini dengan seorang pria? Hari ini Andra sengaja memakai jaket tebal, jadi bersentuhan seperti ini tak akan jadi masalah lagi.

"Emm... ohh ya. Hanya untuk berjaga-jaga, mulai sekarang panggil aku Andra, itu namaku. Bukan maksudku untuk memperkenalkan diri, tapi bukankah aneh jika kau terus saja memanggilku dengan sebutan "hey". Itu terdengar sedikit.... kurang sopan" jelas Andra. Matanya nampak melihat kearah lain, tak seperti sedang mengajak Ralline berbicara. Mungkin ini cara dia untuk tetap menjaga gengsi.

"Ya.. baiklah aku tak akan menganggap ini sebagai sebuah perkenalan. Tapi, namamu keren juga" sahut Ralline dengan nada menggoda.

Mereka bergegas pergi.

Ralline benar-benar seorang gadis yang cerewet, disepanjang perjalanan banyak hal yang ia perbincangkan. Tentang keluarga, kuliah, teman, bahkan mantan kekasihnya. Dia adalah gadis dengan kehidupan yang sangat sempurna.

"Berhenti" ucap Ralline.

Andra membuka kaca helmnya, wajahnya menengadah. "Kau ingin kesini?" tanya Andra.

HEART BEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang